Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah 2 tahun aku berada di Benua Biru ini. Pertama kali aku menginjakkan kaki di negara ini kebetulan sedang musim gugur. Masih kuingat jelas betapa dinginnya udara saat itu. Aku belum mengerti apapun kala itu, terlebih soal bahasa Jerman dan budaya Jerman. Kecuali hanya “Guten Morgen“.
Tinggal di luar negeri adalah cita-citaku sejak kecil. Entah kenapa aku selalu terkesima mendengar cerita orang-orang yang pernah tinggal di negeri orang. Bagiku, itu keren sekali.
Aku melakukan riset di internet dan buku-buku bagaimana cara agar bisa keluar negeri dengan biaya terjangkau. Aku bahkan mengikuti seminar-seminar yang berhubungan dengan luar negeri. Aku selalu mengingatkan diriku sendiri agar jangan sekali-sekali menyerah akan impian. Aku tak pernah menyangka kalau sekarang aku berada di tempat yang benar-benar aku impikan.

***
Kisah berawal dari program Au Pair. Program ini menawarkan anak-anak muda dari seluruh negara untuk tinggal bersama keluarga Jerman selama 1 tahun. Fasilitas dari program ini, aku mendapatkan uang saku 260€ per bulan dan 50€ untuk uang kursus. Sedangkan untuk makan dan tempat tinggal, semua ditanggung oleh Gast Familie (keluarga angkat).

Selain itu, aku diperbolehkan mengikuti kursus bahasa Jerman untuk meningkatkan kemampuan bahasaku sekaligus bekal adaptasi lebih lanjut. Sebagai timbal balik atas fasilitas yang diberikan oleh mereka, aku mempunyai tugas yaitu membantu keluarga angkatku ini untuk mengasuh anak-anaknya.
Aku bertugas menyiapkan sarapan dan bekal untuk anak-anak mereka. Beruntungnya, bekalnya bukan bekal yang susah. Aku hanya memotong buah sebagai bekal mereka ke sekolah. Begitu mereka pergi ke sekolah atau ke TK, pada momen itulah aku mempunyai waktu luang sampai jam 14.00. Usai itu, aku harus menjemput mereka dari TK. Ketika semua sudah berada di rumah, aku mengajak mereka bermain hingga jadwal makan malam tiba. Program ini bagus karena kita dapat mempelajari budaya Jerman dari lingkup terkecil, yaitu: keluarga.
***
Satu tahun berlalu, aku mengikuti program lain agar bisa tetap tinggal di Jerman. Program ini disebut Freiwilligendienst Soziales Jahr (FSJ). Program ini adalah program di mana kita bisa menjadi relawan di instansi pendidikan, panti jompo, lembaga orang berkebutuhan khusus, museum, dll. Tapi jangan salah ya, di sini kita tidak bekerja dengan gratis—meskipun namanya relawan—kita juga tetap mendapatkan uang saku dan tentunya lebih banyak daripada uang saku saat Au Pair.
Tugasku di program ini tidak sulit. Aku diminta membantu orang-orang berkebutuhan khusus dalam berpakaian, mandi, makan, dan sejenisnya. Aku memilih bekerja di bidang ini karena aku berpikir itu adalah pekerjaan mulia. Banyak hal yang aku pelajari dari program ini, salah satunya soal bersyukur. Di luar sana, ada banyak orang mempunyai banyak impian namun fisik menjadi keterbatasan dan mereka tidak pernah putus semangat.
***
Sementara kini, program yang kujalani adalah Ausbildung. Sebuah program yang hampir sama seperti SMK kalau di Indonesia. Di sini, aku bersekolah dan aku tidak membayar sekolahnya sama sekali—alias gratis. Fasilitas sekolahnya begitu lengkap dan guru-gurunya sangat perduli dengan perkembangan murid-murid. Aku mengambil jurusan Hotelfachfrau (Spesialis Perhotelan). Sebagai prakteknya, aku bekerja di sebuah hotel milik keluarga.
Selama 2 tahun ini aku belajar banyak hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Dan yang paling berharga, aku menemukan jati diriku yang sesungguhnya sehingga aku berhasil membentuk karakter diriku. Tak pernah sedetik pun aku berhenti mengucap syukur atas kesempatan ini.

Kerja keras telah membuahkan sebuah jalan yang kuimpi-impikan. Melihat salju, menjelajahi alam yang ditawarkan Jerman, menikmati makanan-makanan baru, kesemuanya merupakan serangkum pengalaman hidup yang tak terbayarkan.
Namun aku tersadar, pindah ke Jerman bukanlah sebuah akhir dan tujuan, melainkan sebuah langkah baru untuk kehidupan yang lebih baik. Semua yang kualami dan kujalani di sini adalah sebuah proses pembentukan kemandirian dan mentalku agar menjadi pribadi yang lebih tahan banting. So, pesanku untuk kalian semua: jangan pernah berhenti berusaha untuk mendapatkan apa yang kalian cita-citakan. Fighting! 😊
Comments 2