• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Senin, 25 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

When The Weather is Fine dan Puisi Kesakitan

Fajri Zulia Ramdhani by Fajri Zulia Ramdhani
12 November 2021
in Resensi
0
When The Weather is Fine dan Puisi Kesakitan

JTBC

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Hanya ada satu alasan kenapa aku menyukai musim dingin, karena daun yang menutupi jendelaku berguguran. Dan aku dapat melihat jendelamu di seberang jalan. Ada satu alasan aku menyukai musim dingin, ketika Natal tiba berganti Tahun Baru kamu kembali ke kota ini. – Lim Eun Sop

When The Weather is Fine merupakan salah satu drama korea yang tayang pada Februari-April 2020 lalu. Diperankan oleh Park Min Young (Mok Hae Won) dan Seo Kang Joon (Lim Eun Sop) drama ini cocok ditonton untuk kamu yang menyukai puisi dan cerpen. Dikeseluruhan episode dari total 16 episode, kamu akan menemukan kutipan-kutipan berupa puisi dan cerita-cerita baik mitologi dan dongeng yang berkaitan dengan topik suasana drama. Konflik dalam drama ini cukup ringan, menceritakan hubungan rumit keluarga, kasih sayang, kesalahpahaman, hingga persahabatan yang layak ditonton.

Berikut adalah berbagai kutipan puisi dan lainnya yang ada di tiap episode dalam drama,

Waktu yang mereka habiskan bersama sebagai kekasih telah meleleh. Berapa lama lagi aku harus mengembara di tepi rasa sakit, untuk menghilangkan semua kenangan? Cinta lama menyilangkan sungai lupa. Andai saja aku bisa menyeberangi sungai kesia-siaan ini. (Episode 1)

Aku sangat benci dengan kata kesalahpahaman. Apa artinya itu? jika melakukan kesalahan, akuilah itu dan meminta maaf. Kenapa butuh alasan untuk itu? Itu menyiratkan bahwa ia tidak mengakui kesalahan. Artinya aku tidak bersalah, kamu yang salah paham. (Episode 2)

Jangan menangis, menjadi kesepian adalah menjadi manusia. Hidup adalah menahan kesepian. Jangan menunggu panggilan yang tidak pernah datang. Sandpiper berdada hitam di lapangan alang-alang memperhatikanmu. Kadang, Dewa pun menangis karena kesepian. Burung-burung duduk di ranting karena kesepian, kamu duduk di dekat air karena kesepian, bayangan gunung datang ke desa karena kesepian.Gemuruh lonceng berbunyi karena terlalu sepi. (Episode 3)

Kutemukan surat yang membekukan hari kita kemarin dalam bingkai. Jalan di mana aku mengikutimu tiap hari kini telah hilang. Dan hal lainnya juga hilang. Aku melihat kerikil yang merupakan mainan kita sewaktu kecil. Terjebak di tanah dengan wajah tertutup. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Pada langit malam yang dingin. Aku melihat celah yang perlahan-lahan terbentuk. Salju turun dari langit. Beberapa di antaranya tidak dapat menggapai tanah, mereka terus beterbangan. Menggigil dengan mata terbuka. (Episode 4)

Hal kecil dan sepele terkadang masuk ke tubuhku. Seperti biji coklebur yang berduri. Aku seperti jari Min Seok yang menyetuh ketiakku. Atau sakit gigi yang menyakitiku, tiap kali aku melupakannya. Seperti aroma Jjajangmyeon yang kita makan setelah kelas. Hal kecil dan sepele terkadang masuk ke tubuhku. Hal kecil dan sepele yang bahkan tidak tau tubuhku adalah penjaranya dan masuk ke tubuhku untuk terkadang memelukku dengan erat. (Episode 5)

Jika mereka tiba di puncak senja, dan menyatakan cinta saat senja, kemudian yakin bahwa cinta mereka akan terwujud. Jika itu benar, cinta menjadi jauh lebih sederhana dari dugaan kita.(Episode 6)

