• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 16 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Milenial Kelana

Pesona dan Kuliner Kepulauan Anambas

Abdir Rohman Al-Hamdany by Abdir Rohman Al-Hamdany
19 November 2020
in Kelana
2
Gambar Artikel Pesona dan Kuliner Kepulauan Anambas

Sumber Gambar: travelingyuk.com

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Pagi pertama saya di Pulau Tarempa disambut dengan matahari yang mulai menyingsing di balik pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Tarempa, Kepulauan Anambas. Setelah mandi dan mempersiapkan diri, kami langsung diajak sarapan dengan luti gendang. Luti gendang merupakan makanan khas daerah kepulauan ini, bentuknya seperti roti goreng di Jawa (odading Mang Oleh kalau di daerah Sunda) namun berisi abon ayam atau sapi. Kata ibu pemilik rumah, porsi sarapan orang Tarempa memang tidak banyak, selain luti gendang, orang Tarempa juga sarapan dengan Mie Sagu. Mie yang terbuat dari batang pohon sagu ini juga sering menjadi opsi sarapan karena di kepulauan ini banyak ditumbuhi pohon sagu.

Kuliner Kepulauan Anambas : Luti Gedang
Luti Gedang (dok. kontributor)

Pulau yang hanya terdiri dari dua Kecamatan–yaitu Kec. Siantan dan Kec. Siantan Selatan–ini merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Anambas. Di pulau yang saya singgahi ini, terdapat kantor Bupati, kantor DPRD, dan kantor-kantor kedinasan lainnya. Di sebelah pelabuhan Tarempa juga terdapat RSUD Tarempa, yang dengan segala keterbatasannya.

Kuliner Kepulauan Anambas : Mie Sagu
Mie Sagu (dok. kontributor)

Jika dibandingkan dengan Puskesmas-Puskesmas di Pulau Jawa, fasilitasnya lebih baik Puskesmas di Pulau Jawa daripada RSUD Tarempa ini. Heheheu. Seperti inilah kesenjangan sumberdaya di Pulau Jawa dengan pulau-pulau terluar Indonesia. Rumah sakit rujukan bagi masyarakat Anambas adalah RSUD Palmatak, yang terletak di Pulau Matak (sekitar 15 menit perjalanan laut dari Pulau Tarempa). Di sana terdapat beberapa dokter spesialis, seperti spesialis anak, penyakit dalam, bedah maupun anestesi. Sebagian besar dari mereka merupakan dokter-dokter dari program WKDS (Wajib Kerja Dokter Spesialis).

Kabupaten Kepulauan Anambas ini memiliki 3 pulau utama, yakni Pulau Tarempa, Pulau Matak, dan Pulau Jemaja (Letung). Dari ketiga pulau besar ini, hanya Pulau Tarempa yang tidak memiliki bandara. Kami sampai di Anambas dengan penerbangan tujuan Bandara Pulau Matak. Sedangkan salah seorang anggota tim saya, karena ada udzur tertentu, dia berangkat menyusul dan melewati rute Bandara Pulau Jemaja. Jika dari Pulau Matak ke Pulau Tarempa jarak tempuhnya 15 menit dengan menggunakan speedboat, dari Pulau Jemaja ke Pulau Tarempa jarak tempuhnya 2 jam dengan menggunakan Kapal Feri. 

Menurut cerita teman saya ini, di Pulau Jemaja sangat sepi sekali. Sampai-sampai, kata sopir yang mengantar dari Bandara Pulau Jemaja ke Pelabuhan Jemaja, ”Di sini lebih banyak sapi daripada manusianya”. Heheheu. Jadwal penerbangan dari Bandara Pulau Jemaja ke Batam pun hanya 2 hari sekali. Hari Senin, Rabu, dan Jumat penerbangan dari Bandara Pulau Jemaja ke Batam. Sedangkan Hari Selasa, Kamis, dan Sabtu penerbangan arah sebaliknya.

Tugas utama kami di hari-hari pertama adalah koordinasi dengan pemangku kepentingan untuk izin penelitian. Kami didampingi oleh petugas gizi Puskesmas Tarempa yang merupakan local contact kami untuk mempersiapkan segala perizinan. Tempat pertama kali yang kami kunjungi adalah Puskesmas Tarempa. Di pulau ini, transportasi utamanya adalah motor, karena jalan di pulau ini tidak cukup besar untuk dilalui mobil. Sampai-sampai, jika kita memarkir motor di depan rumah, toko, ataupun tempat makan bahkan tanpa menyabut kuncinya, motor itu akan aman.

