• Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kerjasama
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
Tuesday, 02 December 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Resensi

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

Resensi buku "Educated" karya Tara Westover

Murniyati Djufri by Murniyati Djufri
4 September 2022
in Resensi
0
Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

Sumber gambar: https://www.farbooksventure.com/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Judulnya Educated. Buku memoar yang mengantongi lika-liku kehidupan sebuah keluarga ‘penjaga’ lembah indah, Buck’s Peak, Idaho Amerika Serikat. Tara Westover mengajak kita masuk ke rumahnya, berkenalan dengan keluarga yang dikepalai oleh seorang ayah yang berpegang pada prinsip: pendidikan negeri hanya menjauhkan manusia dari Tuhan dan pemerintah adalah bagian dari semua itu.

Krisis kepercayaan sang ayah kepada pemerintah membuatnya selalu berjaga-jaga dan menciptakan sistem di dalam keluarganya sendiri; tidak ada pengurusan akta kelahiran; tidak ada yang pergi ke sekolah seperti anak-anak pada umumnya; tidak ada yang berobat ke rumah sakit.

Hari-hari yang dilalui oleh Tara bersama empat orang kakak laki-laki dan satu orang kakak perempuan. Mereka selalu dihabiskan di tempat barang rongsokan yang terkumpul di belakang rumah mereka. Sesekali membantu sang ibu mencari dedaunan untuk meracik obat-obatan herbal/alami atau pergi menemani ibu sebagai ‘bidan dadakan’ yang membantu orang lahiran, hingga ibadah ke Gereja.

Karena memiliki karakter yang tegas dan keras, ayahnya tidak pernah pandang bulu dalam mendidik. Tara bahkan selalu bersahabat dengan crane, alat-alat pemotong besi, dan alat berat lainnya. Kemandirian dan kepatuhan adalah dua nilai penting parenting keluarga Westover.

Rasa penasaran merupakan keniscayaan bagi setiap anak. Sayangnya, selalu ada bayaran yang tidak diinginkan atas setiap rasa penasaran Tara. Seperti saat ia penasaran dengan dunia luar dan ingin memiliki teman seperti sewajarnya manusia pada umumnya, ia dipanggil pelacur oleh Shawn—kakak laki-laki nomor dua. Sebutan itu dianggap pantas karena baginya Tara melacurkan diri pada pandangan manusia dan mengabaikan Tuhan—lagi-lagi ini bagian dari didikan dan indoktrinasi sang ayah.

Bukan sekedar psywar yang selalu Tara dapatkan, fisiknya pun sering menjadi sasaran apabila tindakannya sudah dianggap bertentangan dengan ajaran ayahnya. Kepala dan rambut Tara pernah merasakan ‘hawa’ closet. Tulang-tulangnya pernah bergeser dan bermasalah. Bahkan Tara pernah diseret keluar dari mobil oleh kakaknya dengan tarikan di bagian rambut hingga badannya menyapu setiap jalan yang terlalui dalam keadaan baju yang sudah terangkat.

Hebatnya, apabila Tara berada dalam keadaan yang seperti itu, Tara merasa harus menutupi kekerasan sang kakak dengan berpura-pura tertawa. Supaya orang lain menganggap semua itu hanya sekedar lelucon kakak beradik—padahal psikisnya hancur berantakan. Keadaan ini bukan sekali-dua kali tapi berkali-kali, entah itu di rumah maupun di luar rumah.

Bekerja dan keluar belajar bersama seorang temannya adalah bagian pelarian Tara dari kejadian seperti itu. Sebelumnya, sembunyi-sembunyi menjadi trik dari dua orang kakak laki-laki Tara (Tyler dan Richard). Tyler selalu membaca buku secara diam-diam di kamarnya, sedangkan Richard lebih suka membaca di ruang bawah tanah rumahnya—ruangan ini berisi banyak buku dan kitab Mormon, dedaunan obat, hingga beragam keperluan hidup yang sudah disiapkan untuk menghadapi kejadian hari akhir berdasarkan praduga ayahnya yang dianggap semacam nubuwwah.

