Gaza
(1)
Gegar amarah zalim amunisi
Gegerkan anak-anak zaman abrasi
Gelegar angkara Zionis anggun
Gemetarkan aku zikirkan ampun
(2)
Gemuruh amuk Zionis angkuh
Gugurkan asa ziarahi aduh
Gebalau anarki zarah abadi
Guncang anak-anak zimat alibi
(3)
Gemparkan Arab Zionis amoral
Gempur anak-anak zigzaglah akal
Geriap ajalmu ziarahi amalmu
Gelegar amarah ziarahi ajalmu
(4)
Gelap angkasa zionisme angkara
Gencarkan ayat-ayat Zionis adidaya
Genangi alirkan zarah amarah
Gasak anak-anak zaman antah
(5)
Gegar ancaman Zionis ambisius
Gempuran ababil zona arus
Geriap angkara zindik agamanya
Ganyang anak-anak zonder ampunnya
Jakarta, 16 Juli 2014
Anak Itu …. Darah Itu
Anak-anak di tanah Gaza Palestina
Tergolek diam bersama darah merah jelaga
Karena roket dan bom Israel tunjukkan amarahnya
Melumat rumah seisinya juga manusia
Yang binasa seketika meski tak berdosa
Peluru Israel membungkam kehidupan
Musnahkan berjuta cita dan harapan
Bagi tumbuh kembangnya di hari kemudian
Wujudkan mimpi menjadi kenyataan
Membela tanah air dengan keperkasaan
Anak-anak Gaza Palestina lalu hidup abadi
Dibelai ranum senyum dan hikayat mimpi
Dicatat dalam buku sejarah yang tak pernah mati
Diperam jadi ilham bagi hidup hakiki
Disemai dalam kancah peradaban di bumi
Cibinong, 20 Juli 2014
Narasi tentang Rahmah
Rahmah gadis kecil menggigil getir di Jalur Gaza Palestina membara
tersenyum geram sambil tangannya mengepal diacungkan ke udara
gundah menghardik tentara Israel sambil memukulkan tangan kanannya
ke tubuh serdadu itu sambil berkata terbata meski menahan amarahnya.
Rahmah gadis kecil memandang langit dan rumahnya tinggal puing
tanah kelahirannya diguncang peluru kendali hingga berkeping-keping
tapi ia dengan berani hampiri tentara Israel karena melihat sekeliling
tersayat pedih melihat mayat ayah bunda dan adiknya tercinta bergeming.
“Dua adikku satunya balita berpulang karena ulah membabi buta
dengan mulut bungkam dan darah menoreh pedih di wajahnya
tubuhnya penuh luka menganga karena peluru dan puing menimpa
meski hatiku perih, wajah saudaraku semburatkan rona bahagia!”
“Wahai, angkara tentara Israel yang mengguncang negeri kami
roket dan peluru kendali kau hamburkan leluasa, jangan lagi
hingga gedung juga rumah rubuh rata dengan tanah seketika
debu mengepul jiwa bergumul bersenyawa dengan tekad baja!”
Rahmah gadis kecil memandang lara di Jalur Gaza Palestina membara
tersenyum pahit mengigit setelah ditinggal pergi kedua orang tuanya
yatim piatu disandangnya setelah terhayati nurani sebagai roda takdir
yang menggilasnya silih berganti hingga segala yang fana berakhir.
Rahmah gadis kecil memandang mega biru merindu berubah merah
ketika serdadu Israel mengoyak tawa bahagia hingga jadi gundah
hidup sendiri dalam dengki mengebiri dan ditelikung murung amarah
jalan panjang masih juga mendera, namun hanya bersikap pasrah.
Cibinong, 31 Juli 2014
Elegi bagi Palestina
Wahai, Palestina
Di dalam Al-Quran engkau tersua
meski Israel selalu memburu
demi TanahTerjanji kian membisu
demi nama kakek moyang yang sama
Abraham atau Ibrahim layaknya.
Wahai, Palestina
Derita tiada akhir selalu membara
meski Israel atau Yahudi tembakkan roket
aneksasi tanah dan darah yang lengket
korbankan manusia tak berdosa
yang engkau lakukan tanpa rasa.
Wahai, Palestina
Sejak Adam engkau menjelaga
karena Israel dikutuk sumpah
menjadi bangsa yang serakah
hingga harus enyah meski Musa
dengan susah payah menyelamatkannya.
Wahai, Palestina
Janganlah engkau merana
meski Israel tumpahkan bom bertubi-tubi
dengan darah mendidih ke ulu hati
karena nafsu membunuh kian membuncah
hingga Isa diselamatkan Allah.
Cibinong, 17 Juli 2014