• Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kerjasama
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
Tuesday, 02 December 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Esai

Pemberdayaan Perempuan sebagai Pemangku Peradaban

Khoirurroziqin by Khoirurroziqin
10 April 2022
in Esai
0
Pemberdayaan Perempuan sebagai Pemangku Peradaban

http://budhablog.com/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Terlahir menjadi perempuan atau laki-laki bukanlah sebuah pilihan yang bisa di-request atau dipilih. Terlahir sebagai manusia berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki sudah menjadi ketetapan dari Allah. Berbicara tentang manusia memang tidak bisa lepas dari sifat-sifat alamiah yang sudah menjadi identitas penyandangnya. Baik itu perempuan maupun laki-laki, manusia tetap makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

Sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Hujarat ayat 13:  “Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah maha mengetahui, Maha teliti.”

Dalam ayat di atas terlihat bahwa Allah menciptakan manusia dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan untuk saling mengenal. Mengutip dari Hanna Jumhana Bastaman dalam bukunya yang berjudul Integrasi Psikologi dengan Islam (1995) ia mengatakan, dari sekian banyak ciptaan Tuhan, manusia tidak sendirian dalam menjalani hidupnya. Demikian pula halnya dalam korelasi dengan sesama manusia, diciptakan lah laki-laki dan perempuan, justru untuk saling melengkapi dalam suatu kebersamaan (being in communion).

Perdebatan perbedaan jenis kelamin dan gender manusia tidak perlu lagi menjadi pembahasan yang dipertentangkan. Baik laki-laki maupun perempuan sudah Allah bekali dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tak perlu lagi memetakan antara superior atau inferior dalam perbedaan tersebut. Terlepas dari pembahasan perbedaan jenis kelamin, ada hal lebih esensial yang perlu dibahas yaitu pemberian kontribusi pemberdayaan serta mempertahankan perempuan sebagai pemangku peradaban.

Upaya Pemberdayaan Diri Perempuan

Pemberdayaan (empowerment) merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan. Dalam konteks ini, bukan berarti perempuan akan mendominasi orang lain untuk mengambil alih posisi laki-laki, sehingga peran laki-laki berkurang. Hal yang lebih krusial adalah melakukan pemberdayaan perempuan dalam makna meningkatkan kapasitas dan ketangguhan perempuan (self resiliance), kemandirian dan internal strength mereka.

Upaya pemberdayaan diri merupakan langkah awal yang harus dilakukan perempuan untuk memenuhi kebutuhan dirinya terutama kebutuhan pokok. Misalnya, mampu menyelesaikan dan mencari jalan keluar terhadap persoalan yang menyelimutinya. Perempuan harus berani untuk memberdayakan dirinya dengan melakukan tindakan konkret yang revolusioner seperti menambah wawasan informasi, pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban.

Sebagaimana Onny S. Prijono dan Pranarka dalam bukunya berjudul Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implementasi (1996), membagi pemberdayaan perempuan dalam empat hal, yaitu: [1] pemberdayaan psikologi, [2] sosial budaya, [3] ekonomi dan [4] politik. Dengan metode pendekatan dua arah, perempuan dan laki-laki akan lebih saling menghormati (respect) sebagai manusia (human being). Dengan begitu, terbentuk lah individu yang berpotensi mandiri dan tetap memiliki kepribadian yang kuat.

Seseorang dikatakan sudah berdaya ketika sudah mampu mengontrol emosi dan memimpin dirinya untuk menempati posisi terhormat dan mulia. Sebagaimana Risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad mengangkat derajat dan menyetarakan hak-hak atas perempuan agar mereka mendapat kemulian. Tinggal bagaimana perempuan mejaga dirinya agar tidak tereksploitasi, atau bahkan meng-eksploitasi dirinya–baik di ranah industri hiburan, iklan kosmetik, maupun di sampul-sampul majalah dan papan reklame.

Salah satu dari wujud pemberdayan diri adalah terciptanya konsep manajemen diri, sebagai penunjang perkembangan dan kesuksesan. Konsep manajemen diri adalah adanya perencanaan, pengaturan, aktualisasi dan pengawasan diri. Dan menjalani hidup dengan arah yang benar sesuai dengan tujuan hidup yang positif adalah tujuan dari konsep manajemen diri tersebut (Dudun Hamdun, 2006).

Perempuan Pemangku Peradaban

Berbicara tentang perempuan, teringat ungkapan dari seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim yaitu: “Al-Ummu madrasatul ula, idza a’dadtaha sya’ban thayyibal a’raq.” Artinya: Ibu merupakan madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik. Berkaca dari ungkapan itu, setidaknya kita bisa memetik ini: seberapa baik-buruknya karakter seorang anak itu bergantung bagaimana karakter ibunya.

Perempuan menjadi pemangku utama dalam peradaban, karena dari rahimnya terlahir generasi penerus bangsa, agama, dan kehidupan. Perempuan juga mempunyai peran strategis dalam keluarga, selain mengurus suami ia juga sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya. Hal ini yang menjadi landasan betapa pentingnya pendidikan yang memadai bagi perempuan.

