• Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kerjasama
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
Tuesday, 02 December 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi

Fenomena #MacanTernak

Mama-mama cantik nganter anak

Intan Gandhini by Intan Gandhini
3 August 2021
in Komentarium, Sambatologi
0
Fenomena #MacanTernak

Ilustrasi Mengantar Anak Sekolah (Istockphoto/ Damircudic)

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Di hari yang sunyi, ada baiknya kita buka sesi per-sambatan yang sudah lama menyelinap dalam batin ini. Rasanya media terbaik untuk melampiaskan kekesalan adalah melalui tulisan. Iya, tulisan.

Hari ini masih sama. Tidak jauh berbeda dengan waktu-waktu yang lalu. Angin enggan berbisik pada ranting, daun juga tengah terlelap karena lelah seharian berfotosintesis—mungkin. Begitupun saya, yang turut merasakan kepiluan atas segala yang terjadi.

Pengembaraan—begitulah saya menyebutnya untuk mengamati keadaan sekitar—ini saya awali dengan penemuan fenomena baru beberapa waktu belakangan. Lebih tepatnya mungkin beberapa bulan pasca Indonesia dinyatakan terpapar virus mematikan berinisial C: virus Corona. Namun pengamatan itu terus berlangsung hingga sekarang.

Jika dulu saat saya berangkat kuliah dan sering melihat fenomena “Macan Ternak” atau singkatan dari “mama-mama cantik nganter anak” pada setiap pagi. Mayoritas mama cantik nan muda ini berpenampilan stylish mengantarkan anaknya menuju tempat mencari ilmu. Tidak sedikit pula mereka menggenggam ponsel di tangannya lalu berswafoto ria dengan kepiawaian berpose. Sungguh fenomena yang nyata di hadapan saya.

Tidak cukup di situ. Beberapa dari circle Macan Ternak itu rupanya juga eksis di dunia maya. Setelah anaknya masuk ruang kelas untuk belajar, mama cantik ini kemudian menggencarkan aksinya. Dengan memposting beberapa foto di media sosial dengan caption ala-ala artis Korea.

Begini kira-kira. “Hallo gaes, lagi nemenin si cantik belajar sambil ngonline nih”. Ada juga, “Ayahnya kerja, bundanya nemenin buah hati belajar dong,”. Parahnya, ada beberapa postingan mama cantik itu yang nangkring di beranda FB saya. Dan tidak sedikit menuai perhatian publik untuk sekadar nimbrung di kolom komentar. Haih, welcome to Indonesia!

Penampakan semacam itu mungkin telah menjamur di sekitar kita. Karena memang kebanyakan seorang ibulah yang mengantarkan anaknya pergi ke sekolah, terutama dalam hal ini sekolah TK atau Playgroup. Hal itu memang wajar apalagi seorang ibu pasti akan menunggu anaknya saat proses belajar hingga selesai. Saya rasa hal ini pasti terjadi di setiap lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak.

Namun seiring perjalanan waktu, apalagi sejak negara kita kedatangan tamu tak diundang berupa Corona, fenomena Macan Ternak tak lagi saya jumpai. Terlebih saat diberlakukan lockdown di mana-mana, sekolah diliburkan. Hal ini yang kemudian memicu kebingungan mama cantik itu harus bertindak bagaimana.

Sering saya mendapati sambatan dari tetangga saya—yang mungkin dulu tergabung dalam rumpun Macan Ternak itu—yang berbunyi begini:

“Biyuh biyuh, sekolah kok diliburkan to Mbak, nanti bagaimana nasib belajarnya anak saya? Wong saya juga tidak paham pelajarannya lho…. Anak saya juga susah diajak belajar kalau di rumah.”

Tentu masih ada beberapa mama cantik yang mengadukan hal yang sama, lagi-lagi sosok ibu tidak siap mendidik anaknya dalam urusan belajar. Kurang lebih itu problematikanya.

“Seorang perempuan adalah madrasah pertama bagi anaknya kelak.”

Jika satu statement ini dibedah dan dianalisa, mungkin akan related dengan apa yang saat ini terjadi. Disadari ataukah tidak, seorang ibu sedikit banyak memang harus paham ilmu pendidikan. Untuk apa? Untuk buah hatinya. Iya, buah hatinya kelak–buat yang tidak berniat menikah, ya, minimal untuk bekal momong ponakan.

Menjadi perempuan yang berpendidikan tinggi tentu tidak sia-sia, kan? Setidaknya jika tidak bisa duduk di kursi terhormat, masih bisa mendidik anaknya dengan cermat. Maka dalam hal ini seorang perempuan harus berusaha agar menjadi sosok yang sholihah dalam berintelektual.

Lalu bagaimana jika seorang perempuan terbatas pendidikannya? Mungkin hanya tamat SMP, atau SMA?

