• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Kamis, 21 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi Komentarium

Facebook, Penyair, dan Lunatisme

Syukur Budiardjo by Syukur Budiardjo
17 Februari 2021
in Komentarium
0
Facebook, Penyair, dan Lunatisme

https://unsplash.com/photos/X8sHrrH_xXg

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Kehadiran Facebook bagi dunia literasi bagaikan gayung bersambut. Dunia baca-tulis berkembang pesat karena Facebook. Facebook menjadi media sosial yang sanggup menjadi ajang dan wahana untuk menulis apa pun.

Karya sastra puisi kini tak lagi menjadi barang luks dan benda sangar. Siapa pun yang mampu memberdayakan kata-kata, kemudian mengeksplorasinya dengan memperhatikan kaidah indah dan berguna (dulce et utile), dapat menulis puisi. Facebook benar-benar ramah puisi.

Puisi terang dan puisi gelap hadir di Facebook. Puisi serius dan puisi mbeling tampil di Facebook. Puisi lirik dan puisi kontekstual muncul di Facebook. Puisi religius dan puisi kritik sosial ada Facebook.

Booming puisi di Facebook melahirkan banyak penyair Facebook. Kehadirannya sangat menggembirakan. Apalagi eksistensi mereka ditandai dengan terbitnya buku-buku kumpulan puisi. Meski diterbitkan secara indie sakalipun. Dengan demikian, khasanah puisi di negeri ini kian meriah.

Tanpa SK

Kehadiran para penyair Facebook tidak mulus ternyata. Banyak pihak cemburu. Mereka marah. Mereka kecewa. Mereka merasa dilangkahi. Mereka merasa terlampaui. Mereka rupanya terjangkiti semacam penyakit hati,  iri dan dengki.

Mereka memiliki anggapan dan alasan sendiri. Merasa telah berlatih menulis puisi bertahun-tahun, tetapi tak juga memperoleh predikat penyair. Mereka mengejar gelar penyair rupanya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 1114), lema “penyair” bermakna 1 pengarang syair; pengarang sajak; 2 pujangga. Betapa sangat sederhana maknanya. Akan tetapi, dunia penyair bisa berubah menjadi “dunia gila” atau “dunia lunatik” karena kecemburuan gelar.

Saya pikir kawan-kawan yang rajin menulis puisi di Facebook tak berharap — seperti halnya saya — memperoleh gelar penyair. Lagi pula, siapa atau lembaga apa yang memiliki kewenangan memberikan gelar penyair dan memberikan surat keputusan (SK) penyair? Jadi layaknya penyair tanpa SK.

Kami, sesama pengarang atau penulis puisi di Facebook, tentu saja layak menyebut sesama pengarang atau penulis puisi di Facebook sebagai penyair Facebook. Tak ada yang melarang. Jika ada komunitas atau masyarakat yang menyebut kami penyair Facebook, itu bukan atas suruhan kami. Itu hak mereka.

Dunia Sepi

Di negeri ini penyair bukanlah profesi yang dapat diandalkan untuk memperoleh penghasilan. Buku-buku kumpulan puisi teronggok lesu di banyak toko buku. Tak laku. Jika Anda semaptkan waktu untuk berkunjung ke sebuah toko buku terkenal di kawasan Matraman di Jakarta Timur, kemudian singgahlan Anda untuk melongok ke bagian buku puisi, Anda akan terkejut. Sebab, bukubuku puisi karya penyair yang sudah punya nama saja tergolek lesu, masih terlihat dalam jumlah yang lebih dari sepuluh jari tangan.

Kemungkinan untuk disinetronkan atau difilmkan pun sangat tipis, kalau tak boleh dikatakan tak ada. Jika ada, itu pun karena daya tarik dan daya pikat kehidupan penyairnya. Misalnya Chairil Anwar, penyair total yang bergelar Binatang Jalang. Berbeda dengan cerpen dan novel yang memiliki kans disinetronkan atau difilmkan.

Dunia puisi adalah dunia sepi. Dunia tanpa keramaian. Penyair adalah manusia gelisah yang selalu kesepian. Tak ada gemuruh tepuk tangan. Tak ada aplaus. Hingga penghargaan dan penghasilan penyair semata sangat memilukan dan menyedihkan.

Mengapa masih ada juga orang yang mau menjadi penyair — ya penyair Facebook itu? Saya kira mereka — termasuk saya — senantiasa ingin menyampaikan “suara hati” demi peningkatan harkat, derajat, dan martabat kemanusiaan. Tak lebih dari itu.

Dari segi ekonomi, penyair jauh terlampaui oleh komedian. Sebut saja stand up comedy, yang akhir-akhir ini ngetrend di berbagai stasiun televisi swasta, masih menunggu kedatangan para komedian baru. Barangkali kita perlu menjelajah ke wilayah lawak, menjadi komedian layaknya. Penyair yang merangkap komedian. Ini barangkali.

