• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Selasa, 26 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Cerpen

Doa

Dinda Suci Al Aluf by Dinda Suci Al Aluf
18 Juni 2021
in Cerpen
0
Doa

Ilustrasi Maggie Chiang (http://www.designer-daily.com/)

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

“Dua atau tiga tahun lalu dengan tahun yang sekarang tidak ada bedanya bukan?”

Sambil menghela napas berat, aku menatap gedung di seberang danau kecil yang sedari tadi terlihat tenang. Berbeda sekali dengan isi kepalaku. Semakin hari rasanya semakin penuh dengan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan.

“Aku hanya lelah. Aku ingin tidur tanpa mimpi-mimpi buruk itu lagi.”

“Dee, aku mungkin bukan teman yang akan selalu ada di sampingmu atau selalu menemanimu di Surabaya. Tapi kamu tau, akan selalu punya waktu buatmu jika kamu ingin bercerita.”

“Terima kasih. Reksa seharusnya menyesal meninggalkanmu.”

Luu hanya tersenyum dan menunduk, memandangi jemarinya yang sedikit gugup.

“Kalau mau jadi bintang, aku mau jadi bintang yang redup saja.” Katanya tiba-tiba.

Aku sedikit tertawa, “Kamu kenapa? Bahkan bintang belum muncul. Ini masih terlalu sore untuk membicarakan mereka.”

Dia pun tertawa. Sebuah tawa khas darinya yang malu-malu sambil menutup mata.

“Aku rasa kamu benar,” ujarku.

“Tentang apa?”

“Tentang bintang yang redup itu. Seperti matahari terbit, seperti kura-kura. Mereka sama bukan? Mereka sejatinya bergerak, mereka sebenarnya sedang mengerjakan sesuatu, tapi mereka tidak terburu-buru.”

“Ya, dan bintang yang redup pun tetaplah bintang. Yang walaupun tidak semua bisa melihatnya, dia akan tetap jadi bintang. Tanpa harus terburu-buru dan berlomba-lomba untuk kelihatan lebih terang daripada yang lain.”

“Aku pernah dengar cerita kalau bintang-bintang yang terang itu, ternyata ada dalam akhir masanya. Mereka akan terlihat sangat terang kemudian meledak dan hilang.“

“Yah, setidaknya mereka pernah ambil bagian.”

“Kapan semua ini akan berlalu?”

“Kenapa? Tidak sabar ya?”

“Iya. Terlalu berat. Bayangkan saja, dia ada di mana-mana. Hal-hal yang sebetulnya tidak penting buat dipikirkan, malah memenuhi isi kepala. Ini menyebalkan.”

“Rasanya tidak adil bukan?”

“Sangat tidak adil!”

“Apa yang bikin kamu marah?”

“Semuanya, Luu. Semua ini, kenapa terjadi padaku lagi? Kenapa aku mudah percaya? Kenapa orang-orang harus pergi? Aku kan belum siap.”

“Karena memang begitu. Lihat! Matahari sudah mulai terbenam. Apa dia akan menunggumu bersiap lalu terbenam? Tidak ‘kan? Dee, kamu sedang berada di gelap malam kali ini, dan itu benar-benar tidak apa-apa.”

“Malam yang benar-benar gelap…”

“Malam yang mendung.”

“Yang penuh guntur.”

“Kilat yang menakutkan.”

“Ya….”

“Dan coba tebak, apa yang datang setelah hujan badai?”

“Memangnya apa? Jalan-jalan jelas dipenuhi genangan air.”

“Kebiasaan buruk! Cobalah melihat sesuatu yang positif.”

Aku hanya diam mengaduk minuman di gelas yang menurutku super besar itu. Alih-alih menjawab pertanyaan Luu, aku malah berpikir ke hal lain, apakah latte ini benar-benar manis?

“Ada banyak sekali hal yang digagalkan dengan alasan itulah sebenarnya jalan terbaik untuk ditempuh.” Katanya mendadak.

“Terbaik untuk siapa?”

“Tentu saja untukmu, Dee”.

Aku menghela napas, kali ini sambil tengadah, sambil bergumam, “Surabaya, oh Surabaya.”

