• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Rabu, 30 Juli 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Resensi

Membaca Cara Kerja Pikiran

Resensi buku "Thought Vibration" (William Atkinson)

M. Naufal Waliyuddin by M. Naufal Waliyuddin
8 April 2022
in Resensi
0
Membaca Cara Kerja Pikiran

Foto dari: Boekoe Theotraphie

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Jika kamu sudah pernah membaca buku The Secret karya Rhonda Byrne yang sudah dialihbahasakan dan naik cetak ulang berkali-kali itu, maka buku Thought Vibration ini sefrekuensi dengannya—bahkan merupakan salah satu inspirasinya. Itu karena karya William Walker Atkinson (1862-1932) ini memang terbit pertama di tahun 1908 dan masih dikonsumsi sampai saat ini. Sebagai buku psikologi populer yang gampang dicerna, buku ini terbukti telah melampaui beberapa generasi dan berbagai zaman.

Isinya pun mengandung banyak tips sederhana, langsung bisa diterapkan, dan masih related dengan kehidupan masa sekarang. Barangkali buku kecil ini juga selanggam dengan karya Prof. Yohannes Surya berjudul Mestakung (akronim: “Semesta Mendukung”), yang membahas seputar hukum tarik-menarik (law of attraction) dan kekuatan pikiran yang mampu memengaruhi kehidupan kita. Tentu bukan hal aneh jika buah pikiran penulis kelahiran Amerika pra-Perang Dunia I ini masih relevan hingga abad digital terkini.

 

Membaca Cara Kerja Pikiran

Lewat buku kecil ini, William Atkinson—yang juga bernama samaran Theron Q. Dumont dan Yogi Ramacharaka—menyuguhkan pembacanya suatu gebrakan diskursif (kewacanaan) mengenai psikologi di masa itu. Narasi kuat buku ini terletak pada sugesti agar seseorang mampu “berdikari” dalam mengelola pikirannya, karena itu berdampak besar dalam peta hidup seseorang. Sajian isi buku dikemas dengan gaya penulisan yang memukul sejak di awal paragraf, tajam, berenergi, dan disertai metafora yang simpel namun tetap bernafaskan sejumlah hasil penelitian terbaru. Terbukti pada penyertaan beberapa gagasan tokoh masyhur di masa itu semisal Sigmund Freud, William James, Elisha Gray hingga Buxton.

Dalam menerangkan cara kerja pikiran kita, Atkinson menekankan bahwa ilmu getaran atau gelombang pikiran sangat bertumpu pada sugesti individu pada dirinya sendiri—disebut “autosugesti”. Ini sangatlah penting dalam mengelola suasana batin seseorang. Ia mencontohkan apabila seseorang menyusupkan pikiran negatif secara terus menerus, itu akan berefek pada kondisi emosi dan psikologis. Semangat jadi turun, gairah loyo, merasa suntuk dan murung, sehingga atmosfer batin (mood) kacau. Itu kemudian akan merusak hari-harinya sendiri.

Sebaliknya, William Atkinson menuliskan:

“Tatkala pikiran anda beroperasi mengikuti garis positif, anda merasa kuat, ringan, cerah, ceria, riang, bahagia, percaya diri, dan berani, dan sangat mungkin mengerjakan pekerjaan dengan baik.” (hlm. 13)

Tidak berhenti berteori saja, ia pun membubuhkan panduan latihan yang bisa diterapkan siapa pun. Latihan meliputi afirmasi diri, simulasi menjadi tuan atas pikiran kita, sampai berkesadaran penuh atas apa-apa yang terlintas di benak kita—anak zaman sekarang menyebutnya mindfulness. Kesemua itu bisa menjadi referensi bagi generasi muda yang tengah mengalami quarter life crisis dan sedang dihinggapi rasa gamang, murung, ketidakpastian akan masa depan, dan konflik batin sejenisnya.

Dengan mengetahui cara kerja pikiran, vibrasinya di ruang sosial, sampai strategi kendali mental, buku ini menawarkan sebuah cara pandang yang holistik (lengkap menyeluruh) mengenai hidup. Pengetahuan tentang kesaling-terhubungan antar entitas akan membuahkan sikap dan pola pikir yang lebih rileks, produktif, dan bahkan bisa memberi pengaruh ke orang lain di sekitar kita.

