slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Mengapa Jamie Vardy Layak Jadi Guru untuk Kaum Pekerja
Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sunday, 1 June, 2025
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Milenial Gaya Hidup

Mengapa Jamie Vardy Layak Jadi Guru untuk Kaum Pekerja?

Ulasan Pemain Sepak Bola

Ado Adhaa by Ado Adhaa
20 November 2020
in Gaya Hidup
0
Gambar Artikel Mengapa Jamie Vardy Layak Jadi Guru Untuk Kaum Pekerja?

Sumber Gambar: www.telegraph.co.uk

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Setiap orang mungkin sudah dari sana-Nya ditakdirkan berbeda. Tidak bisa dipungkiri  ini juga berlaku pada kegemaran atau kesenangan. Ada yang menggemari grup K-pop seperti BTS dan EXO. Lalu penggermar karya seni seperti seni lukis maupun sastra, atau jika mau debat, yang paling banyak saat ini: menggemari sepak bola.

Meskipun kelihatannya hanya menendang bola ke sana kemari, berusaha mencetak gol dan seterusnya, namun tetap saja sepak bola selalu menyimpan banyak cerita. Baik di dalam maupun di luar lapangan. Jadi meskipun teman-teman tidak menggandrungi olahraga ini, tapi mungkin orang yang kutulis ini bisa menginspirasi ketika sobat metafor sedang putus asa, insecure atau hanya gabut.

Seperti yang sudah saya tulis, bahwa setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing. Tak terkecuali pemain sepak bola profesional sekalipun dan Jamie Vardy adalah contohnya.

Jamie Richard Vardy lahir di Sheffield, 11 Januari 1987. Ia lahir di tengah keluarga kelas menengah atau lebih tepatnya “pas-pasan”. Vardy muda menjalani masa pertembuhannya dengan penuh lika–liku, mungkin itulah yang membuat Vardy bermental baja.

Tak seperti kebanyakan pemain sepak bola top yang bakatnya sudah tercium sejak dini oleh akademi-akademi sepak bola dan di masa mendatang digadang-gadang menjadi pemain berlabel “Megabintang”, seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Bisa dibilang tanda-tanda Jamie Vardy bakal menjadi pemain top tidak terlihat sama sekali.

Bahkan ketika berusia 16 tahun, Vardy didepak oleh Akademi Shelffied Wednesday. Kemudian pada 2007, ia pindah ke tim amatir Stocksbridge Park Steels–sebuah klub di Divisi Satu Selatan.

Di Klub inilah, bakat Vardy  yang berposisi sebagai penyerang cukup moncer. Ia menorehkan 66 Gol  dalam 106 penampilan. Namun meskipun torehan gol yang ia cetak tidak membuat Vardy mendapat bayaran tinggi, Vardy hanya mendapatkan bayaran sebesar 30 Ribu Poundsterling atau setara 600 ribu per pertandingan. Sementara di sisi lain, biaya kehidupan cukup mencekik Vardy. Ini yang membuat Jamie Vardy  “nyambi” menjadi pekerja / buruh pabrik  alat-alat penyangga patah tulang untuk menyambung hidup.

Di siang hari, Vardy bekerja berjam-jam sebagai teknisi serat karbon, tugasnya memasukan fiber ke dalam cetakan tungku panas, lalu di malam harinya ia bermain sepak bola. Dua aktivitas fisik yang berat terkadang membuat Vardy bohong kepada atasannya, ia berpura-pura cidera sehingga tidak perlu bekerja.

Selain pekerjaan kasar yang menyita fisik itu, ia juga tidak kuat membagi waktu. Akhirnya di tahun 2010 membuat Vardy mulai menata kembali masa depan di lapangan hijau dengan pindah ke sebuah klub bernama FC Halifax Town.

Efek pekerjaan kasar yang digelutinya, berdampak besar pada performa Vardy diatas lapangan hijau, di Halifax ia hanya bertahan semusim dan harus menerima pil pahit kontraknya diputus. Menyerah mungkin bisa jadi pilihan Vardy saat  itu. Namun diputus kontrak atau menjadi pekerja / buruh kasar pabrik tidak membuat luntur semangat dan kegigihan Jamie Vardy.

“Kesabaran itu buahnya manis.”

Mungkin itu yang bisa dikatakan Vardy saat ini, atau jutaan orang di luar sana yang sedang menikmati hasil meniti karir dengan kepahitan dan penuh lika–liku.

Bisa dibilang di tahun 2011, semuanya menjadi lebih mudah bagi Vardy . Di tahun itu ia hijrah ke Fletwood Town. Vardy mendapat gaji sebesar 850 pounds per minggu, itu pula yang membuat Vardy makin nyaman menjalani setiap pertandingannya. Total Vardy mencetak 31 gol dari 36 penampilan dan mengantarkan Flootwood promosi naik kasta liga sepak bola. Bahkan di titik itu, setiap ia melakoni pertandingan selalu dihadiri para pemandu bakat yang tengah mengawasi perkembangan Vardy.

