• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Selasa, 26 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Esai

Kritik dan Karya adalah Sebuah Niscaya

Nur Hikmah Hidayah by Nur Hikmah Hidayah
1 Desember 2020
in Esai
0
Gambar Artikel Kritik dan Karya adalah Sebuah Niscaya

Sumber Gambar: https://npr.org

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Criticism is important part of creating anything. Once you put yourself out there, it should be embraced—not feared. It’s how we improve, how we learn. You can’t impress anyone all the time. You learn more from those who don’t like you, than those who do.

Begitulah kira-kira kutipan dari kanal YouTube I Hate Everything dalam videonya yang berjudul How To Take Criticism. Penutup dari rangkaian video drama lima tahun lalu antara sang kritikus film amatir melawan seorang sutradara film indie. Drama yang mempersatukan nyaris seluruh channel kritikus film dalam semesta YouTube demi mengingatkan kembali bahwa dalam seni, kritik bukanlah sesuatu yang harus dibenci.

Sebagai catatan, agar pemahaman kita sama, kritik yang saya maksud di sini adalah segala timbal balik yang ditujukan kepada suatu karya dalam bentuk koreksi yang membangun maupun tidak. Ya, komentar sekadar “gambarmu jelek” atau “tulisanmu tidak enak dibaca” tanpa adanya tambahan yang menegaskan mengapa karya tersebut dikatakan demikian, juga termasuk. Kalian boleh membenci yang satu ini kalau mau, jangan malu.

Karya adalah sesuatu yang sakral bagi seorang seniman, karena selama proses penciptaan secercah jiwa mereka tercurahkan ke dalamnya. Mendapati opini pedas dilontarkan pada karya kita memanglah menyakitkan. Namun kritik terhadap karya adalah sebuah keniscayaan. Mereka eksis dalam satu semesta yang sama. Jika kamu berani melempar batu ke danau, maka beranilah basah terhempas cipratannya.

Tanggapanmu terhadap kritik pun melambangkan statusmu sebagai seniman. Ambil contoh kasus yang lahir pada November 2015 silam, ketika Alex—pemilik channel I Hate Everything—membuat video mengkritik film Cool Cat Save The Kids yang disutradai oleh Derek Savage.

Cool Cat Save The Kids adalah film ‘edukasi’ (dalam tanda kutip) antibullying yang bercerita tentang seorang (seekor?) manusia-kucing berbulu jingga bernama Cool Cat mengajarkan anak-anak sekolah dasar menghadapi bullying. Dan seperti yang sudah bisa diduga, target penonton utamanya adalah anak-anak. Namun, hanya karena mayoritas penikmatnya tak dapat membedakan mana film berkualitas dan mana yang tidak, bukan berarti produksi film yang buruk dapat dimaafkan—yang rupanya adalah fokus utama dari kritik yang disampaikan oleh Alex.

Dengan mengesampingkan masalah teknis dan proses produksi yang memang terkenal apa adanya, seperti kostum terbatas, audio yang tidak pas, pemilihan font yang tak sedap dipandang mata (serius Comic Sans?) dan special effect yang membuat naga Indosiar bagai editan sekelas Marvel Cinematic Universe; penulisan skenario film ini dianggap sangatlah buruk hingga sebagian besar penonton malah bersimpati pada Butch—sang bully, sang antagonis—alih-alih Cool Cat sang protagonis.

Ya. Film ini pantas untuk dikritik.

Namun, beberapa hari kemudian, Derek Savage men-takedown serta membuat klaim hak cipta pada video tesebut. Alex tentu saja kebingungan, karena video buatannya dilindungi hukum Fair Use, di mana klaim hak cipta tak dapat ditimpakan. Tak hanya itu, Alex rupanya bukanlah satu-satunya korban. Derek Savage juga membuat klaim hak cipta pada banyak YouTuber berbeda yang mengkritik filmnya, seperti YourMovieSuck, menciptakan terjadinya takedown besar-besaran.

Seolah belum cukup, menggunakan akun Twitter Cool Cat, Derek Savage juga membuat cuitan menanggapi kritikan-kritikan tersebut dengan sangat tidak profesional dan bahkan memaksa para kreator menghapus video mereka sebelum Derek mengambil jalur hukum. Alex sendiri merespon reaksi Derek dengan rangkaian video yang rupanya cukup beradab bagi seseorang dengan julukan “I Hate Everything”.

Tanpa maksud berpihak, karena saya mengerti bagaimana rasanya jika hasil karya kita dikritik besar-besaran dan beberapa komentar Alex memang terlampau pedas, sikap Derek Savage yang demikian bukanlah hal yang bijaksana. Bahkan penonton Cool Cat pun merasa sang sutradara sudah kelewatan. Mereka yang awalnya berniat membeli film Cool Cat Save The Kids (karena beranggapan film tersebut masuk dalam kategori “sangat menghibur saking jeleknya”) kini pun membatalkan rencana mereka melihat kelakuan sang sutradara.

Bukankah sebuah ironi jika sutradara film antibullying malah membully kritikus karyanya sendiri dengan ancaman meja hijau semena-mena? Derek Savage membela diri dengan beranggapan bahwa ia hanya berusaha melindungi karyanya, tetapi sikapnya menanggapi kritik telah menetapkan seperti apa statusnya sebagai seniman.

