Negara kita Indonesia merupakan sebuah negara dengan keragaman suku bangsa yang tergolong cukup banyak. Dengan beragamnya suku bangsa tersebut, bahasa daerah yang digunakan di negara kita Indonesia juga beragam serta berbeda antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di setiap daerah . Salah satu dari beberapa bahasa daerah yang ada di Provinsi Jawa Tengah salah satunya yaitu Bahasa Ngapak. ‘Ngapak’ sendiri merupakan sebutan untuk dialek yang dianut oleh orang Banyumasan, seperti di Cilacap, Kebumen, Banjarnegara Purbalingga, dan sebagian wilayah di Jawa Tengah bagian Barat.
Bahasa Ngapak merupakan suatu identitas diri dari suatu daerah asal. Namun, terkadang para pemuda seperti kita ini terkesan tidak percaya diri atau malu untuk menggunakan dialek ngapak dalam berkomunikasi dengan orang apalagi jika berkomunikasi dengan orang-orang kota. Hal tersebut dikarenakan bahasa ngapak dianggap oleh sebagian orang sebagai bahasa yang ”lucu”, pinggiran, bahkan dianggap ”rendahan” atau “tidak gaul”. Jadi ada yang menganggapnya sebagai bahasa yang lucu. Dalam beberapa media juga, seperti televisi ada yang terlihat menempatkan bahasa ngapak itu sendiri sebagai bahasa humor atau lelucon yang mengiringi peran-peran pemain. Walaupun mungkin hal tersebut terkadang tidak disengaja, namun turut membuat kesan tersendiri tentang bahasa ngapak.
Pada budaya Jawa, perilaku serta bahasa sangat berpengaruh dan memegang peran penting. Bahasa Ngapak merupakan dialek dalam bahasa Jawa yang terkenal atau populer di kalangan masyarakat kita ini. Keberadaan bahasa Ngapak pada masyarakat Banyumas sudah sejak abad yang lalu. Bahasa ngapak juga memiliki hubungan atau keterkaitan langsung dengan bahasa Jawa Kuno/ bahasa Kawi. Dalam bahasa Ngapak huruf-huruf konsonan h, d, g, b, c, k, l, w diucapkan dengan penekanan khusus yang membuatnya terdengar unik bagi orang yang tidak paham artinya. Kata-katanya yang berakhiran dengan huruf mati memang dilafalkan sedemikian rupa dengan penekanan tersendiri. Hal inilah yang menjadikan dialek/bahasa Ngapak identik dengan suatu bahasa yang dikenal dengan medhok. Bahasa Ngapak ini cara bertuturnya juga cenderung terkesan blak-blakan tidak mempersoalkan status sosial. Bukan berarti mengabaikan tata krama, tapi mengedepankan prinsip kesetaraan.
Dari penjelasan di atas, seiring dengan perkembangan zaman bahasa Banyumasan mulai tertindas arus modernisasi dan globalisasi dengan munculnya bahas-bahasa gaul di kalangan masyarakat. Dengan adanya masalah tersebut perlu adanya suatu upaya dalam pelestarian bahasa Banyumasan yang harus segera dilakukan agar masyarakat Banyumas tidak kehilangan jati diri atau suatu ciri khasnya sebagai orang “Ngapak”. Kita sebagai warga Banyumas tidak perlu merasa malu dengan kekhasan dialek Banyumasan saat berkomunikasi justru kita harus mempopulerkan bahasa ngapak tersebut kepada daerah-daerah lain. Kita patut berbangga dengan kekhasan tersebut. “ Ora Ngapak Ora. Kepenak”. Jadi Bahasa Ngapak sendiri dianggap sebagai bahasa yang penting dan bahasa keseharian yang digunakan sebagai alat komunikasi antar masyarakat Jawa khususnya wilayah Jawa Tengah bagian Barat.