slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Perempuan di Mata Asghar Ali Engineer - Metafor.id
Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sunday, 1 June, 2025
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom

Perempuan di Mata Asghar Ali Engineer

Dewi Zulaicho by Dewi Zulaicho
29 June 2021
in Esai, Kolom
0
Perempuan di Mata Asghar Ali Engineer

Sumber: https://weheartit.com/entry/314034385

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Banyak hal yang diperbincangkan mengenai perempuan. Perbincangan tersebut mengarah ke beberapa persoalan misalnya mengenai hak-hak perempuan dan juga kewajiban perempuan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi munculnya gerakan feminisme (suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut).

Kondisi perempuan, sebelum datangnya Islam melalui Nabi Muhammad, faktanya sangat memprihatinkan. Kala itu, apabila melahirkan bayi perempuan, maka bayi tersebut harus dibunuh. Hal itu dikarenakan pada zaman jahiliyah di Timur Tengah sana dianggap sebagai aib keluarga (Yunahar Ilyas, 1997).

Tidak sedikit isu-isu mengenai perempuan yang hingga akhirnya menimbulkan suatu keadaan di mana posisi perempuan termaginalkan dalam suatu tatanan masyarakat. Misalnya, dalam ranah politik: ada yang mengatakan bahwa keterlibatan seorang perempuan sangat diragukan terutama ketika ia menjadi seorang pemimpin. Sementara itu, jika kita menelisik sejarah terdahulu masih banyak ditemukan sosok pemimpin perempuan, seperti Khadijah binti Khuwailid, Siti Aisyah, Tarja Halonen dan adapula Megawati Soekarnoputri yang pernah menjadi presiden Republik Indonesia yang kelima.

Fenomena mengenai kesetaraan gender telah banyak dibahas oleh para aktivis gender sehingga mengingatkan saya pada salah satu sosok intelektual Muslim yang terkemuka yakni Asghar Ali Engineer. Pria yang akrab disapa Asghar Ali ini lahir di Salumbar, Rajasthan, India pada 10 Maret 1940 dalam lingkungan keluarga yang menganut paham Syi’ah Isma’iliyah.

Ia memulai pendidikan dasarnya di negeri India, kemudian melanjutkan ke Universitas Vikram pada tahun 1956. Seusai menjalani kehidupannya sebagai insinyur, ia beralih memasuki dunia kajian sosial keislaman. Hal tersebut membuahkan hasil, Engineer mendirikan sebuah institusi yang di dalamnya memiliki dua arah gerak yang berbeda. Yang pertama fokus pada bidang hubungan antaragama dan yang kedua fokus pada kajian mengenai perempuan (Ahmad Baidowi, 2005).

Asghar merupakan sosok intelektual Muslim yang sangat produktif pemikirannya. Sejak muda ia mulai menelisik problem-problem yang terjadi di lingkungannya, baik masalah agama maupun sosial. Ia berhasil mengejawantahkan beberapa pemikirannya dalam bentuk buku. Adapun beberapa karyanya yakni On Developing Theory of Communal Riots (1984), The Qur’an, Women and Modern Society (1999), Lifting The Veil-Communal Violence and Communal Harmony in Contemporary India (1994), Islam and Liberation Theology Essay On Liberative Elements In Islam (1990), Islam and Its Relevance to Our Age (1987), State of Women in Islam (1987).

Karyanya yang berjudul State of Women in Islam membahas mengenai perempuan yang menyamaratakan status laki-laki dan perempuan. Perlu kita ingat kembali bahwa Engineer merupakan salah satu tokoh yang sangat menjunjung tinggi kedudukan perempuan. Engineer mengatakan “kalau anda tidak bisa menciptakan kehidupan, maka anda tidak berhak untuk merampas hak hidup orang lain”. Oleh sebab itu, karya utamanya mengenai hak-hak perempuan dalam Islam menjadi sorotan masyarakat yang di dalamnya masih menganggap rendah sosok perempuan (Asghar Ali Engineer, 1994).

Menurutnya, pada zaman jahiliyah sosok perempuan merupakan kaum yang lemah dan tertindas. Agama sendiri pada hakikatnya membebaskan kaum yang tertindas dan menciptakan kondisi yang rahmatan lil a’alamin. Dalam buku Hak-Hak Perempuan dalam Islam, Engineer juga menerangkan bahwa al-Qur’an sendiri menegaskan konsep kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya sama-sama memiliki hak yang sama dalam bidang apapun, seperti bidang politik, ekonomi dan juga sosial.

Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah yang proses penciptaannya dari jenis yang sama. Keduanya bebas untuk mendapatkan profesi yang setara dengan catatan tidak melupakan tanggung jawab antarkeduanya (Asghar Ali Engineer, 2000).