Lalu bagaimanakah harusnya kita menghadapi kritik—yang laksana peranakan sambal matah dan cabai Dragon’s Breath karena saking pedasnya—secara profesional?

Mari berkenalan dengan Lewis Schoenbrun.

Hal yang sama pun terjadi pada Lewis terhadap filmnya yang berjudul The Amazing Bulk (yang merupakan parodi dari The Incredible Hulk). Bercerita tentang pria yang dapat berubah menjadi makhluk ungu raksasa ketika marah, dengan special effect yang membuat Cool Cat Save The Kids tampak setara dengan editan Marvel Cinematic Universe. Serius. Kalian harus lihat sendiri.

Dengan segala kekurangannya, setidaknya Cool Cat Save The Kids memiliki plot yang dapat dimengerti (meski tak rasional) dan latar tempat yang nyata. The Amazing Bulk tak memiliki keduanya dan dibumbui efek greenscreen yang sangat, sangat burik seolah divisi visual dan editing diisi oleh anak-anak sekolah menengah.

Dan tentu saja, Alex menjungkirbalikan film ini tanpa ampun. Video kritik buatannya bahkan ia sebut sebagai salah satu yang paling brutal, berkata di dalamnya bahwa dirinyalah yang “harus dibayar karena telah menyia-nyiakan waktu menonton film yang setara sampah ini”.

Namun, alih-alih klaim hak cipta, cuitan yang pedas atau email ancaman meja hijau; Lewis Schoenbrun malah mengirim email yang sangat manis:

Email tanggapan dari Lewis untuk Channel Youtube I Hate Everything. Esai Kritik dan Karya
Sumber: YouTube (I Hate Everything)

Hi Alex,

This is Lewis Schoenbrun the director/producer of The Amazing Bulk. I just want to thank you for your insightful and entertaining review of my film. Apparently you had some difficulty in the past with filmmakers taking your criticism a bit too seriously. I welcome all comments good & bad! I can see that you have a loyal following and want to encourage you to keep up the good work. You provide a valuable service by giving independent film exposure which they so desperately need.

Respon Lewis yang sangat ramah dan profesional ini tak hanya menaikkan reputasinya sebagai produser film, tetapi juga menarik banyak penonton baru yang menghargai adanya coexist antara kritik dan karya.

Kritik, baik maupun buruk, adalah proses dalam berkarya. Tinggal bagaimana kita menanggapinya. Apakah setelah basah terciprat air kalian akan pulang dan mengganti baju? Atau diam di tempat memaki danau agar membelikan pakaian baru?[]

 

Tags: cool cat save the kidsderek savageesaifilmkaryakritiklewis scoenbrunsenimansikapthe amazing bulk
ShareTweetSendShare
Previous Post

Semayam Kerapuhan Moral

Next Post

Ternak Ilmu(wan)

Nur Hikmah Hidayah

Nur Hikmah Hidayah

Aspiring procrastinator. Senang mempelajari hal baru tentang tanaman dan astronomi. Tinggal di Sulawesi Selatan dan bisa difollow akun Instagram @gisiamo.library

Artikel Terkait

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
Esai

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna

5 Agustus 2025

Malam itu, saya belum ingin tidur cepat. Hingga lewat tengah malam dan hari berganti (Rabu, 23 Juli 2025) saya duduk...

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
Esai

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

28 Juli 2025

Jika bulan Juni sudah kepunyaan Sapardi, Juli adalah milik Hemingway. Pasalnya, suara tangis bayi-Hemingway pecah di bulan yang sama (21...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024

Sepuluh menit setelah tanggal berganti menjadi 29 Maret 2024, teks cerpen Agus Noor dihidupkan di ampiteater Ladaya. Sejumlah kursi kayu...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024

28 Maret 2024 Masehi. Malam 18 Ramadhan 1445 Hijriah. Saya tiba di Ladaya, Tenggarong, setelah menempuh lebih dari satu setengah...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Narasi tentang Rahmah dan Gaza

Narasi tentang Rahmah dan Gaza

30 Mei 2021
Gambar Artikel Kutukan Ilmu dan Tipologi Ulama Menurut Al-Ghazali

Kutukan Ilmu dan Tipologi Ulama Menurut Al-Ghazali

10 Desember 2020

Jalan Sunyi dengan Ribuan Bunyi

24 Oktober 2021
Sajak Seorang Preman Sebelum Jadi Penyair

Sajak Seorang Preman Sebelum Jadi Penyair

17 Februari 2022
Beruntung Kita Selalu Bisa Melihat Sisi Baik dari Setiap Bencana

Beruntung Kita Selalu Bisa Melihat Sisi Baik dari Setiap Bencana

2 Juli 2021
Tips Menjaga Kesehatan Mental Anak Muda di Masa Pandemi

Tips Menjaga Kesehatan Mental Anak Muda di Masa Pandemi

7 Desember 2021
Hadir itu Bukan Kamu

Hadir itu Bukan Kamu

25 Agustus 2021
Gambar Artikel Abu Zayd Al-Balkhi: Ulama Psikologi yang Jarang Diketahui

Abu Zayd Al-Balkhi: Ulama Psikologi yang Jarang Diketahui

15 Januari 2021
Mendikte dan Menyombongi Tuhan

Mendikte dan Menyombongi Tuhan

12 Februari 2021
Ayangophobia pada Buku “Manusia Adimanusia”

Ayangophobia pada Buku “Manusia Adimanusia”

6 Maret 2022
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (213)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.