Pusat keramaian di pulau ini hanya sekitar 1 kilometer persegi. Kantor Bupati, pelabuhan, RSUD, dan beberapa restoran terletak di pusat keramainan Pulau Tarempa. Kalau makan pagi di Tarempa porsinya sedikit, makan siang dan malam cukup membuat usus kerja rodi. Heheheu. Sebagai daerah kepulauan, hasil laut menjadi makanan utama masyarakat Tarempa.

Menu makan siang di warung-warung didominasi dengan berbagai macam ikan laut (kerapu, kakap merah, selar), berbagai jenis moluska seperti cumi, sotong, gurita, kerang, serta beberapa jenis artropoda kelompok krustacea seperti udang dan kepiting. Pengeluaran makan siang/malam dibandingkan makan pagi pun sangat terbanting. Satu tim saya (6 orang)jika sarapan pagi hanya menghabiskan 50.000 – 100.000 rupiah. Sedangkan makan siang dan malam, sekali makan satu tim sekitar 200.000 – 400.000 rupiah.

Salah satu restoran terkenal di Tarempa bernama “Laluna” hampir setiap malam ramai oleh turis lokal maupun mancanegara. Setiap pelanggan yang memesan menu ikan, akan ditawarkan untuk memilih ukuran dan jenis ikan sendiri di dapur restorannya. Saya selalu ikut untuk memilih ikan yang akan kami pesan. Selama di sana, menu ikan favorit saya adalah ikan kerapu bakar, karena daging nya yang lembut dan sangat sedap bumbunya. Namun jika ditanya, menu yang hampir setiap hari saya pesan adalah percumi-cumian, dengan berbagai macam spesies (sotong, gurita) dan variasi ukurannya.

Dan tentunya, berbagai macam bumbu mulai asam manis, saus padang, saus tiram, semua saya coba. Kata petugas restoran yang beberapa kali bertemu saya saat makan di tempat tersebut, “Bapak makan cumi di sini, dibanding di Jakarta. Di Jakarta cumi sudah mati 1000 kali baru dimasak. Kita cumi dari laut tadi pagi, malam bapak makan”. Pantas cumi-cumi di sini sangat menggoda saya. Hmm…

Setelah 1 minggu lebih kami di Pulau Tarempa, kami mulai bosan dengan makanan seafood setiap harinya. Bahkan mie khas tarempa, juga dicampur dengan cumi atau udang. Kami coba mencari warung mie instan (warmindo). Setelah mengelilingi beberapa tempat, akhirnya kamu memutuskan ke salah satu warung yang menampilkan mie instan di etalasenya. Kami berenam langsung memesan Mie.

Kontan setelah hidangan siap, kami tercengang, indomie goreng maupun kuah yang kami pesan, tidak tampak seperti apa yang biasa kami lihat di warmindo. Ternyata, cara orang Tarempa memasak mie berbeda. Setelah Indomie goreng direbus, lanjut digoreng dengan beberapa bumbu alami tambahan dari penjual, dan jadilah mie goreng ala Tarempa.

Pesona dan Kuliner Kepulauan Anambas : Mie Ala Tarempa
Mie Ala Tarempa (dok. kontributor)

Kami yang terbiasa makan Indomie goreng ala Warmindo di Pulau Jawa pun terkaget. Menjadi kurang bisa menikmati Indomie ala Tarempa ini. Setelah selesai makan (dalam kondisi beberapa piring mie tidak habis), kami pindah mencari warung mie yang lain. Dan, kenyataan nya, cara memasaknya pun sama. Alhasil, kami menyimpulkan, cara memasak mie instan di pulau ini memang berbeda. Nyentrik.

Selain menu seafood, akhirnya kami juga menemukan warung dengan menu ayam, daging, serta jangan sop (sayur sop) , dan sayur-sayuran yang lain. Di warung ini, porsi ayam nya besar sekali, dan juga mahal. Setelah beberapa hari makan di warung ini, kami sedikit banyak mengobrol dan bertanya-tanya pada penjualnya. Ternyata, sebagian besar ayam di warung-warung Pulau Tarempa ini, dikirim dari Batam dengan menggunakan kapal.