Asghar mengakui kelebihan laki-laki sebagai bentuk keunggulan fungsional, buka keunggulan jenis kelamin. Suatu ketika pada saat diturunkannya sebuah ayat, laki-laki bertugas untuk mencari nafkah sedangkan perempuan bertugas untuk menjalankan perannya sebagai istri di rumah. Hal tersebut dikarenakan pada masa itu kesadaran perempuan masih kurang sehingga tugas mencari nafkah dianggap sebagai keunggulan. Oleh sebab itu, kepemimpinan laki-laki bersifat kontekstual, bukan normatif. Asghar berkesimpulan bahwa seorang perempuan boleh memainkan peran apapun dalam hidup tanpa melanggar ketentuanAllah (Dr. Nur Janah Ismail, 2003).

Terkait pemikirannya mengenai kedudukan perempuan, Asghar juga mengkritisi metode para mufassir dalam memahami ayat yang merendahkan sosok perempuan. Menurutnya, para mufassir hanya menengok pada hal yang berbau teologis dan mengabaikan anasir yang bersifat sosiologis. Seharusnya mereka tidak hanya menggunakan satu dari keduanya, sebab turunnya ayat disebabkan oleh kondisi umat pada saat itu yang jika dikaitkan pada masa kini pasti terdapat beberapa perbedaan teologi maupun sosiologinya.

Ia juga menjabarkan bahwa ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan ketika menafsirkan ayat al-Qur’an. Pertama, al-Qur’an memiliki dua aspek, yakni aspek normatif dan juga kontekstual. Kemudian yang kedua, penafsiran ayat-ayat al-Qur’an bergantung pada kondisi, pengalaman dan latar belakang si penafsir. Dan yang terakhir, makna ayat-ayat al-Qur’an itu terhampar dalam waktu. Jadi, tidak heran apabila kita menemui perbedaan penafsiran antara orang terdahulu dengan orang zaman sekarang. Dan yang terpenting adalah menyikapi perbedaan sebagai kekayaan dan keindahan, bukan sebagai pemicu kedengkian dan permusuhan. Wallahu A’lam.[]

Tags: Asghar Ali Engineergenderislamkeadilankesetaraanperempuan
ShareTweetSendShare
Previous Post

Abbas Ibn Firnas: ‘Manusia Terbang’ Pertama dari Andalusia

Next Post

Mimpi Reyot

Dewi Zulaicho

Dewi Zulaicho

Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya. Akun Instagram: @z.dewiii

Artikel Terkait

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024

Sepuluh menit setelah tanggal berganti menjadi 29...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024

28 Maret 2024 Masehi. Malam 18 Ramadhan 1445 Hijriah. Saya tiba di Ladaya, Tenggarong, setelah menempuh lebih dari satu setengah...

Maraknya Perundungan Tanda Rendahnya Budaya Literasi
Esai

Maraknya Perundungan Tanda Rendahnya Budaya Literasi

17 March 2024

Belakang ini isu perundungan bagai bom waktu. Setiap hari bisa meledak di mana-mana, baik di sekolah hingga pesantren elite sekalipun....

Public Speaking Bukan Hanya Keterampilan Orang Terpelajar
Esai

Public Speaking Bukan Hanya Keterampilan Orang Terpelajar

4 April 2023

Berbicara, sebagai kebutuhan primer dalam berinteraksi, dapat membuat sebuah pertemuan menjadi lebih hidup. Bagi kebanyakan orang, sering atau banyak bicara...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Menyoal Cinta Vs Primbon Weton Jawa

Menyoal Cinta Vs Primbon Weton Jawa

26 July 2021
Gambar Artikel Tindak Korupsi di Mata Ahmad Hassan

Tindak Korupsi di Mata Ahmad Hassan

11 January 2021
Gambar Artikel Kucing Liar

Kucing Liar

18 November 2020
Gambat Artikel Abbas Ibn Firnas : Manusia Terbang Pertama dari Andalusia

Abbas Ibn Firnas: ‘Manusia Terbang’ Pertama dari Andalusia

29 June 2021
Membaca Pikiran Atheis Sam Harris: Manusia Bebas atau Terjajah Selera?

Membaca Pikiran Atheis Sam Harris: Manusia Bebas atau Terjajah Selera?

19 April 2022
Gambar Artikel Menemui Aku yang Aku

Menemui Aku yang Aku

5 November 2020
Mengenali Karakter Orang Lewat Tulisan Tangan

Mengenali Karakter Orang Lewat Tulisan Tangan

27 February 2023
Gambar Artikel Wartawan Ala Cak Rusdi

Wartawan Ala Cak Rusdi

30 April 2021
Pergi

Pergi

25 March 2021
Balapan yang Dibudayakan

Balapan yang Dibudayakan

20 October 2021

Ikuti Kami di Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
  • Puasa Puisi: Perayaan Sastra Lintas Bahasa
  • Aku Merangkum Desember

Kategori

  • Event (10)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (8)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (206)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (136)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In