METAFOR.ID – Jumat malam (29/03/2024) telah berlangsung kegiatan “Puasa Puisi feat Mantra-Mantra” hasil kolaborasi antara Filosotoy dan Warung Sastra di daerah Karangwaru, Yogyakarta. Acara tersebut berisi pembacaan puisi dari anggota komunitas Filosotoy maupun dari para audiens yang hadir di lokasi. Kegiatan tersebut bermaksud mengisi bulan puasa Ramadan dengan merayakan puisi bersama-sama.
Menariknya, komposisi lebih dari 30 tamu yang datang bukan hanya dari Yogyakarta saja, tetapi berasal dari banyak tempat, bahkan di luar Tanah Air. Ada yang dari Malang, Jakarta, Ciamis, Bekasi, Surabaya, hingga Portugal. Mayoritas kaum muda dan mahasiswa. Beberapa dari mereka menguji diri dengan maju untuk membacakan karya–baik gubahan sendiri maupun buah tangan sastrawan favorit.

Sajak-sajak dan puisi-puisi yang dibacakan pun bersifat lintas-bahasa. Puisi bahasa Indonesia menjadi porsi paling banyak. Namun begitu, ada yang melantunkannya dalam bahasa Jawa dan bahasa Portugal. Juga dalam setiap pembacaan, para penampil akan ditemani oleh instrumen biola syahdu yang disekondani Kukuh Basuki.
Baik laki-laki maupun perempuan sama berkontribusi memeriahkan malam itu. Sebagian dari mereka mengaku baru pertama kali membacakan puisi di depan umum–sesuatu yang membuat tuan rumah mengapresiasi urun-suara dari mereka.
“Senang sekali perhelatan malam puisi bisa kembali berlangsung ramai. Ada banyak sekali puisi yang dilantunkan. Mulai dari puisi Indonesia, puisi Arab, puisi Portugal, sampai puisi Jawa. Apresiasi untuk teman-teman yang berani membaca puisi untuk pertama kali. Sungguh malam yang syahdu!” Tulis akun @warungsastra di unggahan Instagram.

Komunitas Filosotoy sendiri (akun: @klubfilosotoy), sebagai informasi, adalah lingkar komunitas berbasis di Yogyakarta yang menjadi ruang berkumpul membedah buku, isu, wacana dan fenomena di meja tongkrongan. Acara “Puasa Puisi” kali ini adalah yang kedua–perhelatan pertama berlangsung 15 Maret 2024.

Sedangkan Warung Sastra adalah toko buku yang berdiri sejak 2017 dan memulai usahanya dari jual-beli buku secara daring. Kini toko buku yang dirintis Andre dan Bagus sedari fase akhir perkuliahan sarjana itu sudah memiliki tempat untuk dikunjungi dan menyediakan juga hidangan makanan, kopi, dan penyetan. Tagline usaha mereka: “buku, kopi dan penyetan”. Ruang temu yang cocok untuk bersitukar ide, menjalin kolaborasi, dan kerja-kerja literasi dan kebudayaan. Itu karena kita teringat tulisan Tan Malaka:
“Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu, dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi”.
Tapi, ya, kalau sedang ada rezeki, mbok ya boleh banget beli kopi atau penyetan, biar perut sedikit terisi dan lebih kuat baca buku atau puisinya. Heuheu.*[MnW/29-03-2024]