• Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kerjasama
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
Thursday, 04 December 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Cerpen

Dongeng Pak Tua Menjangkau Cahaya

Zeky Effendy by Zeky Effendy
23 February 2021
in Cerpen
0
Dongeng Pak Tua Menjangkau Cahaya

https://unsplash.com/photos/JJTTTCa2qFo

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Sengaja, malam ini kusepikan diriku dari secangkir kopi, puisi dan sunyi. Aku lelah, menjerang rasa. Aku bosan, bersenggama dengan air mata. Kupaksakan, diriku keluar dan bercengkrama dengan Pak Tua, tetanggaku.

“Hey,bujang bagaimana kabarmu?  Sudah lama, kita tak bercengkrama” sambutnya atas kedatanganku.

“Hehe, baik-baik saja Pak” timpalku.

“Mari-mari, duduklah di sampingku. Akan, kuceritakan kisah Nabi-Nabi padamu” ajaknya, dengan gelak tawa yang mengiringi kata-katanya.

“Boleh-boleh” balasku, sembari kudaratkan bokongku tepat disebelahnya.

Belum, semenit aku singgah. Ia, beranjak dari duduknya.

“Sebentar-sebentar, anak muda” masuklah ia kerumah dengan tergesa-gesa.

Tak lama, ia kembali dengan membawa sebotol air jahat dan sloki ditangan kiri nya.

“Ini sengaja kusiapkan untukmu. Sebagai narasi sebelum dongeng dimulai” ujarnya.

Dituanglah, air jahat sebagai pembuka dongeng malam ini,

“Mari, tegukan pertama darimu”sambil ia suguhkan segelas air jahat tepat dihadapanku.

Dengan aroma kecut yang khas, kuteguk secara perlahan ‘begitu sopan minuman ini masuk ke liang kerongkongan dan lambungku’ gumamku

Ia mulai bercerita ‘Anak muda, taukah engkau bahwa dahulu, ada seorang murid yang diperintah oleh gurunya untuk mencari cahaya sejati”

“Eit.. katanya, cerita tentang Nabi”aku, menyela di awal ceritanya.

“Ndak sopan,  kita lagi minum air surga kok cerita Nabi” sahut nya, sambil membakar sebatang rokok di tangan. Ia melanjutkan “Lalu, karena si murid taat kepada gurunya. Tanpa banyak cakap dan bertanya, ia bergegas mencari sepercik cahaya sejati”. Sambil melanjutkan, ia tuang lagi gelas air jahat kepadaku. Tenggorokanku, semakin berahi meneguknya lagi.  Semakin hangat lambungku, semakin melayang akalku

“Semua jalan, telah dilalui si murid. Dari tanjakan, hingga jalan turunan. Dari bebatuan, hinga aspal. Akan tetapi,  tak ada sepercik cahaya sejati yang ia temui. Ia memutuskan sejenak merebahkan diri di goa sunyi tersembunyi”. Diteguknya lagi dan lagi

“Ia tertidur, pasrah. Hingga, ia tersadar saat matahari perlahan lenyap di mimpinya”. Ia mencekokiku lagi dan lagi. Membuat badanku kian lemah. Seperti, daun yang terombang-ambung angin. Pasrah, tanpa kuasa atas diri. Tak terasa, habis lima gelas sudah kutegguk air jahat yang semakin gencar menyerang akal sehat. Aku semakin melayang bersama cerita nya.

“Ia kalah! Menyerah, sebelum cahaya sejati itu ditemukannya. Sepertinya ia lupa, menanyakan cara menemukan cahaya sejati kepada gurunya”. Masih tersisa setengah dibotol. “Bergegas, sang murid menghadap gurunya, murid berkata ‘aku menyerah, guru.  Semua jalan, telah kujejali. Tak kutemukan, sepercik cahaya sejati’. Guru, pun marah. ‘Bodoh kau! Ceroboh, pergilah sampai kau temui cahaya sejati”.

“Bagaimana, cara menemukan cahaya itu guru? Aku tak tahu dimana harus kutemukan cahaya itu”. Kusulut sebatang rokok yang kumainkan di jemariku. Kutenggak lagi segelas air jahat keenam. Mataku, buram untuk memandang. Badanku, semakin pasrah terjajah tanpa daya.

“Sang guru menjawab, ‘Carilah, cahaya sejati di keramaian pasar, di lorong-lorong gelap penuh dosa’. Si murid, terkejut. ‘Bukankah, tempat itu pusatnya segala gelap. Mana mungkin kutemukan di sana, sedang cahaya tak akan hadir di tempat hina”.

