• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Rabu, 20 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi Cangkem

Cengkraman Lelaki Idaman

Fajri Zulia Ramdhani by Fajri Zulia Ramdhani
18 Januari 2022
in Cangkem
0
Cengkraman Lelaki Idaman

Sumber : Woman vector created by pikisuperstar - www.freepik.com

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Mbak, kalau kamu dapat dentang chat yang sibuk mengajakmu munajat tengah malam. Aku bisiki dulu ‘ndak ada jaminan, kalau doi yang ngechat kamu yo salat malam juga’. Bisa jadi si abang yang mengirimimu pesan manis untuk cepat-cepat bangun dan wudlu di jam dua pagi, aslinya sedang asik ngerumpi di warung kopi. Memasang alarm, mengingatkan untuk membangunkan tahajud. Biar dikira calon imam perhatian dan idaman, padahal kenyataanya? halah-halah.

‘Tapi kak, tiap jam salat ia tak henti mengirim chat?’ ya baiklah. Mungkin ia sedang memasang identitas pria sholih yang tak lupa tiap azan berkumandang untuk mengingatkanmu menggantikan lantunan dari toa masjid seberang. Pernah kamu tanya balik tidak, ‘bang rajin amat, apa ndak jamaah?’

Kemudian jangan lupa, ia akan dengan sering mengirim skrinsyut eh screenshot quote motivasi islami yang menggurui pribadimu yang menurutnya belum sempurna. Dan kamu bahagia, menemukan jalan kembali kepada Tuhan darinya. ‘Sepertinya dia berbeda kak?’

Sejak awal aku tak mempermasalahkan cara abang perhatianmu mengirim chat untuk menagih perhatian. Toh semua orang punya cara untuk pendekatan, dan mungkin dengan dalil agama dan ajakan ritual kamu akan dengan senang membalas pesannya yang panjang. Tapi yang kadang membuatku risau sholihah, bahwa karena pesan surgawi yang dibawanya membuat silau dan kerap menjadikanmu membenarkan tindakan tidak benarnya.

Kamu jadi tidak masalah ketika ia diam-diam mengirimkan pesan yang sama rajinnya kepada perempuan, dengan alasan jalan kebaikan dan mengingatkan. Kamu jadi membiarkan ketika ia berteriak kasar atau malah memukulmu ke tepian. Bagimu, laki-laki di atas, dan tak pernah masalah perempuan jadi objek kekerasan.

Katamu dalil yang dilantangkan di telingamu membuatmu tak mampu mengelak, hilang suara karena khawatir durhaka pada agama yang kini kau peluk dengan yakin sejak hadirnya. Belakangan kamu jadi bertanya, kenapa mendekati Tuhan jadi sedemikian menyeramkan dan agama mengabaikan luka hatimu yang menganga atau lebam tubuhmu yang membiru?

Kamu jadi bertanya-tanya apakah agama yang kau anut adalah agama yang lantang bersuara soal damai, menularkan cinta dan kasih pada sesama bahkan pada yang tidak sama? Dan kamu jadi takut, menganggap bahwa pria dengan lagak saleh yang salah kau temui adalah sama semuanya. Kamu jadi bertanya, kenapa laki-laki yang paham agama tapi cenderung menyakiti dan tak setia di sisi?

Padahal sayang, jika ia sejatinya memahami agama dengan sebaik-baik pemahaman. Tak pernah ada luka yang harus kau terima, selain penghormatan bahwa agama mengajarkan memuliakan perempuan yang bahkan sebelum hadirnya tak dianggap manusia.

Sayang, sejak awal sudah kukatakan bukan? Kamu tak cukup mengukurnya hanya dari pesan malam yang kamu bahkan tak tau ia sedang apa. Ia tak mengisyaratkan kadar ketakwaan sejati yang bersemayan di hati. Karena memang dalamnya tak mampu diukur dari deret pesan-pesan itu.

‘Lantas, jika itu tak mampu jadi tolak ukur bagaimana aku harus mengukur?’ Bertanya pada hatimu. Ritual adalah perkara paling dasar yang harusnya telah selesai diurus personal, bukan dipamerkan kepadamu sebagai niatan agar terlihat gemilang. Kenali dirinya dari sikap paling marah yang tak terkendali atau perasaan paling bahagia saat menimpali.

Agama sebagai tolak ukur yang dipinta agama dapat kau tengok dari laku harian yang diperbuatnya. Di hadapanmu, atau di belakang yang kau tau dari cerita teman. Perlakuan ia kepada orang tua dan sekitar, hingga mungkin hal-hal sederhana yang menampakkan keberagamaannya dengan segala lakunya.

Sejujurnya, aku pun tak punya kriteria dan cara pasti untuk memastikan definisi terbaik yang harusnya kau patuhi. Pesanku, jangan lupa untuk bertanya kepada Tuhanmu sekali lagi. Ia kah yang terbaik yang dapat membawamu menyeberangi jalan kehidupan, sebelum kembali kepadaNya sebagai hamba dengan penuh kepatuhan?

Tags: cangkemcengkraman lelaki idamansholeh
ShareTweetSendShare
Previous Post

Homo Digitalis dan Kebutuhan Kita pada Filsafat

Next Post

Rumit Melilit Silit

Fajri Zulia Ramdhani

Fajri Zulia Ramdhani

Penulis ABCD Perempuan, asal Klungkung Bali. Aktif berkhidmat di Santri Mengglobal sebagai Koordinator Bidang Pendidikan dan Penerbitan. Menyukai puisi dan prosa apalagi ditambah segelas kopi pandan janji jiwa.

Artikel Terkait

Belajar Mengitari Israel
Cangkem

Belajar Mengitari Israel

19 April 2023

Kebetulan tulisan saya kemarin di rubrik ini bertali-singgung dengan Israel. Kebetulan juga saya seorang pemalas akut. Daripada cari bahan nyangkem...

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku
Cangkem

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku

29 Maret 2023

Saya ini sekarang suka nulis, tapi kalau disuruh. Disuruh empunya web ini, contohnya. Tiga tahun lalu saya nulis kayak orang...

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan
Cangkem

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

21 Maret 2022

Silakan kalau anda ingin memfitnah saya sebagai orang yang sedang misuh atau berkata kasar sejak dari judul. Tapi kontol sebagai...

Kriminalitas Jalan Pintas Keterdesakan
Cangkem

Kriminalitas Jalan Pintas Keterdesakan

7 Desember 2021

Siapa yang tak tahu kriminalitas? Pasti semua orang pernah mendengar kata itu. Fenomena kriminal akhir-akhir ini meningkat. Pandemi COVID-19 menjadi...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab

Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab

11 Juli 2025
Tiada yang Bakal Dirindu

Tiada yang Bakal Dirindu

28 Januari 2022
Pemberdayaan Perempuan sebagai Pemangku Peradaban

Pemberdayaan Perempuan sebagai Pemangku Peradaban

10 April 2022
Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024
Homo Digitalis dan Kebutuhan Kita pada Filsafat

Homo Digitalis dan Kebutuhan Kita pada Filsafat

17 Januari 2022
Alasan Kenapa Self-Love Sulit Dilakukan

Alasan Kenapa Self-Love Sulit Dilakukan

29 Oktober 2021
Alir-an

Alir-an

10 Februari 2021
Lapangan Tembak

Lapangan Tembak

10 Februari 2021
Doa Pengembara

Doa Pengembara

1 Juli 2022
Tadabbur via Momentum Hujan

Tadabbur via Momentum Hujan

6 Maret 2022
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.