• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 18 Oktober 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Esai

Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)

Refleksi QS. al-Nur Ayat 35

Khoirurroziqin by Khoirurroziqin
20 April 2022
in Esai
1
Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)

https://unsplash.com/photos/mMXgAajaTNw

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Suhrawardi al-Maqtul, terkenal dengan sebutan syaikh al-isyraq atau master of Illuminationist guru filsafat cahaya, sedangkan al-Maqtul artinya “ia yang terbunuh”. Lahir di Suhrawad, Negeri Iran barat laut pada tahun 548 H/1153 M. Pemahaman secara metafisis eksistensi (wujud) serupa dengan apa yang dimengerti berkenaan dengan akar pengalaman sebagai cahaya (nur). Dalam konteks ini eksistensi adalah cahaya.

Hampir lima puluh buku di antara tulisan-tulisan Suhrawardi pendasarannya menyinggung ajaran filsafat cahaya. Terlihat dari empat karya besarnya yang berpuncak pada Hikmat al-Ishraq ‘Filsafat Iluminasi’ yang bersifat didaktis (mendidik) dan doktrinal (ajaran), ada salah satu dari empat karya Suhrawardi yang sangat masyhur ditulis dengan bahasa Arab dan Persia dengan penjelasan pendek yang lebih muda dipahami yaitu Hayakil an-Nur ‘Altar-altar Cahaya’.

Secara garis besar teori-teori Suhrawardi tertuang singkat dalam nukilan berikut:

Hakikat dari Cahaya Mutlak Pertama, Tuhan, memberi terang terus-menerus, yang merupakan pengejawantahan dan menyebabkan segala sesuatu ada, memberikan kehidupan kepada segala sesuatu  dengan sinarnya. Segalanya di dunia berasal dari Cahaya hakikatNya dan segala keindahan dan kesempurnaan adalah karunia dari kemurahan-Nya, dan mencapai terang ini sepenuhnya berarti keselamatan.

Cahaya menjadi simbol utama dari filsafat ishraqi. Simbol cahaya menjadi karakter dari bangunan filsafat isyraqiyah dalam menetapkan faktor yang menentukan wujud, bentuk, materi, akal primer dan sekunder, intelek, zat individual sampai ke tingkat pengalaman mistik (tasawuf).

Hakikat cahaya dalam iluminasi Suhrawardi, bahwa, cahaya merupakan realitas yang nyata yang tidak dapat didefinisikan, ia juga merupakan realitas yang “menapakkan” (to manifest) segala sesuatu. Cahaya juga merupakan sebuah substansi yang masuk ke semua komposisi substansi in-materil maupun immateril.

Cahaya merupakan sumber dari segala pengetahuan, mendapatkan pengetahuan bagaikan menerima penerangan. Sebagaimana ungkapan dari Imam Syafi’i “Al-Ilmu nurun wa nurullahi la yuhda lil ‘ashy” (ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat). Hal ini merupakan refleksi dari firman Allah dalam surah an-Nur ayat 35 yang artinya:

Artinya: Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat  perumpamaan bagi manusia. dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.

Intisari dari ajaran filsafat iluminasi adalah cahaya, dari sifat dan penyebaran cahaya. Tuhan adalah Cahaya yang ia sebut sebagai Nur al-Anwar. Cahaya sebagai penggerak utama alam semesta, sedangkan alam semesta merupakan sebuah proses penyinaran raksasa, dimana semua wujud bermula dan berasal dari prinsip Utama Yang Esa (Tunggal).

Cahaya merupakan sumber segala sumber, esensi yang paling nyata lagi terang, mustahil jika ada yang lebih nyata dan lebih terang darinya. Pendapat ini sebagaimana pemikiran Ibnu Sina tentang konsep Wajib al-Wujud. Suhrawardi juga mengatakan bahwa Tuhan tidak dapat diliputi aksiden (‘ardh) ataupun substansi (jauhar) karena dapat mengurangi keEsaan Tuhan. Oleh karena itu, cahaya pertama mesti Satu (Esa, Tunggal), baik zat maupun sifatNya.