Sambil menghembuskan asap rokok, aku amati beberapa orang lalu lalang dengan pikiran dan luka masing-masing. Kenangan-kenangan itu, mau aku kemanakan? Kotak apa yang sanggup menampung semuanya? Hendak dibuang ke laut? Laut mana yang mau terima? Ahhhh laut, kalau saja hatiku bisa setabah dan seluas kau. Ahhh bulan, kemana perginya semua yang tadinya serasa seperti rumah?

Luu berpamitan pulang dengan latte yang tinggal setengah gelas dan sebuah pesan, bahwa, ini semua hanyalah sebuah fase. Bahwa aku hanya sedang berada di lampu merah, bahwa hidup kadang memang perlu berjalan lebih lambat untuk seimbang.

Dan kematian itu sendiri datang lebih cepat dari yang aku tau. Membanting tubuhku ke arah kiri jalan dengan kuat dan… ah, rasa sakit ini, akhirnya sungguh berlalu. Dalam malam yang baru saja datang, untuk pertama kalinya dalam bulan-bulan ini, aku tidur lebih awal. Untuk pertama kalinya setelah bulan-bulan yang melelahkan, aku merasa damai.

Luu, kamu benar, bahwa dalam tangan-tangan yang sakit, Tuhan tidak pernah melepas genggamanNya. Bahwa Tuhan tau, apa yang terbaik untuk kita.[]

Tags: ceritacerpendoahidupirama kehidupanlelahpasrahperlahanritme
ShareTweetSendShare
Previous Post

Kalporina

Next Post

Ayat-ayat Alam Raya

Dinda Suci Al Aluf

Dinda Suci Al Aluf

Kadang “Dee” menjadi nama penanya. Mahasiswa kelahiran Gresik, 12 Juli 2001. Saat ini tinggal di Gresik dan berkuliah di sebuah universitas negeri di Surabaya. Menjadi rumah bagi dirinya sendiri adalah motto yang ia pegang untuk melangkah maju. Ia pernah menjuarai beberapa kompetisi puisi dan pidato, dan saat ini sedang aktif dalam organisasi legislatif kampus. Mengajar adalah apa yang ia cita-citakan, karena sama halnya dengan menulis, mengajar adalah ketika ia bisa berbagi apa yang dia tau dan alami. Instagram: @dindaalaluf_

Artikel Terkait

Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
Cerpen

Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?

24 Juli 2025

Selain rindu, barangkali kau tak punya alasan untuk apa pulang ke Palpitu. Sebuah pertanyaan tentang keadilan bagi ibumu juga belum...

Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
Cerpen

Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab

11 Juli 2025

Sore seperti keliru membaca waktu, demikian orang-orang bilang tentang udara di desa Watu Rinding. Ia terlambat panas, tergesa dingin. Kabutnya...

Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
Cerpen

Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib

20 Mei 2024

“Ini sudah masuk bulan Agustus, Maemuna,” ucap Dae la One sembari membongkar perlengkapan sunat miliknya. “Aku ingat dua minggu lagi...

Cerpen

Calon Kepala Desa

5 Maret 2024

Rampung sepuluh tahun jadi pegawai desa, kini tugasnya selesai. Bukan ia tidak mau berjuang lagi. Tapi ini sudah di luar...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Mendikte dan Menyombongi Tuhan

Mendikte dan Menyombongi Tuhan

12 Februari 2021
Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

21 Maret 2022
Serba-serbi Kali

Serba-serbi Kali

1 Maret 2021
Mengenali Karakter Orang Lewat Tulisan Tangan

Mengenali Karakter Orang Lewat Tulisan Tangan

27 Februari 2023
Gambar Artikel Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

19 Desember 2020
Gambar Artikel Puisi Pilu Sajak-Sajak Larasati Onna Roufsita

Sajak-Sajak Larasati Onna Roufista

2 November 2020
Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

4 September 2022
Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda

Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda

30 Juni 2022
Gambar Artikel Jangan Berharap! Teruslah Meratap

Jangan Berharap! Teruslah Meratap

10 November 2020
Gambar Artikel Berguru pada Sherlock Holmes

Berguru pada Sherlock Holmes

8 Desember 2020
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (213)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.