• Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kerjasama
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
Tuesday, 02 December 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi

Habis Sudah Setahun

Refleksi Pembuka Lembaran Baru

Chintya Amelya P. by Chintya Amelya P.
31 December 2020
in Cangkem, Komentarium, Sambatologi
0
Gambar Artikel Habis Sudah Setahun

Sumber Gambar: http://hilindayan.com/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Ini bukan sebuah negeri di atas awan bak Nirwana. Bukan pula sebuah negeri di dasar laut bagai Atlantis yang hilang bersama harta karunnya. Ini hanya sebuah tapak jalan yang akan lenyap ditelan waktu.

Hidup makin fana ketika banyak orang berlarian mengejar harta. Saling bersenggolan memperebutkan tahta. Hingga menindas yang tak tahu apa-apa. Bait dan syair sang pujangga yang kian tak berguna. Sastrawan mati ditelan demokrasi yang diada-ada. Tertutuplah telinga keledai-keledai dari harimau betina.

Yang baik tiada. Yang jahat pun tiada. Bumi sedang menyeleksi isinya. Menyeimbangkan kembali pendosa dan pe-pahala. Entah jika timbangannya rusak, hingga lebih banyak pendosa yang hidup di dunia ini.

Rangkaian kata hanya ilusi dari mata. Mata batin yang meronta karena ucapnya tak lagi didengar. Tangisnya dihiraukan. Rintihnya diabaikan.

Kelaparan merajalela. Menghardik orang yang berjualan kaki lima. Demi sesuap nasi rela bertaruh nyawa. Bantuan malah dikorupsi oleh orang yang duduk di kursi singgasana.

Fana sungguh fana. Yang nampak tak lagi nampak. Yang tak nampak ditampak-tampakkan.

***

Tahun demi tahun akan selalu berganti. Seperti 2020 yang akan berganti menjadi 2021. Habis sudah setahun ku. Tak terasa banyak gejolak di dalamnya yang habis ditelan moncong waktu.

Jika kita ingin merangkum jalan, maka tak ada salahnya bagi kita menoleh ke belakang. Siapa tahu ada pembelajaran. Menemukan titik-titik cahaya kunang-kunang dan menyusunnya menjadi mozaik perubahan.

Tahun 2020, kita disambut dengan berita kepercayaan diri negeri ini yang akan terhindar dari virus yang berasal dari sebuah negeri sosialis, ialah China. Dengan mantapnya mereka melantangkan suara, membusungkan dada pada negeri-negeri di luar sana, bahwa negeri ini adalah negeri yang sakti madraguna.

Bak Gatotkaca yang dikenal dengan julukan otot kawat tulang besi, negeri ini menantang virus yang sedang naik daun hingga kini, bernama corona. Ketika semua negara menutup segala pintu keluar masuk, khususnya untuk wisatawan asing, negeri ini malah membuka dengan selebar-lebarnya. Wonderful Indonesia!

Belum lagi yang sempat menggemparkan jagat media. Terdapatlah sebuah kota yang menyambut datangnya wisatawan asing dari negeri tempat makhluk kecil mematikan itu berasal. Kalau boleh saya gambarkan seperti, “Selamat datang, corona, di negeri yang tak akan mampu kau tembus tulang-tulang bahkan otak-otak manusianya.”

Yang di bawah pasrah. Yang di tengah was-was. Yang di atas bikin pentas.

Jika saja negeri ini tidak kemeroh waktu itu, mungkin tak sampai banyak nyawa harus meregang dengan begitu cepatnya. Mungkin diagram statistik corona tak akan mengalahkan puncak Gunung Himalaya lonjakannya.

Tapi, ya sudahlah. Busuk ketekuk, pinter keblinger. Orang bodoh ataupun yang pandai sekalipun suatu saat juga akan mengalami kondisi “salah”. Jadi, ojo keminter mundak keblinger. Jangan jadi sok pintar agar tidak salah arah tujuan, jalan, hingga kebijaksanaan mengambil keputusan.

Yang pasti itu terasa menyakiti hati kita semua, yang akan terukir di dalam benak, ketika orang-orang terkasih kita harus berpamit secara mendadak. Tahun yang diisi oleh rintih-tangis kaum yang sedang berkabung. Hingga tangisan orang yang harus rela berpisah dengan keluarganya, sambil tak tahu kapan tiba waktu baginya untuk kembali berjumpa.

Drama pengesahan undang-undang pun tak mau ketinggalan mengisi tahun 2020 ini. Ketika negeri sedang chaos dengan masalah kesehatan, mereka malah tergesa-gesa mengambil keputusan untuk hal yang katanya menguntungkan semua orang. Siapa yang akan merasa percaya dan tidak curiga setelah melihat track record yang telah negeri ini lakukan di masa sebelum-sebelumnya?

