• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Kamis, 31 Juli 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi

Jam Operasional Korona

Chintya Amelya P. by Chintya Amelya P.
5 Februari 2021
in Komentarium, Sambatologi
0
Jam Operasional Korona

Ilustrasi Sepi Sumber Gambar: https://gemasuryafm.com/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Usai dengan Sambatan Kuliah di Tengah Pandemi, coba kita tengok sebentar khazanah persambatan masyarakat di sekitar kita yang mau tidak mau harus tetap bekerja ke luar demi sesuap nasi.

Btw, siapa yang masih suka keluar malam?

Nggak takut sama korona atau gimana, nih? Soalnya nih ya, ngasih tahu aja kalau kata orang yang itu tuh, di malam hari telah dilakukan pembatasan jam operasional bagi seluruh rakyat yang cari uang dan lapar, lapar nasi hingga lapar kesenangan, untuk memperkecil angka penyebaran virus korona. Jadi, daripada kena denda, mending buat indomie aja di rumah. Iklan nih, endorse dong. Heuheuheu. Canda endorse.

Gimana menurut kalian? Setuju, nggak setuju, atau biasa aja? Ya, itu terserah kalian aja sih ya.

Yang saya bingung gini, gais. Di pagi hari, siang, atau sore hari, kenapa tidak dilakukan pembatasan? Apa korona ini sukanya keluar kalau sudah malam karena pengen ikut nongkrong sama kita? Kalau pagi dia tidur, siang sampai sore kerja, malamnya cari mangsa? Apa begitu? Apa pegimana sih? Bingung deh.

Padahal di pagi hari masih ada kerumunan di pasar, di siang-sore hari kerumunan di kantor sebab tidak seluruhnya bisa work from home, malam hari kerumunan di warung, cafe, dan sebagainya. Nah, coba jelaskan kenapa cuma di malam hari aja pembatasannya?

“Bukan begitu bodoh”, umpat salah satu aparat. (Canda, aparat).

Ya, saya sangat-sangat tahu Anda hanya ingin menjalankan perintah dari atasan Anda, yang tersebut pemerintah yang membuat aturan. Tetapi bisa nggak ya, Bapak/Ibu yang terhormat, cara memberitahunya itu yang baik-baik, tidak perlu ngotot, atau sampai nunjuk-nunjuk begitu. Bukan apa-apa nih ya. Kalian ini tugasnya mengayomi masyarakat, loh. Bukan musuhnya masyarakat.

Orang bodoh macam saya di sekolah diajarin bahwa kekuasaan tertinggi dalam negera tercinta Indonesia ini ialah rakyat. Bukan pemerintah. Segala sesuatu mengenai aturan apa pun harus berlandaskan atas kebutuhan dan kesepakatan rakyat. Tapi, berapa persen dari aturan yang telah kalian buat selama ini telah mampu mewakili keadaan kami?

“Rakyat aja yang kurang bersyukur. Kerjaannya cuma protes aja.”.

Lho, lho, lho.

Atas dasar apa kalimat tersebut terlontar? Bukankah jika kebijakan itu menguntungkan dan benar-benar menyejahterakan kedua belah pihak, maka tidak akan ada protes terhadap pemerintah? Boleh kami tagih sila kelima Pancasila?

Contoh pada sebuah video yang lagi viral yang saya temui di Instagram, yaitu video seorang wirausahawan.

Ia harus terus bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, tapi ia juga mempunyai tanggung jawab untuk menggaji karyawannya. Bahkan kamilah yang menggaji kalian-kalian. Apa tidak sadar? Kalian enak sudah terjamin kehidupannya. Gajinya sudah tetap. Lalu bagaimana untuk kami yang harus pontang-panting badan, puter kepala cari cara biar tetap hidup dan tetap menggaji karyawan? Kalian mau ikut urunan (patungan) soal ini? Mau menyisihkan uangnya untuk makan kami? Bisa-bisa kita mati karena kelaparan, bukan karena korona.

Pukul 20.00 semua bentuk kegiatan masyarakat harus dihentikan. Kenapa? Koronanya keluarnya jam segitu, ya? Coba deh bikin aturan itu disertai dengan solusi. Kalau hendak diberlakukan demikian, boleh kasih solusi pada kami agar pemasukan tetap stabil?

Dengan kerendahan hati dan kalau boleh berpendapat, mungkin begini. Pukul 20.00 tempat makan melakukan close order dan hanya melayani take away saja. Bagaimana kalau begitu? Biar tidak 100% benar-benar dihentikan. Biar pemasukan minimal tidak negatif. Tidak minus. Juga, siapa saja yang tidak mengenakan masker tidak akan dilayani.