Apalagi titik berat yang menjadi anasir utama dalam karya ini berpijak pada kredo yang menyatakan ilmu gelombang selalu berkenaan dengan ‘gravitasi pikiran’ dan itu bermula dengan meyakini bahwa “ada suatu daya immaterial yang ikut menarik untuk kita hal-hal yang kita inginkan atau cemaskan, yang membuat atau mengatur hidup kita”.

 

Kehidupan yang Saling Terhubung (Interconnected)

Ilustrasi mengenai keterkaitan antarunsur kehidupan ini, dalam buku Atkinson, terasa cukup menonjol. Ia sampai mengutip beberapa kajian fisika quantum—yang di masa itu masihlah baru—dan menyadari semacam hubungan paralel yang saling pengaruh-mempengaruhi. Sebagaimana kita sadari, bahwa pada unsur atomik terkecil sekalipun, manusia mampu memengaruhinya—seperti temuan riset terbaru mengenai partikel air yang berubah sesuai dengan kalimat yang dikeluarkan oleh manusia di sekelilingnya.

Apabila berkaca pada beberapa aliran spiritual keagamaan tertentu, narasi di atas tentu memiliki kesinambungan. Semisal dalam tasawuf atau sufisme, tidak ada satu partikel pun di jagat raya ini yang tidak berkaitan dengan Sang Maha. Kita hidup dalam jalinan multisemesta yang berjejaring dan berkelindan. Bahwa manusia hidup di dalam galaksi sekaligus galaksi itu sendiri.

Manusia merupakan semesta besar (makrokosmos) tempat bernaung organ-organ tubuh, tulang belulang, sel darah, neuron, bakteri, dan ‘penduduk’ berukuran nano lainnya. Di saat yang sama, manusia sekaligus merupakan jagat raya kecil (mikrokosmos) dan bertempat tinggal di bumi yang beralamat di tata surya dan galaksi bimasakti.

Buku ini secara tak langsung terhubung ke narasi tersebut dengan caranya yang menarik. Kemudian dengan memadukan psikologi (sains) dengan okultisme (berkaitan dengan mistisisme dan spiritualisme), Atkinson juga memberikan pandangan kalau manusia hanya akan menerima apa yang sesuai dengan keadaan mental mereka.

Jika kita berkecil hati, misalnya, otomatis kita terperangkap ke dalam ruang kekerdilan dan semesta negatif. Sedangkan saat kita antusias, kita masuk ke alam penuh energi dan tak kehabisan semangat hidup. Ringkasnya, rasa takut dan kemurungan dalam pikiran kita akan menarik hal-hal sejenis itu untuk hadir ke diri kita. Sementara pikiran yang ceria dan bahagia, akan mendatangkan hal-ihwal yang cerah dan menggembirakan. Pada poin inilah pembaca semakin menyadari pentingnya kendali mental dan menjadi tuan atas pikiran kita sendiri.

 

Kekuatan Tekad dan Vibrasi Pikiran

Sebagai seorang penulis, William Atkinson telah membuktikan apa-apa yang dituliskannya selama hidup, terutama mengenai tekad. Betapa tidak, ia menjalani 70 tahun usianya dengan melahirkan sekitar 100 buku—atau bisa jadi lebih, karena ada beberapa yang tidak terdata mengingat ia sering menggunakan nama pena baru. Itu sudah bukti kuat bahwa sebagai individu yang hidup di masa pra-teknologi digital, bahkan sebelum masa perang, ia mempunyai tekad kuat mendedikasikan pikiran untuk berbagi wawasan ke sesama manusia hingga melintas beberapa generasi.

Dari situ kita memperoleh penegasan mengenai kekuatan tekad dan hasil yang dicapainya. Dengan membaca buku setebal tak sampai 150 halaman ini, saya menemukan bahwa tekad adalah sesuatu yang nyata, penting, dan terasa. Kekuatan tekad beserta vibrasi pikiran, dalam penjelasan buku ini, ternyata dapat berpendar ke luar, hingga berupa semacam ‘angin atau gelombang energi’ yang entah mendorong atau bahkan mengintimidasi orang lain.