Dan yang tak ada habis-habisnya, yang selalu ada di setiap tahunnya, apalagi kalau bukan masalah korupsi. Yang saya tahu, mengambil kotak amal yang isinya kadang tak seberapa saja dosanya luar biasa. Apalagi ini, yang mengambil hak dari mereka yang membutuhkan. Memangkas jatah mereka yang kelaparan. Belum lagi kondisi yang serba sulit melilit seperti sekarang ini. Tak terbayang bagaimana beliau di hadapan Tuhan nantinya.

Atau jangan-jangan beliau juga bersama antek-anteknya. Mungkin saja pemerintah sudah siapkan sekotak roti. Lalu, turun ke bawah menjadi tiga perempat roti. Turun lagi menjadi setengah roti. Dan yang kita terima hanya seperempat roti. Mungkin saja. Siapa yang tahu kebenarannya? Bukankah negeri ini terlampau transparan sampai tak terlihat apa-apa?

Tertutuplah tahun ini dengan kepasrahan. Pusparagam doa dari beragam agama, semoga menjadi jalan bagi kita untuk menyampaikan bahasa cinta, memohon pertolongan dari yang Maha Kuasa. Mematikan ego kita untuk menghidupkan Tuhan kembali. Sudah terlampau kurang ajar bagi kita menTuhan-Tuhan-kan diri.

Dan meski vaksin kabarnya sudah ada, tak lantas membuat kita bebas berpesta ria. Sebab hidup dan mati adalah milik-Nya. Bukan vaksin yang dibuat oleh manusia.

Terbukanlah mimpi-mimpi baru. Terbangunlah harapan baru. Terwujudlah doa dan niat baik. Terjernihkanlah hati yang keruh oleh kefanaan duniawi yang kian kelabu. Maka kuucapkan untukmu, Selamat Tahun Baru.[]

Tags: coronacovid-19demonstrasiHabis Sudah SetahunIndonesiakorupsipandemirefleksitahun baruvaksin
ShareTweetSendShare
Previous Post

Kesetaraan atau Keadilan?

Next Post

Surat Cinta Awal Tahunku

Chintya Amelya P.

Chintya Amelya P.

Mahasiswa asal Tuban, Jawa Timur, yang merasa salah jurusan. Kuliah di Yogyakarta. Kesibukan sekarang kuliah dan menulis saja. Bisa disapa di Instagram @chintyaamelyaa.

Artikel Terkait

Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
Komentarium

Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti

26 September 2025

Ada sebuah kawasan yang tampak biasa di peta, namun warganya hidup dalam kepungan janji palsu yang manis. Mereka mendapat iming-iming...

Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
Sambatologi

Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung

30 August 2025

Tiap hari, selalu saja ada berita yang buat perut sakit. Aktornya tiada lain tiada bukan adalah pihak pemerintah. Dari hulu...

Belajar Mengitari Israel
Cangkem

Belajar Mengitari Israel

19 April 2023

Kebetulan tulisan saya kemarin di rubrik ini bertali-singgung dengan Israel. Kebetulan juga saya seorang pemalas akut. Daripada cari bahan nyangkem...

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku
Cangkem

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku

29 March 2023

Saya ini sekarang suka nulis, tapi kalau disuruh. Disuruh empunya web ini, contohnya. Tiga tahun lalu saya nulis kayak orang...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Gambar Artikel Menemui Aku yang Aku

Menemui Aku yang Aku

5 November 2020
Buku Mengajak Bicara dengan Diri Sendiri

Buku Mengajak Bicara dengan Diri Sendiri

17 December 2021
Pengakuan

Pengakuan

11 March 2022
Gambar Artikel Lirih Menangis

Lirih Menangis

17 January 2021
Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme

Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme

13 October 2025
Gambar Artikel Falsafah Dewa Ruci Sunan Kalijaga

Falsafah Dewa Ruci Sunan Kalijaga

12 November 2020
Alir-an

Alir-an

10 February 2021
Menulis Puisi

Menulis Puisi

31 March 2021
Jumat Berkah dan Kelahiran

Jumat Berkah dan Kelahiran

18 March 2022
Ada Apa dengan “Manusia Indonesia”?

Ada Apa dengan “Manusia Indonesia”?

22 March 2023
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Mempersenjatai Trauma: Strategi Jahat Israel terhadap Palestina
  • Antony Loewenstein: “Mendekati Israel adalah Kesalahan yang Memalukan bagi Indonesia”
  • Gelembung-Gelembung
  • Mengeja Karya Hanna Hirsch Pauli di Museum Stockholm
  • Di Balik Prokrastinasi: Naluri Purba Vs Tuntutan Zaman
  • Pulau Bajak Laut, Topi Jerami, dan Gen Z Madagaskar
  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu

Kategori

  • Event (14)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (12)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (66)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (53)
  • Metafor (217)
    • Cerpen (55)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (49)
    • Gaya Hidup (26)
    • Kelana (13)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kontributor
  • Hubungi Kami

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Kami
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Hubungi Kami
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.