Peningkatan kedudukan dan pendidikan sudah menjadi keniscayaan yang harus dijadikan prioritas dan musti diperjuangkan bagi perempuan. Sebagai madrasatul ula juga sebagai perancang peradaban bangsa dengan melahirkan generasi emas, tentunya peningkatan intelektual, keterampilan, dan kompetensi lainnya harus terpenuhi sebagai bekal perempuan dalam menjalani kehidupan di zaman ini.

Sebagai seorang visioner, perempuan harus dibekali dengan pendidikan yang berkualitas. Selain kecerdasan, ia juga harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Ia juga harus menjadi penggagas ide-ide kreatif dan inovatif dalam upaya memecahkan problem yang ada di sekitar masyarakat. Namun, kecerdasan tersebut harus pula diimbangi dengan akhlak yang mulia dan mampu menjadi figur yang dapat menjadi teladan.

Harapan-harapan tinggi sebuah peradaban sering kali bersandar pada kaum perempuan. Setidaknya, perempuan harus diberikan ruang kebebasan untuk mengakses segala hal yang posistif demi kemajuan dirinya–yang otomatis juga demi kemajuan generasi mendatang. Salah satu perwujudan dari perempuan yang berdaya yaitu memberikan layanan pendidikan yang setara. Bukan hanya memberi kesempatan memperoleh pendidikan, tapi juga pendidikan yang responsif dan tidak bias gender, serta kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sebagai buah dari pendidikan tersebut.[]

___________ 

Sumber Bacaan:

Lailatuzz Zuhriyah, 2018, Perempuan, Pendidikan Dan Arsitek Peradban Bangsa, Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak, vol 2, No. 2.

Hasanatul Jannah, 2011, Pemberdayaan Perempuan Dalam Spiritualitas Islam, KARSA, vol. 19 No 2.

Akhmad Nurhuda, Ibu, Madrasah Pertama Bagi Anaknya, (radarbanyuwangi.id)

Tags: esaikesetaraankolomopinipemberdayaanperempuanwomen empowerment
ShareTweetSendShare
Previous Post

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

Next Post

Seni Memahami (Diri)

Khoirurroziqin

Khoirurroziqin

Asal Rembang, Jawa Tengah. Pernah singgah merantau di Surabaya dan kini sedang lanjut studi di Yogyakarta.

Artikel Terkait

Pulau Bajak Laut, Topi Jerami, dan Gen Z Madagaskar
Esai

Pulau Bajak Laut, Topi Jerami, dan Gen Z Madagaskar

21 October 2025

Penulis: Jean-Luc Raharimanana Penerjemah: Ari Bagus Panuntun   2002. Buku-buku dibakar di depan rumah ayahku. Adalah militer. Adalah milisi. Mereka...

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
Esai

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna

5 August 2025

Malam itu, saya belum ingin tidur cepat. Hingga lewat tengah malam dan hari berganti (Rabu, 23 Juli 2025) saya duduk...

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
Esai

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

28 July 2025

Jika bulan Juni sudah kepunyaan Sapardi, Juli adalah milik Hemingway. Pasalnya, suara tangis bayi-Hemingway pecah di bulan yang sama (21...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024

Sepuluh menit setelah tanggal berganti menjadi 29 Maret 2024, teks cerpen Agus Noor dihidupkan di ampiteater Ladaya. Sejumlah kursi kayu...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Anak-anak Afrika Sedang Makan di Warung Tegal

Anak-anak Afrika Sedang Makan di Warung Tegal

18 February 2024
Gambar Artikel Puisi untuk Ibu : Mamak dan Kudapan Hina

Mamak dan Kudapan Hina

1 December 2020
Alasan Kenapa Self-Love Sulit Dilakukan

Alasan Kenapa Self-Love Sulit Dilakukan

29 October 2021
Gambar Artikel Kemarin dan Rindu

Kemarin dan Rindu

31 October 2020
Novel “Heaven”: Perundungan dan Pergulatan Hidup Penyintas

Novel “Heaven”: Perundungan dan Pergulatan Hidup Penyintas

28 March 2024
Kepalamu dan Isinya

Kepalamu dan Isinya

3 April 2021
Pulang

Pulang

22 April 2022
Gambar Artikel Senyuman Malaikat Maut

Senyuman Malaikat Maut

20 December 2020
Hartojo Andangdjaja: Menulis Puisi dengan Bahasa yang Jernih

Hartojo Andangdjaja: Menulis Puisi dengan Bahasa yang Jernih

11 October 2021
Gambar Artikel Kenapa Bahasa Inggris untuk Anak SD tidak boleh Dianggap enteng

Kenapa Bahasa Inggris untuk Anak SD Tidak Boleh Dianggap Enteng

25 April 2021
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Mempersenjatai Trauma: Strategi Jahat Israel terhadap Palestina
  • Antony Loewenstein: “Mendekati Israel adalah Kesalahan yang Memalukan bagi Indonesia”
  • Gelembung-Gelembung
  • Mengeja Karya Hanna Hirsch Pauli di Museum Stockholm
  • Di Balik Prokrastinasi: Naluri Purba Vs Tuntutan Zaman
  • Pulau Bajak Laut, Topi Jerami, dan Gen Z Madagaskar
  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu

Kategori

  • Event (14)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (12)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (66)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (53)
  • Metafor (217)
    • Cerpen (55)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (49)
    • Gaya Hidup (26)
    • Kelana (13)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kontributor
  • Hubungi Kami

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Kami
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Hubungi Kami
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.