Jika anda penonton anime jepang One Piece, bukan suatu kebetulan jika saat membaca bagian akhir buku ini anda akan teringat “haki”. Suatu kekuatan internal (mental, batin, metafisik) seseorang yang mampu memancar dan berdampak secara fisik sehingga mempengaruhi orang di sekitarnya.

Secara apik dan jitu, Atkinson mempertebal penjelasannya terkait kekuatan itu dengan narasi Buxton yang berkata, “makin lama saya hidup, makin saya sadar bahwa perbedaan besar antara manusia, yang lemah dan yang kuat, yang besar dan yang tak penting, adalah energi dan tekad yang tak terkalahkan”. Dari sinilah bisa kita kaitkan dengan charisma, wibawa, dan sejenisnya. Segera baca selengkapnya dalam buku kecil namun bergizi ini.[]

__________________

Data Buku:

Judul: Thought Vibration (Vibrasi Pikiran) | Penulis: William Atkinson | Penerjemah: Marina Pakaya | Kota: Yogyakarta | Penerbit : Bright Publisher (Shira Media) | Tahun: Cet. I, 2019 | Tebal: xxii + 110 hlm. | ISBN            : 978-602-5868-66-5

Tags: bukuhukum tarik menariklaw of attractionproduktivitasresensitekadThought VibrationWilliam Atkinson
ShareTweetSendShare
Previous Post

Penulis Muda yang Pernah Putus Asa

Next Post

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

M. Naufal Waliyuddin

M. Naufal Waliyuddin

Tim Redaksi Metafor

Artikel Terkait

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
Resensi

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan

26 April 2025

 “Manungsa kuwi gampang lali, Le. Mula kowe kudu sregep nyatheti. Nyatheti opo wae kanggo pangeling-eling. Mbesuk yen simbah lan ibumu...

Novel “Heaven”: Perundungan dan Pergulatan Hidup Penyintas
Resensi

Novel “Heaven”: Perundungan dan Pergulatan Hidup Penyintas

28 Maret 2024

Deretan kasus perundungan akhir-akhir ini terus bermunculan. Belum lama ini ramai tajuk berita seputar kasus perundungan di Binus School Serpong,...

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard
Resensi

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

4 September 2022

Judulnya Educated. Buku memoar yang mengantongi lika-liku kehidupan sebuah keluarga ‘penjaga’ lembah indah, Buck’s Peak, Idaho Amerika Serikat. Tara Westover...

Menyoal Tirani: Pelajaran Penting Demokrasi Abad Ini
Resensi

Menyoal Tirani: Pelajaran Penting Demokrasi Abad Ini

9 Agustus 2022

Pada abad ke-21 ini, kita menghadapi pelbagai persoalan demokrasi di Indonesia—merujuk kepada kebebasan berpendapat dan pemenuhan hak-hak masyarakat—menjadi indikator penting...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

19 Desember 2020
Retorika Lucu

Retorika Lucu

11 Agustus 2021
Minyak Goreng: Objek Doktrin Ekonomi Politik Klasik “Laissez-faire”

Minyak Goreng: Objek Doktrin Ekonomi Politik Klasik “Laissez-faire”

16 April 2022
Gejala Kebudayaan Hilang di Era Pandemi

Gejala Kebudayaan Hilang di Era Pandemi

7 Februari 2021
Perilaku Umat Beragama Kiwari: Sebuah Ironi

Perilaku Umat Beragama Kiwari: Sebuah Ironi

29 Maret 2021
Nyala Lilin dan Puisi Lainnya

Nyala Lilin dan Puisi Lainnya

14 Maret 2022
Main Tanah dari Langit

Main Tanah dari Langit

28 November 2021
Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

9 April 2022
Gambar Artikel Bias Kegelisahan dan Kenangan

Bias Kegelisahan dan Kenangan

17 November 2020
Promothean

Promothean

1 Februari 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (64)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (51)
  • Metafor (210)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (138)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.