Hingga suatu ketika, Tyler membuka jalan, memberanikan diri keluar dari rumah untuk belajar di perguruan tinggi. Meskipun mendapatkan tantangan dan larangan, ia tetap memilih pergi dan tinggal bersama keluarga ibunya di kota. Pada awalnya, Tara tidak menyukai apa yang dilakukan oleh kakaknya karena telah melawan sang ayah. Namun, selanjutnya, Tyler-lah yang membujuk dan mengarahkan Tara untuk mengikuti jejaknya dengan sebuah pesan—”Jika kamu ingin berkembang, satu-satunya jalan adalah pergi meninggalkan rumah ini”.

Tanpa menempuh pendidikan di bangku sekolah umum seperti anak-anak lainnya, Tara diterima di salah satu perguruan tinggi di Utah, AS. Alasan terkuatnya karena ia mengaku telah menjalani homeschooling. Tentu saja pilihannya keluar dari rumah untuk belajar di perguruan tinggi menjadikan ia dipandang berbeda oleh saudara-saudaranya yang masih berada di rumah, terutama oleh ayahnya sendiri—ibunya memberikan izin atas keputusan ini namun seiring berjalannya waktu terlihat perubahan sikap yang berbeda dari ibunya.

Tara harus bekerja ekstra untuk membiayai kuliahnya sendiri. Di sisi lain, culture shock selalu menggerogoti dirinya saat menemui hal baru baginya; perempuan yang berpakaian agak terbuka, mencuci tangan setiap kali selesai menggunakan toilet, hingga ruang kelas yang diisi oleh berbagai orang dengan budaya mengangkat tangan saat ingin bertanya.

Sedikit-banyak apa yang disampaikan oleh dosen, sudah ia dapatkan dari sang ayah di rumah. Hanya saja, isi pembahasan keduanya saling bertolak belakang. Hal tersebut semakin memacu rasa penasaran dan semangat belajar Tara untuk memverifikasi pengetahuan yang dimiliki terutama yang berasal dari ayahnya. Hingga suatu ketika ia unjuk tangan dan bertanya tentang sesuatu yang belum pernah ia dengar dari sang ayah—apa itu Holocaust. Sayangnya, pertanyaan itu mendapat jawaban merendahkan dari sorot mata teman-teman kelas dan dianggap lelucon oleh seisi kelas termasuk dosennya.

Kejadian itu sama sekali tidak menjadikannya putus asa, ia mencari jawabannya sendiri ke berbagai literatur. Semangat ini membawa dirinya sampai memperoleh beasiswa untuk studi ke University of Cambridge hingga menjadi visiting fellow di Harvard University. Banyak hal baru yang ia temukan, pada mulanya, ia berpegang teguh atas ajaran-ajaran yang disampaikan ayahnya di rumah. Namun, saat ia memverifikasi semua itu dengan apa yang telah ia dapatkan selama belajar di perguruan tinggi, ada satu hal mengejutkan yang ia temukan mengenai ayahnya.

Banyak perubahan yang kemudian terjadi pada diri Tara—keadaan ini menjadikan dia dibenci dan dianggap menyeleweng oleh keluarganya. Meskipun demikian, ia tidak menyimpan dendam atas rasa sakit yang ia derita ataupun membenci, justru selalu ingin pulang karena rasa cinta yang besar terhadap kedua orang tua dan keluarganya. Tara meyakini semua proses yang ia alami dari rongsokan hingga ke perguruan tinggi adalah sesuatu yang disebut pendidikan.