Pantas saja harga seporsi ayam sangat mahal. Selain itu, harga sayur-sayuran disini cukup mahal, jika dibandingkan di Pulau Jawa. Menurut salah satu petani yang kami temui, hal ini dikarenakan di Pulau Tarempa tanahnya tidak begitu subur untuk ditanami sayur-mayur. Pulau Tarempa sebagian besar dibentuk dari bebatuan-bebatuan yang akhirnya membentuk sebuah pulau. Alhasil, sayur-sayuran tidak mudah tumbuh disini, hanya ada sedikit petani di Pulau Tarempa. Sektor laut, tetap menjadi pekerjaan mayoritas penduduk Pulau Tarempa.

Foto bersama tim riset di Kepulauan Anambas
Foto bersama tim riset (dok. kontributor)

Sekian dulu artikel pesona dan kuliner kepulauan anambas, To be continued…. (Air Terjun Temburun dan Wisata di Pulau Temawan). 
Baca juga tulisanku sebelumnya : Perjalanan Menuju Tarempa Kepulauan Anambas 

 

Tags: dokterIndonesiakelanaKepulauan AnambasKepulauan Riaukulinerpenelitianrisettarempatravellingwisata
ShareTweetSendShare
Previous Post

Kucing Liar

Next Post

Mengapa Jamie Vardy Layak Jadi Guru untuk Kaum Pekerja?

Abdir Rohman Al-Hamdany

Abdir Rohman Al-Hamdany

dokter lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kini sedang mengabdi di Ponpes Amanatul Ummah dan Internship di Puskesmas Pacet, Mojokerto. Fans Juventus sejak masih sperma.

Artikel Terkait

Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
Kelana

Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi

9 Agustus 2025

Narasi canggih soal kopi di coffee shop terdengar terputus dari asalnya: alas. Rasa yang belum menyatu itu menyembulkan sebuah ide...

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata
Kelana

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

5 Juli 2022

Belanda, mungkin negeri ini tidak asing bagi orang Indonesia mulai dari yang tua sampai yang muda. Terlebih bagi saya. Dalam...

Perbedaan Sikap dan Budaya Orang Jerman dan Indonesia
Milenial

Perbedaan Sikap dan Budaya Orang Jerman dan Indonesia

24 Maret 2022

Sebelumnya saya pernah menulis tentang bagaimana proses panjang perjuangan menuju Jerman dan menjalani kehidupan di sana--teman saya juga pernah menuliskan...

Proses Menuju dan Lika-Liku Menjalani Hidup di Jerman
Kelana

Proses Menuju dan Lika-Liku Menjalani Hidup di Jerman

17 Desember 2021

The Law of Attraction atau mungkin juga berkat dari Tuhan. Ini adalah yang aku rasakan setelah aku bisa menginjakkan kaki...

Comments 2

  1. Ping-balik: Air Terjun Temburun dan Pulau Temawan - Metafor.id
  2. Ping-balik: Wisata di Tarempa : Perjalanan Menuju Tarempa, Kepulauan Anambas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Wisata di Tarempa : Perjalanan Menuju Tarempa, Kepulauan Anambas

Perjalanan Menuju Tarempa, Kepulauan Anambas

30 April 2021
Gambar Artikel Habis Sudah Setahun

Habis Sudah Setahun

31 Desember 2020
Gambar Artikel Keyakinan

Keyakinan

3 November 2020
Gambar Artikel Pak Soesilo Toer: Homo Alalu dan Doktor yang Memulung

Pak Soesilo Toer: “Homo Alalu” dan Doktor yang Memulung

9 November 2020
Gambar Artikel Mengapa Jamie Vardy Layak Jadi Guru Untuk Kaum Pekerja?

Mengapa Jamie Vardy Layak Jadi Guru untuk Kaum Pekerja?

20 November 2020
Bulan Memancar di Rambutmu

Bulan Memancar di Rambutmu

8 Maret 2021
Gambar Artikel Tut Wuri Golek Rai

Tut Wuri Golek Rai

25 November 2020
Gambar Artikel Makna Problematika I'm Okay.

Problematika I’m Okay

29 Desember 2020
Perubahan Budaya Organisasi di Masa Pandemi

Perubahan Budaya Organisasi di Masa Pandemi

26 Desember 2021

Bahagia itu Sederhana

3 Juli 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.