• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Senin, 13 Oktober 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Resensi

Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme

Naufal Aulia Hanif by Naufal Aulia Hanif
13 Oktober 2025
in Resensi
0
Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme

Sumber ilustrasi: Getty Image

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Ketidakadilan sosial di ruang sehari-hari kita mendorong banyak pemikir mencari pisau analisis baru dan segar. Di tengah diskursus tersebut, Mansour Fakih hadir dengan bukunya Analisis Gender dan Transformasi Sosial (1996) yang menyoroti ketimpangan gender sebagai persoalan yang tak boleh berhenti di lingkaran akademis elitis. Dengan gaya yang mudah dicerna bahkan di warung kopi, Fakih menguraikan secara runtut tiga hal pokok: konsep gender dan ketidakadilannya, hegemoni maskulinitas yang menggerus semangat feminisme, serta refleksinya tentang emansipasi perempuan.

Seks sebagai Pemberian Tuhan, Gender sebagai Penugasan Sosial

Mansour Fakih dalam buku tersebut (hal. 3–7), membuka percakapan penting tentang perbedaan mendasar antara seks dan gender agar pembacanya tak tersesat dalam kabut istilah. Seks, katanya, adalah sesuatu yang kodrati—anatomi tubuh yang ditetapkan Tuhan. Namun gender adalah ciptaan manusia: hasil anyaman nilai, budaya, dan kekuasaan yang menempelkan sifat tertentu pada laki-laki dan perempuan. Kelembutan dianggap milik perempuan, ketegasan milik laki-laki—padahal semua itu, tulis Mansour, “dapat dipertukarkan dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat,” sehingga jelas bukanlah kodrat.

Distingsi ini penting, sebab masyarakat kerap memahat konstruksi sosial menjadi seolah-olah perintah Ilahi. Dari sinilah akar ketimpangan tumbuh: perempuan dianggap kodratnya di dapur dan laki-laki di ruang publik. Mansour mencatat, konsekuensi sosial dari kekeliruan tafsir itu menjelma dalam beragam bentuk ketidakadilan gender—mulai dari marginalisasi ekonomi, subordinasi politik, hingga beban ganda dalam rumah tangga. Sebuah sistem yang diciptakan manusia, namun sering kali disisipkan di balik nama Tuhan.

Di sinilah urgensi gerakan feminisme menemukan tempat dan signifikansinya. Namun begitu, masih banyak jebakan yang mendera gerakan ini, salah satunya terjebak pada sikap maskulin yang membuka keran patriarki dengan wajah yang berbeda.

Buku “Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih (Cet. baru di Insist Press)

Secara (Tanpa) Sadar Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme

Sebagai sebuah gerakan, pada awalnya feminisme sebenarnya bertujuan untuk mengakhiri segala bentuk penindasan dan eksploitasi yang terjadi kepada perempuan. Bahkan tidak hanya itu, Mansour juga sadar bahwa gerakan feminisme ini tidak semata-mata merupakan bentuk perjuangan emansipasi perempuan di hadapan laki-laki saja. Sebab, laki-laki, terutama dari kelas proletar, juga mengalami penderitaan yang sama akibat dari dominasi dan penindasan yang dirawat oleh sistem yang tidak adil (hal. 105).

Sementara itu, maskulinitas, sebagai sebuah ideologi yang kontradiktif dengan feminitas (yang erat dengan semangat kedamaian, kasih, dan kebersamaan), memiliki karakter yang berbeda, seperti penindasan, eksploitasi dan dominasi. Menariknya, dua hal ini tidak selalu direpresentasikan oleh perempuan atau laki-laki saja. Sebab, Mansour juga menambahkan bahwa, tidak sedikit perilaku perempuan atau aktivis feminisme justru kerap kali menggambarkan semangat dan nilai-nilai maskulin.

Selain itu, dalam perjalanannya, maskulinitas juga cukup berhasil masuk secara hegemonik dalam beberapa gerakan-gerakan feminisme. Pemikir yang pernah menempuh pendidikan sarjana teologi di IAIN Syarif Hidayatullah itu menyebutnya sebagai hosting the oppresor’s ideology, menjadi tuan rumah ideologi para penindas.

Dalam menjelaskan dominasi nilai-nilai maskulin di ranah gerakan feminisme, Mansour merujuk pada dua arus besar di antaranya, yakni gerakan feminisme liberal dan feminisme radikal (hal. 106-107). Baginya, kelompok pertama mereproduksi ideologi maskulinitas karena meyakini kesetaraan lahir dari rasionalitas, sehingga perempuan didorong bersaing di “arena y”ang diatur oleh prinsip-prinsip dominasi maskulin. Bahkan Mansour menganggap mereka sebagai kelompok yang tidak mempermasalahkan penindasan dari ideologi patriarki dan ketidakadilan struktural yang terjadi di masyarakat. Asalkan mereka dapat merebut peran dan privilidge, it is okey.