Toko buku itu hangat dan ladang musim di kegelapan mengisi celah di pintu kaca seperti foto pemandangan. Benda-benda dalam kegelapan menjadi gelap. Dan benda-benda berkilau menjadi lebih bersinar dengan cara yang damai masing-masing. Kuharapkan semua orang, memiliki malam yang indah. (Episode 7)

Apa yang mereka katakan saat putus? Apa dia membawakan tasnya saat mereka pergi? Kenapa itu harus terjadi pada malam hari? Apa mereka berdua terbiasa melihat satu sama lain menangis? Kita berlari dengan kecepatan penuh mencari cinta di suatu tempat di ujung dunia ini. Tapi setelah merelakan cinta itu, kita kembali ke tempat kita berada dengan semua energi yang terkuras dari tubuh kita. Meskipun kita menyebutnya perpisahan. Saat kita menghabiskan energi untuk satu orang, kita bisa menyebutnya cinta juga. (Episode 8)

Kamu tau apa yang orang takuti? Kehilangan matahari yang telah menyinariku selama ini. Cahaya memudar, dan tidak dapat melihat matahari yang memesona lagi. Pasti lebih baik jika aku tidak pernah melihatnya, aku tau kehangatannya dan aku mengerutkan dahi karena sinar matahari yang bersinar. Karena itulah aku takut. Meski begitu, aku menyukaimu. (Episode 9)

Beberapa orang ditakdirkan hidup sendirian dari lahir sampai mati. (Episode 10)

 

Lampu di kamar sudah mati, pakaian putih yang tergantung di rak, terlihat jauh dan dingin. Aku mendengar suara lonceng kuda dari barat laut. Aku membuka pintunya, langit malam gelap gulita dengan aroma jamur pinus di udara. (Episode 11)

Saat kita duduk berhadapan, tersenyum dan berbicara di depan pohon itu. Napas kita, tawa kita, dan kisah kita terserap di pohon itu. Semuanya terserap begitu dalam, bahkan setelah kita lupa bahwa kita telah tersenyum dan bicara di bawah pohon itu. Tiap tahun di musim semi, pohon itu akan mengingat tawakita, nafas kita, dan suara kita untuk menghasilkan daun hijau baru. (Episode 12)

Aku akan memotong ujung 5 jariku dan menggambar dengan darahku. Aku akan sendirian malam ini, tapi tidak kesepian. Dan aku akan menangis. Gelas pertama untukmu, yang meninggalkanku. Gelas kedua untukku, yang sudah sangat menyedihkan. Segelas lagi untuk cinta abadi kita, dan gelas terakhir untuk Tuhan yang meramalkan dan memutuskan semuanya lebih dahulu. (Episode 13)

Kamu benar, sejujurnya aku tidak pernah ingin menyerah untuk sesaat. Aku tidak pernah berpikir bahwa aku tidak berbakat. Atau berpikir inilah akhir dan hanya ini yang kumiliki. Aku tidak pernah mengira akan hancur, sakit, atau bertambah tua dan jelek. Aku tidak pernah memikirkan itu seumur hidupku. Aku tidak pernah membayangkan sisa hidupku sendirian di tempat kosong. Menunggu untuk mati. Aku tidak pernah ingin putus denganmu, walau sesaat. (Episode 14)

‘Kamu tau apa itu kehangatan?’ kamu bertanya dan aku menjawab. Saat tangan dinginku menyentuh tangan dinginmudan kita berdua menjadi hangat. Saat kesepian bertemu kesepian dan menjadi kenyamanan. Saat kesedihan bertemu kesedihan dan menjadi kebahagiaan. Saat angin sejuk bertiup melawan angin sejuk lainnya dan menjadi salju yang lembut. Itulah kehangatan (Episode 15)

Dia bilang kebahagiaan sulit diketahui, meskipun kamu mengetahuinya. Butuh usaha keras menjadikannya milikmu. Dia benar. Kita semua berusaha untuk bahagia. Kebahagiaan sulit didapatkan, jika tidak bersamamu dalam waktu yang lama. Meskipun bekerja keras sangat lama, kamu mungkin tidak bahagia. Tapi tidak ada yang mampu meramalkan masa depan kami, jika kita terus melangkah maju. Jika terus berusaha, jika terus menjalani hidup, aku yakin hari itu akan datang. (Episode 16)