Inilah yang saya sebut sebagai sebuah rukhshoh (keringanan). Hehe. Tak apa bagi sebagian perempuan yang mungkin tidak mampu melanjutkan pendidikan tinggi, masih ada pembelajaran dari semua sisi kehidupan. Semisal mendidik anaknya dengan karakter yang bagus dan lain sebagainya. Dalam hal ini seorang perempuan harus berusaha agar menjadi sosok yang sholihah dalam bersosial.

Dengan begitu tidak ada batasan kan untuk seorang perempuan agar bisa mendidik anaknya?

Saya berasumsi bahwa menjadi perempuan memang harus terus belajar. Belajar tidak harus dilakukan di bangku pendidikan saja, namun jika masih mampu untuk menempuh itu, kenapa tidak? Bagi saya perempuan berilmu itu memiliki satu keistimewaan tersendiri. Tidak penting berapa banyak gelar atau ijazah yang telah didapatkannya. Namun seberapa besar pengaruhnya untuk sekitar, terutama keluarga. Karena kelak, dialah yang akan mengajari anaknya agar menjadi generasi yang lebih baik.

Dan bagi mama cantik yang sedang menghadapi kesulitan mengajari anaknya, jangan menyerah. Sebab kita tidak tahu akan sampai kapan ujian ini berlangsung, hingga belum bisa dipastikan kapan sekolah akan kembali dibuka. Saran dari saya, yang barangkali akan terdengar klise, teruslah belajar dari segala sendi kehidupan.

Sedangkan untuk kita yang sedang mempersiapkan diri menjadi mama, jadilah Macan Ternak juga namun dengan versi “mama cantik pinter idola anak” (hehehe). Semangat belajar dan terus memperbaiki diri, ya.[]

Tags: fenomena macan ternakmamah mudamedia sosialsambatologi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Pelabuhan Terakhir dan Puisi Buatmu

Next Post

Nirwana Khatulistiwa

Intan Gandhini

Intan Gandhini

Tinggal di Ponorogo. Penulis buku "Catatan Hati di Tengah Pandemi" dan "Stop Wishing Start Doing By Learning". Anggota komunitas Kampus Literasi, Founder komunitas Pelangi Aksara. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional di Universitas Sumatera Utara-Medan dan Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional di Universitas Darussalam Gontor. Bisa disapa via Instagram @intan_ganndhini

Artikel Terkait

Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
Komentarium

Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti

26 September 2025

Ada sebuah kawasan yang tampak biasa di peta, namun warganya hidup dalam kepungan janji palsu yang manis. Mereka mendapat iming-iming...

Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
Sambatologi

Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung

30 August 2025

Tiap hari, selalu saja ada berita yang buat perut sakit. Aktornya tiada lain tiada bukan adalah pihak pemerintah. Dari hulu...

Belajar Mengitari Israel
Cangkem

Belajar Mengitari Israel

19 April 2023

Kebetulan tulisan saya kemarin di rubrik ini bertali-singgung dengan Israel. Kebetulan juga saya seorang pemalas akut. Daripada cari bahan nyangkem...

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku
Cangkem

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku

29 March 2023

Saya ini sekarang suka nulis, tapi kalau disuruh. Disuruh empunya web ini, contohnya. Tiga tahun lalu saya nulis kayak orang...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Sekala Niskala

Sekala Niskala

18 April 2022
Gambar Artikel Teori Resep Rahasia Membuat Krabby Patty Laris

Teori Resep Rahasia yang Membuat Krabby Patty Laris

15 November 2020
Gambar Makanan dan Orang Jawa

Makanan dan Orang Jawa

4 February 2021
Gambar Artikel Puisi Tentang Kopi - Setabah Kopi

Setabah Kopi

24 December 2020
Novelet Nirmakna & Pandemicthink

Novelet Nirmakna & Pandemicthink

25 July 2021
Surat dari Sekar

Surat dari Sekar

10 November 2021
Homo Digitalis dan Kebutuhan Kita pada Filsafat

Homo Digitalis dan Kebutuhan Kita pada Filsafat

17 January 2022
Kepalamu dan Isinya

Kepalamu dan Isinya

3 April 2021
Jika Pulang Selalu Tentang Pergi

Jika Pulang Selalu Tentang Pergi

22 June 2021
Proses Menuju dan Lika-Liku Menjalani Hidup di Jerman

Proses Menuju dan Lika-Liku Menjalani Hidup di Jerman

17 December 2021
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Mempersenjatai Trauma: Strategi Jahat Israel terhadap Palestina
  • Antony Loewenstein: “Mendekati Israel adalah Kesalahan yang Memalukan bagi Indonesia”
  • Gelembung-Gelembung
  • Mengeja Karya Hanna Hirsch Pauli di Museum Stockholm
  • Di Balik Prokrastinasi: Naluri Purba Vs Tuntutan Zaman
  • Pulau Bajak Laut, Topi Jerami, dan Gen Z Madagaskar
  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu

Kategori

  • Event (14)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (12)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (66)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (53)
  • Metafor (217)
    • Cerpen (55)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (49)
    • Gaya Hidup (26)
    • Kelana (13)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kontributor
  • Hubungi Kami

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Kami
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Hubungi Kami
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.