Sebungkus sunyi
Malam itu
Bulan datang dengan menggigil,
Kemerdekaan yang telanjang
Hanya mengingat aspal yang mencium butir hujan,
Malam itu
Kegelapan menjarah waktu
Rumah oh rumah’, di mana hatimu yang megah
Mataku lunglai meraba nyamanmu
Malam itu
Sejahtera telah kuyup
Sudah saya gantung bersama kalender
Menanti-nanti hari besarmu.
Brebes, 2020.
Lampu-lampu di atas Sawah
Di kota mu.
Kemakmuran dijual berapa?
Bila musim bawang, lampu-lampu itu menjaga malam
Bersaing dengan cahaya bulan.
Lampu-lampu itu tumbuh menjalar
Menyikut kegelapan.
Brebes, 2021.
Tubuh bulan
Bulan semalam telah nyenyak
Tertidur di atas tumpukan gelap, lelap jauh menyumur ke mimpi
Lekuk tubuhnya berloncatan riang, menginjak-injak kesunyian.
Bulan semalam mengabdi suntuk
Menyangga tubuhnya, lamun yang kian menebal
Cahayanya saling menyilang, menabrak pori-pori kegelapan.
Bulan semalam telah wafat
Dimandikan aliran nestapa, dibungkus kalimat berpintal-pintal
Dihantarkan ke pemakaman pasrah.
Tanah dan kembang-kembang menjelma serpihan doa
“Tenanglah, kau terkenang”
Brebes, 2021.