Selama protokol kesehatan masih dijalankan dengan baik, saya kira tidak masalah kok dengan tetap berjalannya kegiatan operasional di suatu tempat. Kalau kalian melakukan tindakan tegas untuk mereka-mereka yang masih mengesampingkan protokol kesehatan, maka itu sah-sah saja. Tapi untuk aturan jam buka-tutup, saya rasa masih tidak masuk akal.

Yang jualan dari siang sampai tengah malam saja tidak terjamin pemasukannya. Apalagi ini waktunya dipangkas. Sudah cukup rambut aja yang dipangkas, uang kami jangan dong. Sekali lagi, kalau kalian mau jamin kehidupan kami sih tidak jadi masalah. Ini sudah cari makan sendiri, tapi malah diatur-atur. Hmm…. Cuma bisa menghela nafas dan geleng-geleng kepala aja deh.

Daripada kalian sibuk ngurusin rakyat kecil yang masih kewalahan cari makan, mending urus orang luar yang seenak jidatnya sendiri itu. Yang datang ke Indonesia seolah selebritis ternama, padalah dia hanya orang miskin di negaranya. Yang mempermainkan aturan di negara kita. Yang ogah-ogahan pakai masker menutupi hidung dan mulutnya.

Jangan buat hidup kita bergantung pada mereka. Kita ini penghuni, bukan pengungsi. Kita ini bukan turis, bukan pula pengemis atas kedatangan mereka. Kita ini tuan rumahnya. Siapapun yang berani mengusik rumah, jangan segan mengusirnya.

Yah… yang namanya rakyat ya cuma bisa sambat. Entah didengar atau enggak bukan lagi urusan. Yang penting selalu berdoa semoga tiap hari masih bisa cukup rejekinya untuk makan. Saling jaga satu sama lain karena kondisi juga belum stabil. Dan tentunya semoga Indonesia segera baik-baik saja alam dan seisinya.[]

Tags: coronajam malamjam operasional koronapsbbsambatologiwork from home
ShareTweetSendShare
Previous Post

Anjingaseo

Next Post

Resolusi Parmin

Chintya Amelya P.

Chintya Amelya P.

Mahasiswa asal Tuban, Jawa Timur, yang merasa salah jurusan. Kuliah di Yogyakarta. Kesibukan sekarang kuliah dan menulis saja. Bisa disapa di Instagram @chintyaamelyaa.

Artikel Terkait

Belajar Mengitari Israel
Cangkem

Belajar Mengitari Israel

19 April 2023

Kebetulan tulisan saya kemarin di rubrik ini bertali-singgung dengan Israel. Kebetulan juga saya seorang pemalas akut. Daripada cari bahan nyangkem...

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku
Cangkem

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku

29 Maret 2023

Saya ini sekarang suka nulis, tapi kalau disuruh. Disuruh empunya web ini, contohnya. Tiga tahun lalu saya nulis kayak orang...

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!
Komentarium

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

9 April 2022

Belum lama ini timeline media sosial saya sempat dilewati sebuah berita soal seorang ayah yang membanting laptop anaknya. Hal tersebut...

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan
Cangkem

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

21 Maret 2022

Silakan kalau anda ingin memfitnah saya sebagai orang yang sedang misuh atau berkata kasar sejak dari judul. Tapi kontol sebagai...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Tindak Korupsi di Mata Ahmad Hassan

Tindak Korupsi di Mata Ahmad Hassan

11 Januari 2021
Buku Mengajak Bicara dengan Diri Sendiri

Buku Mengajak Bicara dengan Diri Sendiri

17 Desember 2021
Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)

Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)

20 April 2022
M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

25 Februari 2021
Gambar Artikel Kedalaman dan Sajak untuk Novel Baswedan

Kedalaman dan Sajak untuk Novel Baswedan

3 Desember 2020
Latu

Latu

18 Maret 2021
Hari Raya Kenangan dan Peringatan Patah Hati

Hari Raya Kenangan dan Peringatan Patah Hati

29 Maret 2021
Baret Kuning Si Penyelamat

Baret Kuning Si Penyelamat

7 Januari 2022
Gambar Artikel Kenapa Bahasa Inggris untuk Anak SD tidak boleh Dianggap enteng

Kenapa Bahasa Inggris untuk Anak SD Tidak Boleh Dianggap Enteng

25 April 2021
Makassar dalam Arus Niaga Internasional

Makassar dalam Arus Niaga Internasional

13 Maret 2022
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (64)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (51)
  • Metafor (210)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (138)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.