Wisata di daerah kepulauan memang selalu menawan. Tak terkecuali di Kepulauan Anambas. Memang wisata di Kepulauan Anambas belum sepopuler di Bali, Labuan Bajo dan Pulau Komodo di Flores NTT, maupun Raja Ampat, Sorong Papua. Namun di Kepulauan Anambas ini seringkali dianggap Maldives-nya Indonesia.
Terdapat banyak pulau-pulau kecil tak berpenghuni, hamparan pasir pantai yang masih bersih, dan kondisi alamnya yang belum banyak tersentuh menjadi pesona tersendiri bagi traveller lokal maupun mancanegara.
Hampir sebulan saya di Anambas, tidak banyak wisata yang saya kunjungi. Karena saya hanya berkutat di Pulau Tarempa yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Anambas, dan sebagian besar wisata dan pantai-pantai yang bagus terletak di pulau-pulau kecil lain. Di Pulau Tarempa sendiri, hanya ada sedikit pantai. Pantai-pantai di pulau ini pun tidak bisa (kurang disarankan) untuk dipakai berenang-renang di tepi pantainya. Atas faktor itulah kami hanya dapat berswafoto di batu-batu pantai, ataupun jalan-jalan di tepi pantai saja.
Setelah tugas utama penelitian kami selesai, akhirnya kami mengagendakan kunjungan wisata non-pantai di Pulau Tarempa ini. Air Terjun Temburun, air terjun bertingkat-tingkat yang langsung menghadap ke laut. Air terjun ini terletak di Desa Temburun, Kecamatan Siantan Selatan. Dari tempat kami tinggal berjarak sekitar 30 menit, alias hanya berbeda kecamatan saja dari tempat kami tinggal. Yaaa, walaupun memang di Pulau Tarempa ini hanya ada 2 Kecamatan, heheuheu.
Perjalanan ke Air Terjun Temburun melewati jalan yang cukup ekstrem, yakni tanjakan dan turunan karena melewati sebuah bukit. Meskipun rutenya cukup ekstrem, pemandangan selama perjalanan sangat niqmatable (bisa dinikmati). Selama perjalanan kami dapat melihat hamparan laut dan pulau-pulau kecil diseberang Pulau Tarempa ini. Setelah sampai di gapura air terjun, kami memarkir motor.
Tidak seperti wisata-wisata di Pulau Jawa, tidak ada petugas parkir maupun loket tiket masuk di sini. Usai memarkir motor, kami langsung berjalan melewati tangga-tangga menuju spot foto Air Terjun Temburun. Perjalanan kami memakan waktu sekitar 15 menit, karena jalan yang cukup terjal. Setelah sampai di spot foto, kami langsung ditampar dengan dua pemandangan yang membayar lunas lelahnya perjalanan tadi.
Jika menghadap atas, tampak air terjun bertingkat-tingkat disertai bebatuan yang membuat air mengalir berbelok-belok. Jika menghadap ke bawah, kami melihat laguna-laguna dan laut serta pulau-pulau kecil lain di seberang.


Setelah puas dengan Air Terjun Temburun, keesokan harinya kami berniat menyeberang menuju pulau kecil tak berpenghuni yang sering dikunjungi wisatawan lokal untuk renang di sekitar pantai. Yaps, setelah berkeliling Pulau Tarempa dan tidak mendapatkan pantai yang menarik untuk berenang-renang, akhirnya kita menyeberang ke Pulau Temawan.
Sebuah pulau kecil tak berpenghuni di sebelah timur Pulau Tarempa. Menurut informasi warga sekitar, pulau ini sering dikunjungi masyarakat Tarempa jika malam takbiran dan malam tahun baru. Perjalanan dari Pulau Tarempa ke Pulau Temawan menggunakan speedboat dengan jarak tempuh sekitar 30 menit. Kami menyewa speedboat berkapasitas 8 orang dengan biaya 500.000 rupiah.
Ada dua cerita lucu dan mengejutkan saya selama perjalanan ke Pulau Temawan.
Pertama, saat bersiap berangkat menaiki speedboat, sopir yang akan mengantarkan kami tidak kunjung datang. Usut punya usut, setelah kita tanya ke petugas pelabuhan, handphone milik supir speedboat kecemplung ke laut. Jadi bapaknya menyelam mengambil handphone-nya dahulu.
Serampung bapaknya siap di speedboat, kami konformasi ke bapaknya dan memang benar, beliau habis mengambil handphone-nya yang tenggelam. Dan hebatnya, handphone tersebut masih berfungsi dengan normal. Heheu.
Kedua, selama perjalanan supir speedboat ini bercerita, dia pernah mengantar wisatawan asing dari Tarempa ke Pulau Natuna dengan waktu tempuh 8 jam perjalanan. Saya terkejut, karena di peta pun, Kepulauan Anambas dan Natuna jauh sekali. Dengan perjalanan melewati laut-samudra (Laut China Selatan) dan hanya menggunakan speedboat, apa tidak setor nyawa itu namanya jika terkena ombak yang tinggi di tengah lautan lepas. Dalam benak saya, perjalanan tersebut akan jauh lebih aman dengan menggunakan kapal besar atau Kapal Feri, apalagi dengan wisatawan asing. Hihiii.

Tidak lama setelah terkejut dengan cerita pak supir speedboat, akhirnya kami sampai di Pulau Temawan. Hanya saja, kami satu-satunya pengunjung di pulau tersebut. Luas pulau ini kira-kira cuma sebesar satu RT. Bisa dikelilingi dengan jalan kaki. Akan tetapi, pesona lautnya wuuuh sekali, pulau-pulau lain tampak banyak sekali mengelilingi pulau ini.
Kami berenang-renang menikmati air laut yang tenang yang tidak kami temukan di Pulau Tarempa. Lalu berjalan menuju ujung pulau, dan mencari spot untuk berswafoto. Setelah hampir 3 jam kami di pulau ini, dan hari sudah semakin sore, kami kembali ke Pulau Tarempa dan bergegas packing untuk pulang ke Jakarta keesokan harinya. Sekian perjalanan kami di Kepulauan Anambas. Sampai bertemu di pulau-pulau lainnya.[]
Baca Juga Artikelku tentang Pengalaman di Kepulauan Anambas : Pesona dan Kuliner Kepulauan Anambas dan Perjalanan Menuju Tarempa, Kepulauan Anambas
Juga artikelku tentang Kota Kupang : Serba-Serbi Kota Kupang dan Berkelana di Kota Kupang
Comments 2