Cerpenis Itu Bernama Raa
Tanyaku membentuk bulan penuh
Pada kenapa yang aku pun tak tau
Jawabnya,
Di ujung tulisanmu yang kerap buatku terpaku,
Jatuh sejatuh-jatuhnya,
Berkali-kali.
Aku pun kembali bertanya
Pada kenapa-kenapa-kenapa lainnya.
Kau tahu?
Ruang Tengah, tiga hari penghujung Agustus
Kisahmu
Kisahmu sudah kusampaikan,
Pada sobat yang juga bernama sama
;Raa pada awal namanya,
Haha.
Jangan marah,
Biarkan kau jadi tokoh segala aksara,
Agar tiada lagi sepi dalam diksi
Kisahmu sudah kusampaikan,
Pada sesiapa yang tengah membacanya,
Mungkin juga kau. Semoga saja.
Ruang Tengah, tiga hari penghujung Agustus
Media
Petang rabu lalu kutulis tentangmu,
Lagi.
Dengan percaya diri yang tanpa gengsi
Pada media daring yang mungkin kau tahu
Jelas tak asing bagimu.
Tulisanmu lebih dulu bertengger di sana,
Seketika kesal dalam kepalaku,
Tangan membentur pena dan buku.
Bagaimana jika kau tahu?
Di kamar, Agustus 2021
Petak Umpet
Seperti sedang bersembunyi,
Lalu ditemukan dan terpaksa unjuk gigi.
Malu.
Bagaimana kau bisa tahu?
Tidak kusebut namamu pada komentar di foto itu, Ra.
Lalu satu hati terlihat di notifikasi,
Ya tentu saja,
Kaget bukan main tau itu namamu.
Ah, payah!
Apakah tulisan ini bernasib sama?
Dengan tanya, Agustus 2021