• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 18 Oktober 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi

Mudik dan Sambatan Rohani Tahun Ini

Lutfi Azhar by Lutfi Azhar
25 Mei 2021
in Komentarium, Sambatologi
0
Mudik dan Sambatan Rohani Tahun Ini

Sumber: https://www.behance.net/gallery/96147751/blue

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Kemarin magrib, ponsel saya berdering dan mendapat kabar dari seorang teman dekat yang lama tidak bertemu. Ia menyarankan saya agar segera berangkat ke suatu tempat. Kebetulan waktu itu Ramadhan, maka momentumnya juga bisa dianggap sebagai pertemuan dengan niat berbuka puasa bersama.

Saat bertemu, lalu apalagi yang dapat kami bertiga lakukan selain menceritakan kabar satu sama lain. Meski dengan sedikit malu, saya mengutarakan bahwa kawan yang telah menyandang gelar ke-sarjana-an ini sedang galau karena dari di antara mereka, sayalah yang belum jua mendapat pekerjaan. Beda dengan mereka. Tapi bukan itu yang terpenting.  Yang akan saya bagikan adalah secuplik obrolan yang sudah ngalor-ngidul dan berjam-jam kami adu-jotoskan.

Pembicaraan kami bertiga lebih banyak mewartakan keadaan diri dan problem hidup masing-masing. Sesekali juga kita meloncat ke topik-topik lain yang sedang viral dan heboh di sosial. Mulai dari viralnya salah satu anggota “Brandal Poppies Dua”, mantan-mantan atlet bulutangkis yang lagi mendapatkan “cakrawalanya” Rendra, “Mulut Pisaunya” Wiji Thukul, mendapat suplai “Ekstasinya” Wahyu Prasetya, dan kasus lain yaitu “terselipnya” Tuhan dalam diri pelaku pembullyan, serta eksistensinya Kanjeng Ratu Corona tak luput juga kita diskusikan.

Tersebab Kanjeng Ratu Coronalah lahir anjuran dan peraturan PSBB yang berujung kepada problem kebudayaan yang seharusnya bisa kita laksanakan seperti pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu budaya mudik dan halal bihalal untuk saling mengunjungi satu sama lain; orang tua, saudara, tetangga, teman dan kerabat yang mungkin tidak akan terlaksana di tahun ini.

Sulit memang untuk membayangkan bagaimana momen lebaran yang sudah menjadi kebiasaan nyaris semua warga masyarakat Negara Republik Kesatuan Ingah-ingih, (ehh maaf, Indonesia maksudnya). Kini berkumpul bersama sanak saudara berubah menjadi tidak dan berjarak. Tapi manusia bisa apa saat Tuhan bersabda lewat gerak alam? Lantas harus bagaimana menyikapi keadaan ini? Ya, sebagai jasad bersedih, tetapi sebagai rohani tidak.

“Maksudnya?” Sahut satu kawan di seberang meja dengan cukup serius. Manusia adalah khalifah di mana dialah pancer dari segala arah mata angin. Dia bisa manjing sajroning kahanan. Sanggup menempatkan diri sebagai apa saja sesuai dengan keinginannya. Maka, di saat dia melihat ke dalam diri sebagai makhluk jasad, ia akan bersedih dan menangis menerima keadaan yang membuatnya tidak bisa bertemu dengan sanak keluarga karena adanya pandemi ini. Akan tetapi apabila dia menempatkan diri sebagai manusia rohani, dirinya tidak akan merasa sedih dengan adanya peraturan dan permasalahan ini.

Fenomena mudik memang sudah menjadi ciri khas manusia Indonesia. Mudik diartikan pulang atau kembali. Namun, pertanyaannya, “pulang kemana kita?” Sebagaimana Resi Umbu mewejang santri-santrinya di Jalan Malioboro kala itu, “pulanglah ke-diri kalian masing-masing”.

Itulah yang saya tafsiri sebagai satu petuah yang menyuruh kita agar selalu mencari kesadaran di dalam diri bahwa kita ini siapa, dari mana, untuk apa, mau apa dan akan kemana. Dari sinilah ada kesadaran di mana mudik ataupun tidak, itu sama saja. Sama baiknya asal tetap berada dalam tonggak kesadaran innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Kesadaran akan dari mana kita berasal dan akan kembali itulah yang paling murni dan sejati dari kata mudik itu sendiri.

