slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Senyum Pak No: Bekali Jiwa dengan Rasa Bahagia - Metafor.id
Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sunday, 1 June, 2025
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Inspiratif Sosok

Senyum Pak No: Bekali Jiwa dengan Rasa Bahagia

A.M. Nizar Alfian Hasan by A.M. Nizar Alfian Hasan
7 September 2021
in Sosok
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Pada suatu pagi, beberapa bulan sebelum pandemi menerjang, saya menyaksikan perayaan hari jadi Kabupaten Karanganyar—18 November 2019—sedang dipersiapkan puncak kemeriahannya. Jalan-jalan utama bersolek tambah cantik, alun-alun kota berhias keramaian tanpa putus, dan tatapan mata orang-orang yang melintas semakin dipenuhi spanduk dan baliho aneka rupa acara. Bahkan selalu terpampang pula senyuman dan setelan baju kebesaran pasangan bupati dan wakilnya. Pelbagai macam menu sarapan—mulai dari masakan tradisonal warisan nenek moyang hingga makanan cepat saji—berderet-deret dijajakan di lapak-lapak non-permanen yang terkesan mobile, siap bergerak ke mana saja.

Sepagi itu, saya sedang merasakan ‘kesialan’. Ban belakang sepeda-motor saya bocor. Otomatis tak ada pilihan selain menyerahkannya pada ketelitian tukang tambal ban yang kebetulan mangkal tak jauh dari tempat saya berhenti. Rupanya nasib saya pula yang mengantarkan pada perbincangan akrab dengan Pak No, tukang tambal ban itu.

Memang bukan sekali ini saja, saya mengetahui keberadaannya yang cukup terlihat di ruas jalan utama. Saya jadi teringat pengalaman berkesan beberapa tahun silam tentangnya. Kala itu siang terasa menyengat, kebetulan saya sedang duduk termenung di pinggir jalan sembari merenungkan beban pikiran cukup berat yang hampir-hampir membuat saya putus asa. Saat itulah saya merasa begitu terinspirasi oleh senyum sapa dan pancaran mata ramah Pak No pada setiap lalu-lalang orang yang lewat. Sebuah sapaan yang ‘disedekahkannya’ sembari dia pagi-pagi memarkir gerobak dan menata peralatan tambal ban di tempat mangkal.

Sekarang, tak jauh dari Pak No yang sedang melepas ban untuk ditambal, sayup terdengar alunan karawitan dari radio transistor yang tergantung di tiang gerobaknya. Beberapa hisapan kretek yang belum lama tersulut dan lalu-lalang kendaraan dan orang jalan kaki, menimbulkan rasa sepi bercampur bosan. Suasana yang seperti itu seakan menggoda keinginan saya untuk bertanya. “Pak No sudah berputra berapa?” Tanya saya setelah beberapa saat sebelumnya berhasil mengetahui namanya.

Pak No bersama gerobaknya (dok. pribadi penulis)

Nama aslinya Parno, akrab dipanggil Pak No, salah satu tukang tambal ban yang mangkal di Jalan Lawu Karanganyar. Pendidikan terakhirnya SD yang itu pun tidak sempat dirampungkannya. Bersama istri dan kedua anak, pria yang terlihat ramah dan supel ini tinggal menempati rumah warisan orang tua. Anak sulungnya sudah lulus STM dan belum bekerja, meski kabarnya sudah sempat mendapat panggilan, tetapi Pak No belum tahu soal kepastian selanjutnya. Sementara itu anak keduanya masih SD, yang berarti terpaut cukup jauh umurnya, pikir saya. Istri Pak No berjualan dawet di utara Gedung KPU, yang hasilnya lumayan membantu kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Menurut pengakuan Pak No sendiri, dia sudah jadi tukang tambal ban mulai sekitar tahun 1986-1987. Pada tahun-tahun itu, seingatnya dia sudah membantu ayahnya mangkal berpindah-pindah di sekitar lahan yang sekarang berdiri Toserba Mitra. Ayahnya bernama Mbah Darmo, tentu saja menjadi salah satu perintis jasa tambal ban yang ada di pusat kota Karanganyar. Sejak tahun 2000, Pak No melanjutkan usaha bapaknya di lokasi yang ditempatinya sekarang.