Permainan Vardy yang trengginas dari hari ke hari, membuat klub divisi dua liga Inggris yaitu Leicester City kepincut untuk menggunakan jasa Vardy dengan mahar 1 Juta pounds. Sebuah mahar termahal untuk pemain amatir. Namun harus disadari oleh kita semua, jika tantangan dan masalah hidup selalu mengikuti kita dan menjadi paket ke manapun kita berada.

Vardy pun sama seperti kita, tidak lepas dari masalahnya.  Jika dulu soal urusan financial dan beratnya pekerjaan, maka sekarang Jamie Vardy bergelut dengan performanya yang inkonsisten.

Di tahun 2012, pada musim pertama Vardy berseragam Leicester City seakan-akan Vardy kehilangan performa apiknya. Selain rasa mindernya, karena hanya ia yang pemain amatir sedangkan yang lain berlabel professional, kondisi ini juga diperparah oleh serangan kritik suporter di sosial media. Hingga Ia bahkan mempertimbangkan untuk mengakhiri kariernya.

Namun di musim berikutnya, Vardy menjawab keraguan semua orang dengan mencetak 16 gol  dan turut membawa Leicester City finish di puncak klasemen, sekaligus mengantarkan Leicester City naik ke divisi teratas Liga Inggris. Puncaknya Vardy terlibat dalam kesuksesan klub Leicester City di tahun 2015- 2016, dengan menyumbangkan 24 Gol dan membawa Leicester City untuk pertama kalinya mengukir sejarah menjuarai Liga Primer Inggris.

Nampaknya bukan sebuah dongeng lagi jika semua cita–cita  dan harapan dibarengi dengan usaha keras, semua pasti akan tercapai. Jamie Vardy telah membuktikannya dengan terbang dari kompetisi amatir setara level 7 hingga saat ini ia berkompetisi di liga level satu, salah satu liga terbaik di tanah Eropa dan kiblat sepak bola sejagat raya.

***

Kisah karir Jamie Vardy yang serupa cerita Cinderella terulang kembali. Ada banyak kisah serupa seperti Vardy. Salah satunya cerita seorang pemain sepak bola bernama Andy Robbertson, pria kelahiran Glasgow, Skotlandia pada 11 Maret 1994.

Orang-orang saat ini mengenal  Andy Robertson sebagai salah satu bek kiri terbaik di dunia. Andy sangat berkontribusi dengan raihan gelar klub Liverpool di masa kini.  Tercatat Andy sudah tampil 2 kali di Final Liga Champions dan puncaknya Andy menuntaskan dahaga fans Liverpool di seluruh dunia dengan memboyong trofi Liga Inggris setelah 30 tahun penantian.

Namun siapa sangka, di balik itu semua perlu waktu cukup lama bagi Andy untuk mencapai level sekarang. Di tahun 2009, Andy pernah didepak oleh klub Celtic dikarenakan posturnya dianggap terlalu kecil. Tak patah arang Andy masih menekuni sepak bola di klub bernama Queen’s Park Rangers sambil kerja menjaga toko Mark & Spencer.

Vardy dan Andy tak beda jauh seperti kita, mereka berdua juga pernah mengalami quarter life crisis. Vardy pernah berniat mengakhiri kariernya. Sementara Andy pernah mencuitkan keresahannya di akun Twitternya. “Hidup di usia sekarang seperti sampah jika tak memiliki uang”.

Tweet Andy Robertson di Tahun 2012

Namun meskipun mereka berdua berhasil melewati fase itu dan bahkan saat ini sedang dalam puncak kariernya. Mereka berdua saat ini enggan terlena dengan popularitasnya yang kian menjulang. Vardy saat ini mendirikan sebuah agensi pencarian bakat untuk pemain semi-profesional. Sementara Andy menghadiahi Jersey ke seorang anak yang menyumbangkan uangnya ke bank makanan dan aktif dalam kegiatan sosial lainnya. Ini yang membuat mereka berdua tetap dianggap ‘berbeda’ dan memiliki respect  tersendiri dari pemain lainnya.

Selain dari perjalanan karir, kerja kerasnya, keteladanan dan sikap rendah hari mereka, mereka berdua mewakili mimpi besar orang–orang untuk tak pernah putus asa mengejar impian. Wabil-khusus, mereka berdua mewakili mimpi masyarakat kelas menengah ke bawah. Sebuah kelompok masyarakat yang tak wangi, tempat saya, kamu atau jutaan lainnya di luar sana.

