slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Di Sepanjang Jarak antara Sepasang Kekasih - Metafor.id
Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sunday, 1 June, 2025
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Cerpen

Di Sepanjang Jarak antara Sepasang Kekasih

Aditya Billy by Aditya Billy
13 July 2021
in Cerpen
0
Di Sepanjang Jarak antara Sepasang Kekasih

https://weheartit.com/entry/349188412

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Setiap hari ada banyak sekali pemuda-pemudi yang berlarian ke sana dan kemari, hingga hingar dan bingar dunia ini ramai dan padat diisi oleh sepasang kekasih muda-mudi. Hari Sabtu dan Minggu adalah bertepan dengan hari libur dan semua dari para pekerja baik itu buruh, pekerja kantor, sampai mereka yang punya posisi sebagai staf di suatu perusahaan atau pabrik.

Perjalanan yang amat panjang dan tak tau akan sampai mana berakhirnya adalah sebuah kewajiban yang harus dijalani manusia dan sepasang manusia. Di balik wajah mereka yang letih dan lesuh untuk terus memperjuangkan hidup dan dari nafas mereka sebuah hembusan yang ikhlas dan lirih yang harus dijalani tanpa pamrih.

Tak jarang sebuah romansa dijalani oleh sepasang kekasih yang mencari pengertian satu sama lain. Dan mencari perhatian. Barangkali mereka juga sama-sama saling menatap mata dan melepas rindu. Seperti seorang laki-laki di sana yang sedang menempuh sebuah pendidikan di perguruan tinggi dan seorang perempuan pekerja yang bekerja di sebuah pabrik.

Tiap kali hari bergulir, banyak manusia sama-sama saling membuka handphone masing-masing untuk sekadar menerima notifikasi dari seseorang yang dianggapnya penting. Tetapi kadang lelaki itu bangun kesiangan dan sudah ditinggal oleh kekasihnya untuk berangkat kerja. Ia hanya melihat isi pesan yang perempuan itu kirim kepadanya: ucapan selamat pagi dan petikan sisa-sisa rindu yang masih menempel di ingatannya seusai bertemu di hari yang lalu.

Pagi datang dan matahari sudah mulai bersinar. Bagi laki-laki itu, pagi dianggap biasa karena kelas yang akan ia mulai bertepatan di pukul 9. Masih ada waktu untuk dia beristirahat, memejamkan matanya, sembari mengistirahatkan pikirannya.

Di sisi lain, pagi-pagi buta perempuannya sudah bersiap untuk mencari rezeki bagi dirinya dan untuk keluarganya. Tidak lupa juga untuk mengirimkan pesan kepada lelakinya bahwa di hari itu ia akan berangkat bekerja dan tak lupa juga ia memberikan sebuah ciuman–meskipun tetap bertatap di layar handphone masing-masing.

Sepulang dari kerjaanya, lelaki itu menunggu. Dengan pikiran serta hati yang berbunga-bunga. Terutama karena tadi pagi ia tak sempat bangun dan belum sempat membalas pesan kepadanya. Akhirnya sosok perempuan yang menjadi kekasihnya mengabarinya bahwa ia akan pulang dan akan melakukan perjalanan menuju rumahnya.

“Hebat sekali perempuan di zaman sekarang, pagi-pagi buta sudah berangkat bekerja.” Ucapnya dalam hati sambil memegang rokok dan memandang ke arah langit sore.

Tiba sampai di rumah, perempuan itu langsung mengabari lelakinya dengan wajah yang lusuh dan lelah. Sesuatu yang ia tahan selelas pulang bekerja.

“Aku sudah sampai rumah.” Ketiknya dalam percakapan di WhatsApp.

“Ya sudah, kamu makan dan bersih-bersih, dan jangan lupa makan.” Tuturnya, dengan masih membayangkan sosok wanita yang ia cintai yang sedang merasakan kelelahan karena bekerja.

“Iya nanti, masih lelah. Mau merebahkan badan dulu.”

Malam datang. Sepasang kekasih ini mulai merasakan kerinduan satu sama lain. Meskipun jarak tidak terlalu jauh untuk bertemu, tetapi si laki-laki itu berpikir demi kebaikannya dan untuk kebaikan perempuannya. Maka jarang sekali sepasang kekasih ini bertemu.

Dalam percakapan yang terjadi di dalam WhatsApp, si perempuan merengek ingin dikasihi dan dicintai. Si lelaki pun mencoba untuk memberikan cinta yang setotalnya. Cinta yang ia miliki untuknya sembari memberi perhatian kepadanya. Dalam lamunannya, sambil menunggu balasan dari kekasihnya, lelaki itu masih terus berpikir kepada perempuan yang ia cintai. Ia merasa bahwa sebenarnya lelakilah yang harus bekerja dan bukan perempuan.

Karena si lelaki itu bertanggungjawab dengan pendidikan yang ia tempuh, ia selalu mencoba untuk mengalah dan memberikan perhatian lebih kepada perempuannya. Karena ia paham bahwa si perempuan-lah yang bekerja dan ia sedang menekuni pendidikannya.