Keterangan itu tak pelak membuat rasa ingin tahu saya bertambah. “Sehari gitu rata-rata berapa kendaraan, Pak No?” Entah setan dari mana yang membuat saya berani-beraninya melontarkan tanya seperti itu. Tapi untungya Pak No mau menanggapinya, meski dengan suara lirih seolah tak mau sungguh-sungguh memperlihatkan perihal seperti ini.

“Nggak tentu, Mas. Kalau kebetulan sepi, kadang-kadang ya tiga, empat, paling apes lima lah,” jawab Pak No kurang begitu tegas.

“Kalau paling banyak?” Tambah saya.

“Ya paling kalau pas bareng-bareng gitu, Mas,” semakin mengambang.

“Memangnya buka dari jam berapa sampai jam berapa?” Tanya saya lagi.

“Jam delapan sampai jam lima,” membuat saya berpikir tak perlu bertanya lebih jauh lagi.

Sebagai pemain lama, Pak No rupanya bisa merasakan pasang-surut usaha tambal ban yang sudah berpuluh tahun ditekuninya. Meski sekarang jalan-jalan ramai dengan kendaraan, Pak No mengaku hal itu tidak berpengaruh banyak pada peningkatan jumlah pelanggannya. Salah satu analisa sederhananya mengatakan bahwa saat ini sudah bermunculan usaha-usaha tambal ban lain di sekitar pusat kota Karanganyar. Ditambah lagi dengan adanya model velg racing dan teknologi ban tubeless, membuat Pak No semakin gusar dengan kemampuannya, “Sebab kalau dicongkel terlalu kuat, bisa rusak, Mas. Nah, biasanya saya suruh bawa ke utara terminal Jongke. Di sana kan garapnya pakai mesin.”

Pak No mengaku tak mau berpikir ribet terkait pekerjaan. Sekiranya tak mampu mengerjakan karena keterbatasan alat, dia lebih memilih menunjukkan tukang tambal ban lain kepada pelanggan. Dia juga merasa tahu diri dengan keterampilan tangannya. Untuk mobil, Pak No hanya mau terima mobil angkutan kota. Artinya Pak No tak mau sembarangan menerima kerjaan sekalipun menggiurkan, karena takut merusak atau terjadi hal tidak mengenakkan lainnya.

“Kayak gini kan adhang-adhang (kerjaan nunggu) aja mas. Kalau ada ya digarap, kalau nggak ada ya saya diam, kalau nggak bisa ya saya ngomong.”

Membayangkan alam pikiran orang-orang seperti Pak No, saya jadi tertarik menggalinya lebih jauh,  tentang apa yang dia saksikan, juga tentang apa yang dia rasakan. Apalagi menjumpai semacam pergulatan antara kobaran semangat dan rasa rendah diri yang tampak dari naik-turun ekspresinya. Seperti ketika sorot matanya berbinar, rekahan senyumnya malu-malu, dan sekali waktu suaranya melirih dan semakin hilang tak terdengar.

“Kalau melihat Karanganyar seperti sekarang ini, gimana menurut Pak No?”

“Ya kalau dibandingkan dulu, bagusan sekarang, Mas. Tapi kalau kerjaan masih bagus dulu.”

“Apa iya, Pak? Dulu tu ya, saya sering lihat Pak No sudah buka pagi banget.”

“Kalau dulu setengah tujuh saya sudah buka, Mas, bareng anak-anak sekolah berangkat. Sekarang anak sekolah nggak boleh naik sepeda motor sendiri. Polisi, larangan itu! Sebab gini lho. Kalau anak sekolah naik sepeda motor, kalau tabrakan belum punya apa-apa itu lho. Prinsipnya begitu. Sekarang, larangan itu! Makanya dulu bisa sedikit ngegas, waktunya anak sekolah berangkat, buka. Syukur ada yang bocor atau ban kempes kan lumayan. Nah, sekarang sudah nggak bisa kayak gitu lagi,” panjang lebar Pak No menambahkan alasan.

“Itu kok Pak No bisa punya kompresor gede ya?” Sedikit saya alihkan pembicaraan.

“Bapak. Warisan. Jadi saya hanya melanjutkan aja, Mas, ditelateni. Seperti saya, bekerja tidak bisa neka-neka. Di bangunan berat, ya kan? Sama aja. Di sawah juga berat. Mendingan begini, kalau ada ditunggu, kalau nggak ada ya nganggur. Kadang-kadang saya juga pernah diam aja nggak ngapa-ngapain seharian, Mas. Syukur aja masih diberi sehat.”

“Ya semoga sehat terus, Pak No.”

