• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 18 Oktober 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi

Jam Operasional Korona

Chintya Amelya P. by Chintya Amelya P.
5 Februari 2021
in Komentarium, Sambatologi
0
Jam Operasional Korona

Ilustrasi Sepi Sumber Gambar: https://gemasuryafm.com/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Usai dengan Sambatan Kuliah di Tengah Pandemi, coba kita tengok sebentar khazanah persambatan masyarakat di sekitar kita yang mau tidak mau harus tetap bekerja ke luar demi sesuap nasi.

Btw, siapa yang masih suka keluar malam?

Nggak takut sama korona atau gimana, nih? Soalnya nih ya, ngasih tahu aja kalau kata orang yang itu tuh, di malam hari telah dilakukan pembatasan jam operasional bagi seluruh rakyat yang cari uang dan lapar, lapar nasi hingga lapar kesenangan, untuk memperkecil angka penyebaran virus korona. Jadi, daripada kena denda, mending buat indomie aja di rumah. Iklan nih, endorse dong. Heuheuheu. Canda endorse.

Gimana menurut kalian? Setuju, nggak setuju, atau biasa aja? Ya, itu terserah kalian aja sih ya.

Yang saya bingung gini, gais. Di pagi hari, siang, atau sore hari, kenapa tidak dilakukan pembatasan? Apa korona ini sukanya keluar kalau sudah malam karena pengen ikut nongkrong sama kita? Kalau pagi dia tidur, siang sampai sore kerja, malamnya cari mangsa? Apa begitu? Apa pegimana sih? Bingung deh.

Padahal di pagi hari masih ada kerumunan di pasar, di siang-sore hari kerumunan di kantor sebab tidak seluruhnya bisa work from home, malam hari kerumunan di warung, cafe, dan sebagainya. Nah, coba jelaskan kenapa cuma di malam hari aja pembatasannya?

“Bukan begitu bodoh”, umpat salah satu aparat. (Canda, aparat).

Ya, saya sangat-sangat tahu Anda hanya ingin menjalankan perintah dari atasan Anda, yang tersebut pemerintah yang membuat aturan. Tetapi bisa nggak ya, Bapak/Ibu yang terhormat, cara memberitahunya itu yang baik-baik, tidak perlu ngotot, atau sampai nunjuk-nunjuk begitu. Bukan apa-apa nih ya. Kalian ini tugasnya mengayomi masyarakat, loh. Bukan musuhnya masyarakat.

Orang bodoh macam saya di sekolah diajarin bahwa kekuasaan tertinggi dalam negera tercinta Indonesia ini ialah rakyat. Bukan pemerintah. Segala sesuatu mengenai aturan apa pun harus berlandaskan atas kebutuhan dan kesepakatan rakyat. Tapi, berapa persen dari aturan yang telah kalian buat selama ini telah mampu mewakili keadaan kami?

“Rakyat aja yang kurang bersyukur. Kerjaannya cuma protes aja.”.

Lho, lho, lho.

Atas dasar apa kalimat tersebut terlontar? Bukankah jika kebijakan itu menguntungkan dan benar-benar menyejahterakan kedua belah pihak, maka tidak akan ada protes terhadap pemerintah? Boleh kami tagih sila kelima Pancasila?

Contoh pada sebuah video yang lagi viral yang saya temui di Instagram, yaitu video seorang wirausahawan.

Ia harus terus bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, tapi ia juga mempunyai tanggung jawab untuk menggaji karyawannya. Bahkan kamilah yang menggaji kalian-kalian. Apa tidak sadar? Kalian enak sudah terjamin kehidupannya. Gajinya sudah tetap. Lalu bagaimana untuk kami yang harus pontang-panting badan, puter kepala cari cara biar tetap hidup dan tetap menggaji karyawan? Kalian mau ikut urunan (patungan) soal ini? Mau menyisihkan uangnya untuk makan kami? Bisa-bisa kita mati karena kelaparan, bukan karena korona.

Pukul 20.00 semua bentuk kegiatan masyarakat harus dihentikan. Kenapa? Koronanya keluarnya jam segitu, ya? Coba deh bikin aturan itu disertai dengan solusi. Kalau hendak diberlakukan demikian, boleh kasih solusi pada kami agar pemasukan tetap stabil?

Dengan kerendahan hati dan kalau boleh berpendapat, mungkin begini. Pukul 20.00 tempat makan melakukan close order dan hanya melayani take away saja. Bagaimana kalau begitu? Biar tidak 100% benar-benar dihentikan. Biar pemasukan minimal tidak negatif. Tidak minus. Juga, siapa saja yang tidak mengenakan masker tidak akan dilayani.

