• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Minggu, 14 September 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Milenial

4 Alasan Fundamental Mengapa Kita Perlu Membaca

Mohammad Azharudin by Mohammad Azharudin
3 April 2022
in Milenial
0
4 Alasan Fundamental Mengapa Kita Perlu Membaca

https://theespressoedition.com/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Perihal minat baca, kita sudah sangat sering mendengar bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang sangat rendah. Data UNESCO―bicara data biar kayak Lord Luhut―menyatakan bahwa persentase minat baca di Indonesia hanya 0,001%. Data ini biasanya ditafsirkan begini, “Dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang suka baca”.

Sebaliknya, di media sosial justru masyarakat kita terkenal sangat ‘cerewet’. Mari kita renungkan! Kita sangat jarang mengisi pikiran dengan informasi, tapi kita suka bicara (seolah sedang memberi informasi). Jika demikian, kira-kira yang kita bicarakan itu pengetahuan atau sekadar terkaan?

Setelah dari data yang berupa angka, kita beralih ke sejarah. Sependek mata pelajaran Sejarah (Indonesia) yang saya ikuti di sekolah, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah hingga Madrasah Aliyah, saya belum menemukan penjelasan bahwa kerajaan-kerajaan zaman dulu punya perpustakaan yang besar. Hal yang paling banyak ditunjukkan dalam buku mata pelajaran Sejarah di sekolah adalah kekuatan militer kerajaan-kerajaan tersebut.

Ini memberi kesan bahwa sejarah kerajaan di Nusantara hanya soal perang dan perluasan wilayah. Berdasar hal termaktub saya jadi bertanya-tanya, apa iya jejak sejarah Nusantara yang demikian (yang kurang menonjolkan kemajuan pengetahuan) turut menjadi penyebab rendahnya minat baca masyarakat Indonesia?

Terlepas dari itu semua, sekarang sudah waktunya kita meningkatkan minat baca kita. Mungkin beberapa dari kita sudah mengetahui apa saja manfaat membaca, sehingga hal tersebut mendorong mereka untuk lebih giat membaca. Nah, bagi yang belum tahu manfaat membaca, mungkin bisa cari alasan terlebih dahulu mengapa mesti membaca. Saya menemukan 4 alasan fundamental terkait keharusan kita membaca, sebagai berikut.

  1. Perintah Agama

Siapa sih di antara kita yang nggak tahu tentang wahyu yang pertama diturunkan pada Nabi Muhammad saw.? Wahyu pertama tersebut diawali dengan kata iqra’. Bacalah! Kita sepertinya tidak punya pendapat yang kontradiktif terkait makna kata iqra’ itu sendiri. Semua sepakat bahwa maknanya adalah perintah membaca. Namun, tentu saja bila dipahami secara lebih luas makna kata iqra’ bukan hanya perintah membaca teks, tapi juga membaca konteks. Wahyu pertama tersebut kerap dijadikan dasar pernyataan bahwa agama (Islam) sangat menentang kebodohan.

Nah, jika sudah tahu kalau membaca itu perintah agama (bahkan Allah swt langsung yang memerintahkan), kenapa kita masih saja enggan membaca? Ini yang bikin jadi paradoks. Padahal kita sadar bahwa perintah itu untuk ditaati/dilaksanakan, tapi kita malah membiarakan perintah tersebut. Jika memang membaca itu terasa susah, ya kita mulai dengan sedikit-sedikit terlebih dahulu.

Gus Baha’ pernah menerangkan bahwa ada kaidah, “Ma la yudraku kulluh, la yutraku kulluh―Apa yang tak bisa dikerjakan seluruhnya, jangan tinggalkan semuanya!” Jadi, bila kita (merasa) tidak bisa banyak membaca, jangan jadi orang yang sama sekali nggak membaca. Upayakan untuk tetap membaca, walaupun sedikit.

 

  1. Menambah Wawasan dan Sudut Pandang

Jika ada yang ditanya, “Kenapa kamu membaca?”, umumnya menjawab untuk menambah wawasan. Saya rasa ini memang alasan paling mendasar dari kegiatan membaca. Ya, kalau kita tidak membaca, wawasan kita akan terhenti pada hal yang sama. Saat kita melakukan aktivitas yang sama, kita akan merasa bosan.

Masa’ kamu ndak bosan kalau wawasanmu itu-itu melulu dan nggak berkembang? Jika pun kita tidak merasakan hal tersebut, boleh jadi orang lain (lawan bicara) yang merasakan kejenuhan terhadap kita. Ini disebabkan karena yang kita tahu hanya itu-itu saja.

Selain menambah wawasan, membaca juga akan memperluas sudut pandang. Tanpa membaca, kita mungkin akan merasa bahwa sudut pandang kita selalu benar. Ketika ada hal yang bertentangan, maka itu pasti salah. Ini merupakan dampak buruk saat kita melihat sesuatu dari satu sudut pandang belaka. Padahal, bisa saja hal tadi mengandung kebenaran saat kita melihatnya dari sudut pandang lain. Nah, untuk menambah sudut pandang, kita bisa mempelajari sudut pandang orang lain melalui karya tulisnya.