“Saya tak mau bila nanti perempuan yang bekerja setelah kami menjalin keluarga. Dan tidak akan kubolehkah istriku bekerja.” Ucapnya kepada dirinya sendiri suatu hari, sambil memberanikan diri agar bisa bertanggungjawab menjadi lelaki sekaligus kepala rumah tangga kelak.

“Semua kebutuhan sandang, pangan, dan papan akan kutanggung semuanya. Dan dengan diri ini, aku akan menjadi tambang kebahagiaan baginya.” Dengan hati yang risau ia terus berkata kepada dirinya dan meyakinkan bahwa dirinya nanti akan bisa memberikan semuanya kepada perempuan yang ia cintai. Sebuah gumam sepi yang sesekali dibarengi dengan menghela nafas dan berdoa kepada Tuhan.

Ia mencoba terus menemani perempuannya di sepanjang malam sampai perempuan itu memejamkan matanya untuk beristirahat dan untuk memulai kembali perjuangannya di hari esok. Hatinya terus berjalan dan merasakan hal yang ingin sekali ia berikan: kebahagiaan dan rasa cinta untuknya. Ia membayangkan hal itu sambil memandang bintang di langit yang begitu ramai.

Dirinya masih terjebak dalam lamunannya yang ingin agar nanti perempuannya tidak bekerja dan di rumah saja mengurusi rumah tangga. Karana ia tak ingin terus menerus perempuan yang ia cintai bekerja sepanjang waktu. Tapi roda kehidupan terus berjalan dan berjalan, sepasang kekasih ini sadar akan keadaan masing-masing dan masih ingin membahagiakan kedua orangtua dari keduanya. Mimpi-mimpi dan harapan yang besar akan dikejar walau letih, lesuh dan kadang penuh keluhan. Semuanya mereka lakukan dan mereka berikan kepada hidup dan yang memberi hidup. Doa-doa ia panjatkan dalam setiap niatnya dalam kehidupan.

Bayangan akan masa depan dan harapan yang begitu besar yang ingin ia berikan pada perempuannya masih menjadi cita-cita baginya. Hal yang penting buatnya hanyalah untuk membahagiakan kekasihnya. Kini menjalani keseharian masing-masing adalah tanggungjawab bagi diri mereka. Untuk saling memberikan kebahagiaan dan saling bersitukar penderitaan satu sama lain dengan kekasihnya.[]

Tags: cerpencoronajarakkekasihkerjarumah tangga
ShareTweetSendShare
Previous Post

Ya Afu, Ya Jingan!

Next Post

Di Balik Senyum Warga Desa

Aditya Billy

Aditya Billy

Pemuda asli Cirebon yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi daerah Purwokerto dengan mengambil jurusan Pendidikan Sejarah. Ia percaya bahwa kebebasan belajar bukan hanya dituntut untuk fokus kepada satu pembelejaran saja, tetapi lebih dari itu bahwa kebebasan belajar adalah kebebasan untuk mempelajari segala-galanya. Boleh diajak ngopi via Ig: @adityablly

Artikel Terkait

Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
Cerpen

Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib

20 May 2024

“Ini sudah masuk bulan Agustus, Maemuna,” ucap Dae la One sembari membongkar perlengkapan sunat miliknya. “Aku ingat dua minggu lagi...

Cerpen

Calon Kepala Desa

5 March 2024

Rampung sepuluh tahun jadi pegawai desa, kini tugasnya selesai. Bukan ia tidak mau berjuang lagi. Tapi ini sudah di luar...

Perihal Wajah Asing di Kereta
Cerpen

Perihal Wajah Asing di Kereta

8 December 2023

Langit Jakarta sedang melayu sore itu, awannya yang mendung tak karuan diembus angin entah ke mana. Kadang ke timur, kadang...

Warna
Cerpen

Warna

11 May 2023

Aku seperti berjalan tanpa jiwa di taman kota. Ketika matahari sore di Cirebon sedang terik dan mencekik, tubuh kopong ini...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Gambar Artikel Sedayu Dalam Kurun Waktu

Sedayu dalam Kurun Waktu

12 November 2020
Gambar Artikel Jangan Berharap! Teruslah Meratap

Jangan Berharap! Teruslah Meratap

10 November 2020
Mendikte dan Menyombongi Tuhan

Mendikte dan Menyombongi Tuhan

12 February 2021
Ihwal Mawat

Ihwal Mawat

7 February 2021
Gambar Artikel Sunyi dalam Kerinduan

Sunyi dalam Kerinduan

29 December 2020
Eufemisme dan Sarkasme di Era Orla, Orba, dan Oref

Eufemisme dan Sarkasme di Era Orla, Orba, dan Oref

10 October 2021
Sebuah Limerick yang Gagal

Sebuah Limerick yang Gagal

22 March 2022
Perihal Wajah Asing di Kereta

Perihal Wajah Asing di Kereta

8 December 2023
Memahami Puisi Instan “Malam Lebaran” Sitor Situmorang

Memahami Puisi Instan “Malam Lebaran” Sitor Situmorang

2 March 2021
Senja Carita

Senja Carita

24 April 2021

Ikuti Kami di Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
  • Puasa Puisi: Perayaan Sastra Lintas Bahasa
  • Aku Merangkum Desember

Kategori

  • Event (10)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (8)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (206)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (136)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In