Lalu bagaimana dengan halal bihalal yang setiap tahunnya kita sebagai umat muslim Indonesia lakukan? Saya kira hakikat dari kata halal bihalal adalah silaturahmi menjaga hubungan antarsesama dengan kelapangan dada memberikan maaf sesudah dan bahkan sebelum melakukan salah dan juga terlepas dari Bulan Syawal. Maka dari itu, bagi siapa saja yang di dalam dirinya telah tercipta telaga maaf dan semangat bersilaturahim dengan siapapun maka dirinyalah manusia yang telah lepas dari apa yang dinamakan halal bihalal di waktu Syawal. Ada inti yang sama dalam halal bihalal meski secara langsung atau hanya lewat smartphone.

Mungkin peristiwa pandemi ini sengaja dibuat Tuhan sampai dipariwisatakannya ke bumi manusia dengan maksud menjadikan agar hari-hari kita—termasuk di Bulan Ramadhan kemarin sampai Idul Fitri—yang kita lalui benar-benar menjadi hari-hari yang sangat berkualitas dalam penghayatan ke luar dan penghayatan ke dalam. Dan setelah lahirnya peraturan dan anjuran yang tidak mengizinkan kita mudik, kita husnudzoni dalam rangka menjaga kesehatan orang tua, saudara dan sesama manusia di Desa. Lantaran mungkin saja Kanjeng Ratu Corona tengah singgah di dalam tubuh kita.

Dan, boleh jadi ini semua juga melahirkan kesadaran “kembali” pada yang lebih murni dan sejati. Barangkali Tuhan sengaja memberikan rentang jarak di tahun ini dalam rangka memupuk rindu dalam kalbu agar subur dan menumbuhkan segala sesuatu yang berdampak baik kepada semua. Bisa juga diartikan bahwa memang terkadang kita mesti berjarak dulu agar bisa menilai dan merenungi bahwa ternyata yang berjarak tidak mesti selalu jauh. Bahkan sebaliknya: semakin jauh, malah terasa semakin dekat.[]

 

Cangkringan, Mei 2020

Tags: coronamudikramadhanrefleksisambatologi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Monolog Rayap Terbang di Lantai 13

Next Post

Kilas Balik Tokoh Penemu Lensa: Ibnu al-Haitham

Lutfi Azhar

Lutfi Azhar

Penulis asal Kudus yang juga seorang pelatih olahraga dan disambi buka lapak buku lawas. Bisa disapa di Instagram Lutfy Azhar Slenge'an.

Artikel Terkait

Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
Komentarium

Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti

26 September 2025

Ada sebuah kawasan yang tampak biasa di peta, namun warganya hidup dalam kepungan janji palsu yang manis. Mereka mendapat iming-iming...

Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
Sambatologi

Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung

30 Agustus 2025

Tiap hari, selalu saja ada berita yang buat perut sakit. Aktornya tiada lain tiada bukan adalah pihak pemerintah. Dari hulu...

Belajar Mengitari Israel
Cangkem

Belajar Mengitari Israel

19 April 2023

Kebetulan tulisan saya kemarin di rubrik ini bertali-singgung dengan Israel. Kebetulan juga saya seorang pemalas akut. Daripada cari bahan nyangkem...

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku
Cangkem

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku

29 Maret 2023

Saya ini sekarang suka nulis, tapi kalau disuruh. Disuruh empunya web ini, contohnya. Tiga tahun lalu saya nulis kayak orang...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Ayat-ayat Alam Raya

Ayat-ayat Alam Raya

19 Juni 2021
Konsep Tuhan di Benak Saya Sendiri

Konsep Tuhan di Benak Saya Sendiri

5 Mei 2021
Memahami Puisi Instan “Malam Lebaran” Sitor Situmorang

Memahami Puisi Instan “Malam Lebaran” Sitor Situmorang

2 Maret 2021
Gambar Artikel Tabiat Arunika dan Kotak Pandora

Tabiat Arunika dan Kotak Pandora

24 November 2020
Malam Kutukan

Malam Kutukan

28 Februari 2021
Gambar Artikel Serat Badar Lunar

Serat Badar Lunar

21 November 2020
Anjingaseo

Anjingaseo

5 Februari 2021
Gambar Artikel Hiruk-Pikuk Pandemi dalam Pemikiran KH. Ahmad Dahlan

Hiruk-Pikuk Pandemi dalam Pemikiran KH. Ahmad Dahlan

14 Desember 2020
Depresi Besar, Kaum Pekerja, dan Hilangnya Harapan

Depresi Besar, Kaum Pekerja, dan Hilangnya Harapan

30 April 2021
Gambar Artikel Puisi Pilu Sajak-Sajak Larasati Onna Roufsita

Sajak-Sajak Larasati Onna Roufista

2 November 2020
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (216)
    • Cerpen (54)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.