Selama protokol kesehatan masih dijalankan dengan baik, saya kira tidak masalah kok dengan tetap berjalannya kegiatan operasional di suatu tempat. Kalau kalian melakukan tindakan tegas untuk mereka-mereka yang masih mengesampingkan protokol kesehatan, maka itu sah-sah saja. Tapi untuk aturan jam buka-tutup, saya rasa masih tidak masuk akal.

Yang jualan dari siang sampai tengah malam saja tidak terjamin pemasukannya. Apalagi ini waktunya dipangkas. Sudah cukup rambut aja yang dipangkas, uang kami jangan dong. Sekali lagi, kalau kalian mau jamin kehidupan kami sih tidak jadi masalah. Ini sudah cari makan sendiri, tapi malah diatur-atur. Hmm…. Cuma bisa menghela nafas dan geleng-geleng kepala aja deh.

Daripada kalian sibuk ngurusin rakyat kecil yang masih kewalahan cari makan, mending urus orang luar yang seenak jidatnya sendiri itu. Yang datang ke Indonesia seolah selebritis ternama, padalah dia hanya orang miskin di negaranya. Yang mempermainkan aturan di negara kita. Yang ogah-ogahan pakai masker menutupi hidung dan mulutnya.

Jangan buat hidup kita bergantung pada mereka. Kita ini penghuni, bukan pengungsi. Kita ini bukan turis, bukan pula pengemis atas kedatangan mereka. Kita ini tuan rumahnya. Siapapun yang berani mengusik rumah, jangan segan mengusirnya.

Yah… yang namanya rakyat ya cuma bisa sambat. Entah didengar atau enggak bukan lagi urusan. Yang penting selalu berdoa semoga tiap hari masih bisa cukup rejekinya untuk makan. Saling jaga satu sama lain karena kondisi juga belum stabil. Dan tentunya semoga Indonesia segera baik-baik saja alam dan seisinya.[]

Tags: coronajam malamjam operasional koronapsbbsambatologiwork from home
ShareTweetSendShare
Previous Post

Anjingaseo

Next Post

Resolusi Parmin

Chintya Amelya P.

Chintya Amelya P.

Mahasiswa asal Tuban, Jawa Timur, yang merasa salah jurusan. Kuliah di Yogyakarta. Kesibukan sekarang kuliah dan menulis saja. Bisa disapa di Instagram @chintyaamelyaa.

Artikel Terkait

Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
Komentarium

Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti

26 September 2025

Ada sebuah kawasan yang tampak biasa di peta, namun warganya hidup dalam kepungan janji palsu yang manis. Mereka mendapat iming-iming...

Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
Sambatologi

Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung

30 Agustus 2025

Tiap hari, selalu saja ada berita yang buat perut sakit. Aktornya tiada lain tiada bukan adalah pihak pemerintah. Dari hulu...

Belajar Mengitari Israel
Cangkem

Belajar Mengitari Israel

19 April 2023

Kebetulan tulisan saya kemarin di rubrik ini bertali-singgung dengan Israel. Kebetulan juga saya seorang pemalas akut. Daripada cari bahan nyangkem...

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku
Cangkem

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku

29 Maret 2023

Saya ini sekarang suka nulis, tapi kalau disuruh. Disuruh empunya web ini, contohnya. Tiga tahun lalu saya nulis kayak orang...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Narasi tentang Rahmah dan Gaza

Narasi tentang Rahmah dan Gaza

30 Mei 2021
Gambar Artikel Embun Asing Bagimu

Embun Asing Bagimu

15 November 2020
Sebuah Pesan Pendek dan Lekukan Mimpi

Sebuah Pesan Pendek dan Lekukan Mimpi

15 Maret 2021
Gambar Artikel Bung Karno Di Ende, Remah remah kisah dari ende

Remah-remah Kisah dari Ende

7 Januari 2021
Istirahat dan Pelukan Ibu

Istirahat dan Pelukan Ibu

29 Juni 2022
Hujan Musim Kemarau

Hujan Musim Kemarau

25 Oktober 2021
Gambar Artikel Kasihan Manusia

Kasihan Manusia

4 November 2020
Seorang Lelaki dan Sungai

Seorang Lelaki dan Sungai

3 Januari 2022
Gambar Artikel Kenapa Bahasa Inggris untuk Anak SD tidak boleh Dianggap enteng

Kenapa Bahasa Inggris untuk Anak SD Tidak Boleh Dianggap Enteng

25 April 2021
Panjang Sama Panjang

Panjang Sama Panjang

17 Februari 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (216)
    • Cerpen (54)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.