Apa sebenarnya ‘sesuatu’ yang Tara temukan mengenai ayahnya? Yuukk berkunjung dan cari tahu cerita lengkap langsung dari orangnya, ketuk aja pintu rumahnya yang berwujud buku Educated. 🙂

 

[Editor: M. Naufal Waliyuddin]

 

___________________

Data Buku

Judul: Educated | Penulis: Tara Westover | Alih bahasa: Berkat Setio | Penyunting: A. Mustika W. | Penyelaras aksara: Cici Hardjono | Sampul: Suprianto | Terbit: Januari 2022 | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tags: bukueducatedmemoarpendidikanresensiTara Westover
ShareTweetSendShare
Previous Post

Menyoal Tirani: Pelajaran Penting Demokrasi Abad Ini

Next Post

Mengapa Perlu Membaca Sastra?

Murniyati Djufri

Murniyati Djufri

Mahasiswa asal Ternate yang kini sedang menempuh studi di Interdisciplinary Islamic Studies (Konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Akun Ig: @unhy_unhy.

Artikel Terkait

Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
Resensi

Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme

13 October 2025

Ketidakadilan sosial di ruang sehari-hari kita mendorong banyak pemikir mencari pisau analisis baru dan segar. Di tengah diskursus tersebut, Mansour...

Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
Resensi

Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu

24 August 2025

Dalam hidup ini, pastinya kita pernah mengalami situasi keterburu-buruan. Waktu seolah-olah mengejar kita. Tak ada waktu lagi untuk sekadar duduk...

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
Resensi

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan

26 April 2025

 “Manungsa kuwi gampang lali, Le. Mula kowe kudu sregep nyatheti. Nyatheti opo wae kanggo pangeling-eling. Mbesuk yen simbah lan ibumu...

Novel “Heaven”: Perundungan dan Pergulatan Hidup Penyintas
Resensi

Novel “Heaven”: Perundungan dan Pergulatan Hidup Penyintas

28 March 2024

Deretan kasus perundungan akhir-akhir ini terus bermunculan. Belum lama ini ramai tajuk berita seputar kasus perundungan di Binus School Serpong,...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Hikayat Seorang Lelaki yang Bersikejar dengan Matahari

Hikayat Seorang Lelaki yang Bersikejar dengan Matahari

16 February 2021
Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

21 March 2022
Gambar Artikel Tindak Korupsi di Mata Ahmad Hassan

Tindak Korupsi di Mata Ahmad Hassan

11 January 2021
Pendidikan Psikosufistik dan Cara ‘Mengintip’ Kecerdasan Spiritual

Pendidikan Psikosufistik dan Cara ‘Mengintip’ Kecerdasan Spiritual

7 July 2021
Transformasi Standar Berkat Gendurenan di Era Revolusi Industri 4.0

Transformasi Standar Berkat Gendurenan di Era Revolusi Industri 4.0

13 January 2022
Gambar Artikel Wartawan Ala Cak Rusdi

Wartawan Ala Cak Rusdi

30 April 2021
Melankolia Perjalanan Musim

Melankolia Perjalanan Musim

5 July 2021
Surat Terbuka untuk Sunyi

Surat Terbuka untuk Sunyi

15 February 2021
Goa Isolasi dan Surat Kecilku

Goa Isolasi dan Surat Kecilku

19 July 2021
Gambar Artikel Kritik dan Karya adalah Sebuah Niscaya

Kritik dan Karya adalah Sebuah Niscaya

1 December 2020
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Mempersenjatai Trauma: Strategi Jahat Israel terhadap Palestina
  • Antony Loewenstein: “Mendekati Israel adalah Kesalahan yang Memalukan bagi Indonesia”
  • Gelembung-Gelembung
  • Mengeja Karya Hanna Hirsch Pauli di Museum Stockholm
  • Di Balik Prokrastinasi: Naluri Purba Vs Tuntutan Zaman
  • Pulau Bajak Laut, Topi Jerami, dan Gen Z Madagaskar
  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu

Kategori

  • Event (14)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (12)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (66)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (53)
  • Metafor (217)
    • Cerpen (55)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (49)
    • Gaya Hidup (26)
    • Kelana (13)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kontributor
  • Hubungi Kami

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Kami
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Hubungi Kami
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.