Sementara kelompok kedua, yakni feminisme radikal, juga dinilai Mansour membawa semangat maskulinitas karena menganggap penindasan perempuan bersumber dari laki-laki. Pandangan ini membuat mereka terjebak dalam pola persaingan dan dominasi yang sama. Mansour menegaskan, bahwa akar penindasan bersifat struktural, sehingga solusinya bukan melawan laki-laki, melainkan mengubah struktur kelas dan memutus relasi dengan sistem kapitalis (hal. 109).

Gerakan Feminisme Bukan Gerakan Balas Dendam kepada Laki-Laki

Sebagai penutup, meski buku ini tergolong ringan dan dapat dinikmati dengan secangkir kopi hitam, penulis merasa penting untuk merekomendasikan karya Mansour Fakih ini kepada siapa pun. Ide-ide yang Mansour tawarkan tentang gerakan feminisme juga patut diapresiasi. Sebab, feminisme menurutnya tidak boleh dipahami sekadar sebagai ekspresi kemarahan “yang buta” terhadap laki-laki saja.

Mansour justru mengingatkan bahwa untuk mencapai inti dan akar persoalan, gerakan feminisme harus dibaca melampui dikotomi antara laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, gerakan ini tidak semata-mata diarahkan untuk melawan laki-laki dengan emosi yang meluap-luap, melainkan dimaksudkan untuk membongkar penyebab utama dan akar persoalan yang lebih dalam.

Lebih lanjut, upaya yang ditawarkan Mansour adalah menjadikan gerakan feminisme sebagai gerakan pembebasan, baik bagi perempuan atau laki-laki, dari sistem yang menindas dan tidak adil. Dengan begitu, tujuan feminisme adalah penghapusan segala bentuk ketidakadilan, penindasan, dominasi, dan diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat. Pandangan tersebut tentu akan membawa gerakan in bukan sekadar perjuangan parsial yang “setengah-setengah” saja, tetapi gerakan transformasi sosial yang menyentuh akar permasalahan yang terjadi. Sebagaimana yang Mansour ungkapkan dalam buku ini:

“..harus merupakan proses penghapusan atau penyingkiran segala bentuk ketidakadilan, penindasan, dominasi, dan diskriminasi: sebagai hubungan yang saling terkait, yang meliputi hubungan ekonomi, sosial, kultural, ideologi, lingkungan, dan termasuk di dalamnya adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan…”.

Tags: bukufeminismegenderMansour Fakihresensitransformasi sosial
ShareTweetSendShare
Previous Post

Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti

Naufal Aulia Hanif

Naufal Aulia Hanif

Mahasiswa pascasarjana di Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) UGM Yogyakarta.

Artikel Terkait

Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
Resensi

Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu

24 Agustus 2025

Dalam hidup ini, pastinya kita pernah mengalami situasi keterburu-buruan. Waktu seolah-olah mengejar kita. Tak ada waktu lagi untuk sekadar duduk...

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
Resensi

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan

26 April 2025

 “Manungsa kuwi gampang lali, Le. Mula kowe kudu sregep nyatheti. Nyatheti opo wae kanggo pangeling-eling. Mbesuk yen simbah lan ibumu...

Novel “Heaven”: Perundungan dan Pergulatan Hidup Penyintas
Resensi

Novel “Heaven”: Perundungan dan Pergulatan Hidup Penyintas

28 Maret 2024

Deretan kasus perundungan akhir-akhir ini terus bermunculan. Belum lama ini ramai tajuk berita seputar kasus perundungan di Binus School Serpong,...

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard
Resensi

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

4 September 2022

Judulnya Educated. Buku memoar yang mengantongi lika-liku kehidupan sebuah keluarga ‘penjaga’ lembah indah, Buck’s Peak, Idaho Amerika Serikat. Tara Westover...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025
Gambar Artikel Lirih Menangis

Lirih Menangis

17 Januari 2021
Selamat Bertugas Selamanya!

Selamat Bertugas Selamanya!

27 April 2021
Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

9 April 2022
Pendidikan, Multiple Intelligences dan Persoalan Era Digital

Pendidikan, Multiple Intelligences dan Persoalan Era Digital

25 Juni 2021
Telur, Susu, dan Viagra di Cafe Puisi Mbeling

Telur, Susu, dan Viagra di Cafe Puisi Mbeling

27 Januari 2021
Kopi yang Tumpah Sebelum Diangkat

Kopi yang Tumpah Sebelum Diangkat

3 Maret 2021
Ritus Kesunyian

Ritus Kesunyian

21 Maret 2021
Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

26 Mei 2025
Gambar Artikel Pengungsi Peradaban, Para Pencari Mbah Nun

Pengungsi Peradaban (2)

23 Januari 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (216)
    • Cerpen (54)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.