• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Senin, 25 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Cermin Peradaban

Puisi-puisi Moehammad Abdoe

Moehammad Abdoe by Moehammad Abdoe
14 Februari 2021
in Puisi
0
Cermin Peradaban

https://unsplash.com/photos/-TQUERQGUZ8

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

/1/

berkacalah wajah zaman
jangan sampai kau menyesal di kemudian hari
tuhan maha penyayang lagi maha menunjukkan jalan

/2/

menumpas belantara hidup
hanyalah perjalanan kaki tanpa rasa

belajar hakikat ilmu tanpa guru
sama dengan menggali sumur di lahan tandus

/3/

dan kita saling bisa menyaksikan
wajah peradaban zaman
apakah yang sekiranya menjadi pertanda
bacalah, dan bacalah

Malang, 3 Desember 2020.

 

 

Asmara

/1/

suatu ketika hujan menahanmu
di ujung bulu mata panas
kita berdua berteduh mendekap tubuh cuaca
menatap beku hulu kenangan
mengalir ke rimba hilir
dan betapa ingin segera kubasuh
garis tanganmu

namun barangkali aku hanyalah angin bagimu
dari satu pohon ke lain daun
melompat dari satu mata ke lain hati
membagi kasih

/2/

entah bagaimana mulanya aku mencintaimu
laksana daun gugur yang tidak sempat menyentuh tandus
sebab angin segera membuangnya ke tengah samudra
kemudian memecah bersama gulungan-gulungan ombak
lautan asmara

/3/

apakah yang berpaling darimu
keraguan rintik hujan di luar jendela
datang laju angin membawa kabar
bisik-bisik daun kering

asmaradahana sepasang burung jalak
hinggap sayap sengketa di dahan rambutan
berhujan-hujan asmara ke bumi
dua paruh saling patah

menangkup garis musim mengabu
jauh di luar batas

/4/

dingin pun mulai menyetubuhi malam
sedang di kamarku
cermin itu masih mengenang wajahmu
yang telanjang pada katil
mencatat awan noda dan
pulau-pulau kecil
mendaki puncak gairah
asmara

Malang, 23 Januari 2021.

Jambu Mete
:Harut dan Marut

/1/

hendaklah kau sentuh
dari binggel ranting
akar pohon melintang
mencengkeram alismu

/2/

selembar daun payung
matahari tengah curam
sungai langit mengalir
tumbuhan sengit menggantung

/3/

pesona sayap kupu-kupu
memikat penuh asmara
bagai telah dimabuk anggur
tersihir senjata tuan

Malang, 5 Juli 2020.

 

Tags: asmaracermin peradabanjambu mete
ShareTweetSendShare
Previous Post

Bunuh Diri, Maut, dan Puisi

Next Post

Surat Terbuka untuk Sunyi

Moehammad Abdoe

Moehammad Abdoe

Pelopor komunitas Pemuda Desa Merdeka (PDM 2015). Karyanya berupa puisi dan cerpen terbit di berbagai media massa Indonesia maupun luar negeri antara lain: News Sabah Times, Utusan Borneo, Harian Ekspres, dll. 

Artikel Terkait

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 Juli 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
Puisi

Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya

22 Juni 2025

Kiat Marah yang Payah  Malam hari yang dingin mencekam cepat menusuk pori-pori. Dan keniscayaan lupa mendekam di hati dan kantong...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Puisi-Puisi Kema Ferri Rahman

Puisi-Puisi Kemas Ferri Rahman

5 November 2020
Burung Pipit

Burung Pipit

6 April 2021
Daftar Momen Saat Perempuan Minta Maaf dengan Tulus

Daftar Momen Saat Perempuan Minta Maaf dengan Tulus

26 Desember 2021
Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan

26 April 2025
Sisa Subuh

Sisa Subuh

14 September 2021
Menyoal Cinta Vs Primbon Weton Jawa

Menyoal Cinta Vs Primbon Weton Jawa

26 Juli 2021
Bangle

Bangle

24 Januari 2021
Diam dan Merapal Hujan

Diam dan Merapal Hujan

6 Juli 2022
Pakai Tangan Kiri Itu Tidak Selalu Buruk

Pakai Tangan Kiri Itu Tidak Selalu Buruk

6 Desember 2021
Alam Pikiran

Alam Pikiran

9 Juni 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (213)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.