“Hati harus sabar, Mas. Kalau nggak, sudah libur dari dulu-dulu. Saya tuh tiap ada orang ke sini bilang panas. Panas itu menurut saya tidak masalah, yang penting hatinya dulu. Kalau hatinya seneng? Ya kan?  Makanya buat saya, penting itu sabar dan hatinya senang.”

Penulis dengan Pak No

Perbincangan dengan Pak No berakhir tak lama selepas dia pasang kembali penutup pentil (valve cap) ban roda belakang, bersamaan pula dengan sebuah pesan Whatsapp masuk ke ponsel saya, “Pak, empon-emponnya jangan lupa.” Baru saya ingat tadi diminta istri mampir ke pasar.

Spontan tangan saya merogoh saku celana. Saya gegas dapati rasa syukur karena daftar titipan belanja dari istri masih ada. Serentetan suara sirene ambulans yang melintas ke arah Timur, membuat saya terhenyak, betapa kesehatan jiwa begitu penting dalam situasi yang kurang menguntungkan. Semoga di masa prihatin ini—sesuai harapan baik yang senantiasa tertanam di dada Pak No, semua makhluk dibekali rasa bahagia.[ed.mnw/2021]

Tags: belajar di masa pandemicerita inspiratifian hasanSenyum Pak No: Bekali Jiwa dengan Rasa Bahagiasosoktambal ban
ShareTweetSendShare
Previous Post

Sastra: Sebuah Jalan Ritmis Menjadi Manusia

Next Post

Soledad

A.M. Nizar Alfian Hasan

A.M. Nizar Alfian Hasan

Ian Hasan, lahir di Ponorogo, saat ini bergiat di Sanggar Pamongan Karanganyar, selain terlibat di beberapa komunitas, termasuk Komunitas Kamar Kata. IG @ian_hasan

Artikel Terkait

Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial
Sosok

Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial

30 November 2022

Anthony Giddens adalah mantan Direktur London School of Economics (LSE) yang tercatat sebagai salah satu sosiolog penting dunia menjelang akhir...

Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam
Sosok

Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam

10 March 2022

Setelah meninggalnya Nabi saw., Islam dipimpin oleh Khulafa’ al-Rasyidun dan diikuti oleh beberapa dinasti selanjutnya mulai dari Umawiyyah, Abbasiyah, sampai...

Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia
Sosok

Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia

16 February 2022

Arsitek Revolusi Islam, begitulah kata M. Dawam Rahardjo untuk Ali Syari’ati dalam tulisan kecilnya berjudul Ali Syari’ati: Mujahid Intelektual di...

Menyikapi Pemikiran Barat Seperti Jamaluddin al-Afghani
Sosok

Menyikapi Pemikiran Barat Seperti Jamaluddin al-Afghani

31 January 2022

Modernisme Barat adalah masa yang sangat berbeda bagi masyarakat Islam, setelah pada masa sebelumnya selalu ada keterkaitan yang masih bisa...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Gambar Artikel Puisi Semua Semau

Semua Semau

7 January 2021
Gambar Artikel Kritik dan Karya adalah Sebuah Niscaya

Kritik dan Karya adalah Sebuah Niscaya

1 December 2020
Gambart Artikel : Analisis Puisi Goenawan Muhammad Saya Cemaskan Sepotong Lumpur

Analisis Puisi Goenawan Mohamad “Saya Cemaskan Sepotong Lumpur”

23 April 2021
Gambar Artikel Mandiri Jalur Indomie

Mandiri Jalur Indomie

2 November 2020
Gambar Artikel Jangan Berharap! Teruslah Meratap

Jangan Berharap! Teruslah Meratap

10 November 2020
Menyoal Cinta Vs Primbon Weton Jawa

Menyoal Cinta Vs Primbon Weton Jawa

26 July 2021
Gambar Artikel Pendidikan Virtual : Belajar Mandiri di Tengah Pandemi

Pendidikan Virtual: Belajar Mandiri di Tengah Pandemi

20 November 2020
Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

30 April 2023
Gambar Artikel Idealisme dan Pembantaian

Idealisme dan Pembantaian

9 December 2020
Kebanyakan Fafifu

Kebanyakan Fafifu

3 May 2021

Ikuti Kami di Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
  • Puasa Puisi: Perayaan Sastra Lintas Bahasa
  • Aku Merangkum Desember

Kategori

  • Event (10)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (8)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (206)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (136)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In