Uraian tentang pemikiran  Suhrawardi di atas, membuat kita semakin mengetahui bahwa filsuf muslim membangun aliran iluminasi sebagai perspektif lain dari aliran peripatetik yang mendahuluinya. Hal ini dapat kita lihat bagaimana konsep perpaduan antara filsafat dan tasawuf (tasawuf falsafi), yang menekankan bahwa pengetahuan tidak semata diperoleh dari akal, akan tetapi dari rasa (dzauq) yang awalnya ditempuh dengan jalan mujahadah.

Dzauq berfungsi sebagai penyerap mistisme atas segala esensi dan membuang skeptisme. Pengetahuan spiritual perlu di rumuskan dan di sistematisasikan oleh pikiran yang logis. Dan dari itu, pengetahuan dalam ishraqi tidak hanya dari kekuatan intuitif melainkan juga dari rasio. Perpaduan dari intuitif untuk meraih segala sesuatu yang dapat dipercaya oleh rasio akan menghasilkan pengetahuan yang tinggi dan terpercaya.

 

Tags: konsep cahayaKonsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi): Refleksi QS. al-Nur Ayat 35suhrawardi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Membaca Pikiran Atheis Sam Harris: Manusia Bebas atau Terjajah Selera?

Next Post

Pulang

Khoirurroziqin

Khoirurroziqin

Asal Rembang, Jawa Tengah. Pernah singgah merantau di Surabaya dan kini sedang lanjut studi di Yogyakarta.

Artikel Terkait

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
Esai

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna

5 Agustus 2025

Malam itu, saya belum ingin tidur cepat. Hingga lewat tengah malam dan hari berganti (Rabu, 23 Juli 2025) saya duduk...

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
Esai

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

28 Juli 2025

Jika bulan Juni sudah kepunyaan Sapardi, Juli adalah milik Hemingway. Pasalnya, suara tangis bayi-Hemingway pecah di bulan yang sama (21...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024

Sepuluh menit setelah tanggal berganti menjadi 29 Maret 2024, teks cerpen Agus Noor dihidupkan di ampiteater Ladaya. Sejumlah kursi kayu...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024

28 Maret 2024 Masehi. Malam 18 Ramadhan 1445 Hijriah. Saya tiba di Ladaya, Tenggarong, setelah menempuh lebih dari satu setengah...

Comments 1

  1. https://twicsy.com/id/beli-like-instagram says:
    3 tahun ago

    Posting yang bagus, saya telah membagikannya dengan teman-teman saya.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Public Speaking Bukan Hanya Keterampilan Orang Terpelajar

Public Speaking Bukan Hanya Keterampilan Orang Terpelajar

4 April 2023
Di Atas Sebuah Kertas

Di Atas Sebuah Kertas

13 September 2021
Dalam Buku untuk Bersikap Mangap

Dalam Buku untuk Bersikap Mangap

11 Februari 2021
Melankolia Perjalanan Musim

Melankolia Perjalanan Musim

5 Juli 2021
Bentang dan Jet Lag Blues

Bentang dan Jet Lag Blues

31 Agustus 2021
Meneladani Sufi Jenaka: Nashrudin Hoja & Keledainya

Meneladani Sufi Jenaka: Nashrudin Hoja & Keledainya

3 Januari 2022
Hujan Menulis Air

Hujan Menulis Air

30 April 2021
Vincent van Gogh: Mati atau Mukti?

Vincent van Gogh: Mati atau Mukti?

24 April 2021
Apakah Koruptor Layak di Dor?

Apakah Koruptor Layak di Dor?

7 Februari 2021
Belajar Mengitari Israel

Belajar Mengitari Israel

19 April 2023
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (216)
    • Cerpen (54)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.