Aneka Hidangan

Mungkin instan. Mungkin sublim. Ada yang bagus. Ada yang jelek. Ada yang serius. Ada yang mbeling. Ada yang gelap. Ada yang terang. Ada yang panjang. Ada yang pendek. Ada yang kontekstual. Ada yang personal. Ada yang liris-imajis. Ada yang nyengir-getir

Itulah aneka hidangan yang disuguhkan penyair Facebook. Puisi atau sajak yang tersaji dan terserak di beranda Facebook, bukan di rubrik atau halaman satra di koran. Kita mudah menemukannya sebagai status yang bermagma meskipun tak sedikit yang meragukannya.

Terkadang kita menemukannya seolah curhat semata. Namun, sejatinya di situ tergelar nyanyian jiwa yang mungkin sedang terjebak stagnasi idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, religi, dan sebagainya.

Waktu dan Ketekunan

“Yang bukan penyair, minggir!” Itulah pernyataan yang pernah disampaikan oleh presiden penyair (tanpa pemilu), Sutardji Calzoum Bachri. Ini untuk menyindir orang-orang yang menulis puisi atau sajak dengan main-main. Atau, mungkin, untuk menyindir mereka yang tak menguasai ilmu puisi atau sajak namun mereka dengan percaya diri menyebut dirinya sebagai penyair.

Akan tetapi, melalui tulisan  ini saya mengajak Anda yang bukan penyair Facebook agar mampir ke lapak milik kawan-kawan penyair Facebook. Bacalah puisi atau sajak yang mereka kreasi di status Facebooknya. Puisi atau sajak mereka tampak sebagai produk kesenian yang tak lagi sangar dan asing.

Seperti tertulis di awal tulisan ini, puisi atau sajak mereka memiliki keragaman bentuk, isi, dan penampilan. Kesemuanya diolah hingga menghasilkan produk puisi atau sajak yang terasa masih mentah, setengah matang, atau matang.

Meski demikian, jika mereka berlatih terus-menerus, mereka akan mampu menulis puisi atau sajak yang bagus. Setelah itu, jika kemudian mereka mengirimkannya ke surat kabar, saya yakin bahwa penjaga rubrik puisi akan meluluskannya. Puisi mereka akan terpampang di halaman sastra surat kabar lokal atau nasional. Hanya waktu dan ketekunan yang akan membuktikan.

Bravo penyair Facebook!

Tags: facebookpenulis puisipenyair facebookpuisi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Panjang Sama Panjang

Next Post

Yang Mengelucak dari Lembar-Lembar Buku Pepak

Syukur Budiardjo

Syukur Budiardjo

Penulis dan Pensiunan Guru ASN di DKI Jakarta. Alumnus Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Jurusan Bahasa Indonesia IKIP Jakarta. Menulis artikel, cerpen, dan puisi di media cetak dan daring. Menulis buku kumpulan puisi Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu Lelaki Datang (2018), Demi Waktu (2019), Beda Pahlawan dan Koruptor (2019), buku kumpulan esai  Enak Zamanku, To! (2019), dan buku nonfiksi Strategi Menulis Artikel Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan Sebagai Pengembangan Profesi Guru (2018). Akun Facebook, Instagram, dan Youtube menggunakan nama Sukur Budiharjo.

Artikel Terkait

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!
Komentarium

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

9 April 2022

Belum lama ini timeline media sosial saya sempat dilewati sebuah berita soal seorang ayah yang membanting laptop anaknya. Hal tersebut...

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya
Komentarium

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya

17 Maret 2022

Dalam kategori musik di Youtube, ada banyak sekali lagu Jawa, entah itu genrenya dangdut, pop, atau koplo. Mungkin lagunya baru...

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan
Komentarium

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

16 Februari 2022

Fenomena ‘hijrah’ bukan hal yang asing lagi bagi kita. Saya sendiri kurang begitu paham kapan awal-mula munculnya fenomena hijrah ini....

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR
Komentarium

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR

9 Januari 2022

Istilah LDR tentu sudah tak asing lagi di telinga. Ada banyak alasan mengapa orang menjalani LDR, seperti pekerjaan atau pendidikan...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Menemui Aku yang Aku

Menemui Aku yang Aku

5 November 2020
Telur, Susu, dan Viagra di Cafe Puisi Mbeling

Telur, Susu, dan Viagra di Cafe Puisi Mbeling

27 Januari 2021
Ihwal Mawat

Ihwal Mawat

7 Februari 2021
Ayangophobia pada Buku “Manusia Adimanusia”

Ayangophobia pada Buku “Manusia Adimanusia”

6 Maret 2022
Seni Memahami (Diri)

Seni Memahami (Diri)

11 April 2022
Soledad

Soledad

7 September 2021
Salam Forum dan Strategi Dakwah di Medsos

Salam Forum dan Strategi Dakwah di Medsos

4 Mei 2021
Gambar Artikel Habis Sudah Setahun

Habis Sudah Setahun

31 Desember 2020
Senja Carita

Senja Carita

24 April 2021
Gambar Artikel Tut Wuri Golek Rai

Tut Wuri Golek Rai

25 November 2020
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.