***

Setidaknya dari kisah Vardy dan Andy kita jadi tau,  bahwa kisah–kisah hebat bisa diciptakan di mana saja, terutama di tempat yang tidak pernah kita duga. Teori ini tidak berlaku hanya untuk calon pemain bola saja, berlaku untuk kita semua yang terus menerus berusaha dengan kemampuan, keyakinan dan semangat tak pernah menyerah untuk mengejar semua cita-cita.

Dari kisah Vardy dan Andy, kita tak boleh berpikir bahwa seseorang akan menjadi juara dan hebat jika tumbuh di bawah bimbingan universitas terkemuka atau keluarga yang kaya sekalipun.

Vardy dan Andy menjadi seperti sekarang karena pernah mengalami masa buruk, menjadi buruh pabrik dan seorang penjaga toko. Mungkin kamu akan menjadi penulis “best-seller” setelah naskah–naskah kamu ditolak ratusan kali oleh penerbit, mungkin kamu akan menjadi pelukis hebat dengan latihan dari kanvas dan tinta yang dibeli dari gaji hasil kamu bekerja siang dan malam.

Jadi mungkin terkadang ada benarnya juga, ”Apa yang dirasa buruk, meskipun itu pahit, selalu ada manfaatnya, meskipun butuh waktu lama”. Dan mungkin kejadiannya persis seperti membeli jamu, yang pahit diminum duluan lalu diberi manisnya.

Yang membuat saya terkesan dari cerita mereka berdua adalah kita percaya bahwa bakat akan mengikuti pemiliknya, terutama untuk orang–orang yang mau mengasahnya.

Jadi setelah sejauh ini, saya kira, itulah kenapa Jamie Vardy dan Andy layak menjadi guru dan teladan bagi kaum pekerja. Sosok Jamie Vardy dan Andy mewarisi semangat kelas pekerja untuk gigih mengejar cita-cita. Dari keduanya kita dapat melihat harapan dan impian bisa tumbuh dari mana pun. Bahkan dari seorang buruh pabrik kasar dan seorang penjaga toko.[]

Tags: footballguruinspiratifJamie Vardykerja kerasLeicesterPekerjasepak bola
ShareTweetSendShare
Previous Post

Pesona dan Kuliner Kepulauan Anambas

Next Post

Pendidikan Virtual: Belajar Mandiri di Tengah Pandemi

Ado Adhaa

Ado Adhaa

Penggemar sepak bola yang kalo khilaf mendadak suka membaca dan menulis. Dapat dikepoin di Twitter @AdoAdhaa atau Instagram @adoad__

Artikel Terkait

Film “Like & Share”, Ketidaksengajaan dan Trauma Kekerasan Seksual
Milenial

Film “Like & Share”, Ketidaksengajaan dan Trauma Kekerasan Seksual

8 May 2023

Peringatan: tulisan ini mengandung konten sensitif yang barangkali dapat mengganggu dan memicu trauma Anda. _...

Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon
Gaya Hidup

Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

30 April 2023

Pernahkah kita terbesit secara sadar kalau udara yang kita hirup, air yang kita minum, makanan yang kita telan...

Pilih Masjid yang Tarawih 8 atau 20? Ada yang Dua-duanya lo!
Gaya Hidup

Pilih Masjid yang Tarawih 8 atau 20? Ada yang Dua-duanya lo!

13 April 2022

Perdebatan tentang jumlah rakaat tarawih yang mewarnai jagat maya tampaknya tak berlaku di Masjid Al-Hikmah Kampung Islam Lebah, Klungkung. Pasalnya...

4 Suguhan Apik yang Ditawarkan Film “Don’t Look Up”
Gaya Hidup

4 Suguhan Apik yang Ditawarkan Film “Don’t Look Up”

27 March 2022

Pada Desember 2021 lalu, Netflix merilis film Don’t Look Up. Sebuah film fiksi ilmiah yang berbumbu komedi. Beberapa nama yang...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Membakar Usia

Membakar Usia

4 April 2021
Warna

Warna

11 May 2023
Gambar Artikel Puisi Maret, Masihkah Kau Ingat Namaku

Maret, Masihkah Kau Ingat Namaku?

28 January 2021
Menemui Emosi dari Diri

Menemui Emosi dari Diri

20 August 2021
Berada di Kota Antah-Berantah

Berada di Kota Antah-Berantah

5 May 2021
Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

21 March 2022
Stanza di Stasiun Juanda

Stanza di Stasiun Juanda

18 April 2021
People vector created by vectorpocket - www.freepik.com

Metropolis Berduli

12 December 2021
Penjual Susu dan Puisi Lainnya

Penjual Susu dan Puisi Lainnya

2 June 2024
Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

16 February 2022

Ikuti Kami di Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
  • Puasa Puisi: Perayaan Sastra Lintas Bahasa
  • Aku Merangkum Desember

Kategori

  • Event (10)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (8)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (206)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (136)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In