Apakah kamu adalah tipe yang tidak tau perbedaan antara novel dan puisi? Kim Young Soo akan menjelaskan padamu. Ini terjadi pada momen Lim Hwi (adik Lim Eun Sop) berusaha mendekati kakak kelas yang disukainya. Ia membicarakan tentang sebuah buku berjudul “Aku, Natasha, dan Keledai”. Karena mendapat informasi bahwa Kim Young Soo menyukai novel, ia berpikir bahwa buku tersebut adalah novel. Dan mencoba membuka pembicaraan dengan bercerita bahwa ia menyukai buku tersebut. Alih-alih terkesan, Young Soo malah menjelaskan bahwa buku yang dimaksud adalah buku puisi dan bukan novel. Ia menambahkan, “Novel adalah narasi prosa fiktif berdasarkan kejadian nyata atau imajinasi penulis, sedangkan puisi adalah bentuk sastra yang mengekspresikan gagasan, pemikiran, dan perasaan tentang alam atau kehidupan dalam bahasa yang simbolis dan ritmis.”

Sudah tertarik mencoba menonton? Temukan puisimu sendiri dari menonton drakor When The Weather is Fine.

 

Tags: drakorpark min youngpuisi-puisi drakorrekomendasi drakorwhen the weather is fine
ShareTweetSendShare
Previous Post

Desas-Desus Ultraman

Next Post

Cinta Melekat pada Ubun Dada yang Membelah

Fajri Zulia Ramdhani

Fajri Zulia Ramdhani

Penulis ABCD Perempuan, asal Klungkung Bali. Aktif berkhidmat di Santri Mengglobal sebagai Koordinator Bidang Pendidikan dan Penerbitan. Menyukai puisi dan prosa apalagi ditambah segelas kopi pandan janji jiwa.

Artikel Terkait

Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
Resensi

Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu

24 Agustus 2025

Dalam hidup ini, pastinya kita pernah mengalami situasi keterburu-buruan. Waktu seolah-olah mengejar kita. Tak ada waktu lagi untuk sekadar duduk...

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
Resensi

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan

26 April 2025

 “Manungsa kuwi gampang lali, Le. Mula kowe kudu sregep nyatheti. Nyatheti opo wae kanggo pangeling-eling. Mbesuk yen simbah lan ibumu...

Novel “Heaven”: Perundungan dan Pergulatan Hidup Penyintas
Resensi

Novel “Heaven”: Perundungan dan Pergulatan Hidup Penyintas

28 Maret 2024

Deretan kasus perundungan akhir-akhir ini terus bermunculan. Belum lama ini ramai tajuk berita seputar kasus perundungan di Binus School Serpong,...

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard
Resensi

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

4 September 2022

Judulnya Educated. Buku memoar yang mengantongi lika-liku kehidupan sebuah keluarga ‘penjaga’ lembah indah, Buck’s Peak, Idaho Amerika Serikat. Tara Westover...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Ada yang Tetap Kuat

Ada yang Tetap Kuat

3 November 2020
Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025
Homo Digitalis dan Kebutuhan Kita pada Filsafat

Homo Digitalis dan Kebutuhan Kita pada Filsafat

17 Januari 2022
Heliofilia: Narasi Psikopat dan Kemuraman Berlapis

Heliofilia: Narasi Psikopat dan Kemuraman Berlapis

22 Juli 2021
Nyala Lilin dan Puisi Lainnya

Nyala Lilin dan Puisi Lainnya

14 Maret 2022
Jika Pulang Selalu Tentang Pergi

Jika Pulang Selalu Tentang Pergi

22 Juni 2021
Gambar Artikel Sepasang Mata

Sepasang Mata

10 November 2020
Film “Like & Share”, Ketidaksengajaan dan Trauma Kekerasan Seksual

Film “Like & Share”, Ketidaksengajaan dan Trauma Kekerasan Seksual

8 Mei 2023
Ihwal Mawat

Ihwal Mawat

7 Februari 2021
Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib

Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib

20 Mei 2024
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (213)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.