Ragaku, seakan terbawa hanyut kedalam cerita. Akalku mengembara, membawaku ketempat gelap. Sangat gelap. Kucari, sepercik cahaya sejati. Dengan kaki, yang tak sanggup kuajak melangkah lagi. Kutemui, banyak fenomena. Dari, transaksi jual-beli kemaluan. Hingga, mengobral nama-nama Tuhan.

Aku,semakin melayang. Disudut gelap, kudengar jerit tangis anak kecil yang tak lagi dapat menahan lapar. Aku,semakin dekat. Lebih dekat lagi dan lagi. Sampai ketika, tangan legam menepuk bahu dan menyadarkanku dari segala khayalku.

“Hei, anak muda. Giliranmu, sekarang. Teguk lagi, segelas air surgawi terakhir!” Ia melanjutkan cerita

“Lalu, sang guru pun menjawab pertanyaan muridnya.

Sang guru berkata. ‘Bagaimana, kau bisa menemukan cahaya. Bahkan di matamu kamu tak mampu menilai hitam atas putih, wahai, muridku?”

“Si murid, akhirnya tersadar bahwa perjalanan panjang baktinya mencari cahaya adalah sia-sia”. “Tamat”

“Malam, semakin pekat memikat. Tidurlah! Ragamu, telah pasrah terjajah, hingga, lemah sudah. Aku pamit!” Ia berpamitan. Aku pun, turut pamit meninggalkan segala khayal yang pahit.

Akhirnya, kita berdua purna dengan cerita. Ia melayang dari singgasana menuju surga. Dan aku merayap dan lenyap dari segala sunyi menuju abadi.

Tags: cahayadongeng tuakehidupan gelapkepatuhanmenjangkau cahaya
ShareTweetSendShare
Previous Post

Puisi Siap Saji

Next Post

Bagaimana Laut Membuang Masa Kanak dan Remajamu?

Zeky Effendy

Zeky Effendy

Pemuda yang hobi ngopi. Tinggal di Ampel Surabaya

Artikel Terkait

Perempuan yang Menghapus Namanya
Cerpen

Perempuan yang Menghapus Namanya

30 November 2025

Kadang aku bertanya-tanya, apakah aku benar-benar ada atau hanya tinggal dalam kepala dan dada seseorang yang terlalu sering menulis namaku?...

Gelembung-Gelembung
Cerpen

Gelembung-Gelembung

19 November 2025

Gelembung-gelembung itu terus mengudara dan semakin tinggi diterpa angin pagi. Perlahan satu per satu jatuh dan pecah, namun ada yang...

Dua Jam Sebelum Bekerja
Cerpen

Dua Jam Sebelum Bekerja

21 September 2025

Hujan belum menunjukkan tanda reda. Aku menyeduh kopi lalu termenung menatap bulir-bulir air di jendela mess yang jatuh tergesa. Angin...

Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
Cerpen

Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?

24 July 2025

Selain rindu, barangkali kau tak punya alasan untuk apa pulang ke Palpitu. Sebuah pertanyaan tentang keadilan bagi ibumu juga belum...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Episodik: Depresi

Episodik: Depresi

5 April 2021
Gambar Artikel Serat Badar Lunar

Serat Badar Lunar

21 November 2020
Ayat-ayat Alam Raya

Ayat-ayat Alam Raya

19 June 2021
Gambar Artikel Penjelas Masa Lalu

Penjelas Masa Lalu

10 January 2021
Mengeja Karya Hanna Hirsch Pauli di Museum Stockholm

Mengeja Karya Hanna Hirsch Pauli di Museum Stockholm

15 November 2025
Menemui Emosi dari Diri

Menemui Emosi dari Diri

20 August 2021
Gambar Artikel Puisi Selamanya Laut. Kumpulan Puisi Faris Al Faisal

Selamanya Laut

14 January 2021
Gambar Artikel Kesetaraan atau Keadilan

Kesetaraan atau Keadilan?

31 December 2020
Gubuk Sajak

Gubuk Sajak

16 March 2021
Membaca Cara Kerja Pikiran

Membaca Cara Kerja Pikiran

8 April 2022
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menghapus Namanya
  • Mempersenjatai Trauma: Strategi Jahat Israel terhadap Palestina
  • Antony Loewenstein: “Mendekati Israel adalah Kesalahan yang Memalukan bagi Indonesia”
  • Gelembung-Gelembung
  • Mengeja Karya Hanna Hirsch Pauli di Museum Stockholm
  • Di Balik Prokrastinasi: Naluri Purba Vs Tuntutan Zaman
  • Pulau Bajak Laut, Topi Jerami, dan Gen Z Madagaskar
  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung

Kategori

  • Event (14)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (12)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (66)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (53)
  • Metafor (218)
    • Cerpen (56)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (49)
    • Gaya Hidup (26)
    • Kelana (13)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kontributor
  • Hubungi Kami

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Kami
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Hubungi Kami
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.