 

  1. Membiasakan Diri Memahami Sebelum Bicara

Salah satu kebiasaan buruk kita adalah terlalu terburu-buru dalam berbicara untuk menanggapi sesuatu. Hal ini tak jarang membuat kita jadi sering memotong pembicaraan orang lain. Masalahnya, ketergesa-gesaan itulah yang kerap menjatuhkan kita dalam jurang kesalahan.

Apabila kita mau menyadarinya, kita harus mulai berusaha menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Menurut saya, salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mewujudkan hal itu adalah dengan perbanyak membaca. Melalui aktivitas membaca, secara tidak langsung sebenarnya kita sedang melatih diri kita untuk memahami dan mencerna terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan.

Hal ini penting dilakukan supaya saat kita berdiskusi dengan orang lain yang terjadi bukan debat kusir. Tahu, kan, betapa capeknya berdebat dengan orang yang bicara terus tanpa pernah mau mendengar?

 

  1. Memperbaiki Tutur Kalimat

Sependek yang saya perhatikan, ucapan yang keluar dari mulut merupakan representasi dari isi kepala. Saya pernah melihat orang yang kurang tepat menempatkan ‘diksi ilmiah’ dalam ucapannya. Alih-alih memberi kesan ilmiah, hal itu justru membuat pendengar mengernyitkan dahi. Guna menghindari peristiwa ‘memalukan’ seperti ini, maka mau-nggak mau kita harus belajar menyusun kalimat yang memahamkan (jangan hanya demi kesan ‘ilmiah’ belaka!).

Cara terbaik untuk belajar hal termaktub tentu saja dengan banyak membaca. Konklusi sederhana yang bisa diambil dari sini adalah, “Semakin orang banyak membaca, semakin memahamkan (dan nggak ndakik-ndakik) kalimat yang diucapkannya”.[]

Tags: bukugaya hidupliterasimembacamilenial
ShareTweetSendShare
Previous Post

Sedih yang Diam

Next Post

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

Mohammad Azharudin

Mohammad Azharudin

Asal Banyuwangi, Jawa Timur. Anak muda biasa yang suka belajar. Bisa disapa di Instagram @mas_azhar.27

Artikel Terkait

Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
Kelana

Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi

9 Agustus 2025

Narasi canggih soal kopi di coffee shop terdengar terputus dari asalnya: alas. Rasa yang belum menyatu itu menyembulkan sebuah ide...

Film “Like & Share”, Ketidaksengajaan dan Trauma Kekerasan Seksual
Milenial

Film “Like & Share”, Ketidaksengajaan dan Trauma Kekerasan Seksual

8 Mei 2023

Peringatan: tulisan ini mengandung konten sensitif yang barangkali dapat mengganggu dan memicu trauma Anda. _ Pada tahun 2022 kemarin, Netflix...

Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon
Gaya Hidup

Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

30 April 2023

Pernahkah kita terbesit secara sadar kalau udara yang kita hirup, air yang kita minum, makanan yang kita telan itu berasal...

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata
Kelana

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

5 Juli 2022

Belanda, mungkin negeri ini tidak asing bagi orang Indonesia mulai dari yang tua sampai yang muda. Terlebih bagi saya. Dalam...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Buku Mengajak Bicara dengan Diri Sendiri

Buku Mengajak Bicara dengan Diri Sendiri

17 Desember 2021
Takbiran Buruh, Hardiknas Ki Hadjar Dewantara dan Lebaran Pascapandemi

Takbiran Buruh, Hardiknas Ki Hadjar Dewantara dan Lebaran Pascapandemi

2 Mei 2022
Warna

Warna

11 Mei 2023
M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

25 Februari 2021
Gambar Artikel Menghindari Kata Sibuk

Menghindari Kata Sibuk

22 Januari 2021
Cermin Peradaban

Cermin Peradaban

14 Februari 2021
Gambar Artikel Abu Zayd Al-Balkhi: Ulama Psikologi yang Jarang Diketahui

Abu Zayd Al-Balkhi: Ulama Psikologi yang Jarang Diketahui

15 Januari 2021
Menyoal Cinta Vs Primbon Weton Jawa

Menyoal Cinta Vs Primbon Weton Jawa

26 Juli 2021
Gambar Artikel 7 Kumpulan Lagu Barat yang Asik / Enak di Dengar Kuping. Kumpulan Lagu yang bikin hati kalian melted / meleleh

7 Lagu Barat yang Asik di Kuping

26 Februari 2021
Gambar Esai Advaitam Tagore dan Anasir Subtil D. Zawawi Imron Advaitam Te

Advaitam Tagore dan Anasir Subtil D. Zawawi Imron

14 Januari 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (214)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (141)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (71)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.