Judulnya Educated. Buku memoar yang mengantongi lika-liku kehidupan sebuah keluarga ‘penjaga’ lembah indah, Buck’s Peak, Idaho Amerika Serikat. Tara Westover mengajak kita masuk ke rumahnya, berkenalan dengan keluarga yang dikepalai oleh seorang ayah yang berpegang pada prinsip: pendidikan negeri hanya menjauhkan manusia dari Tuhan dan pemerintah adalah bagian dari semua itu.
Krisis kepercayaan sang ayah kepada pemerintah membuatnya selalu berjaga-jaga dan menciptakan sistem di dalam keluarganya sendiri; tidak ada pengurusan akta kelahiran; tidak ada yang pergi ke sekolah seperti anak-anak pada umumnya; tidak ada yang berobat ke rumah sakit.
Hari-hari yang dilalui oleh Tara bersama empat orang kakak laki-laki dan satu orang kakak perempuan. Mereka selalu dihabiskan di tempat barang rongsokan yang terkumpul di belakang rumah mereka. Sesekali membantu sang ibu mencari dedaunan untuk meracik obat-obatan herbal/alami atau pergi menemani ibu sebagai ‘bidan dadakan’ yang membantu orang lahiran, hingga ibadah ke Gereja.
Karena memiliki karakter yang tegas dan keras, ayahnya tidak pernah pandang bulu dalam mendidik. Tara bahkan selalu bersahabat dengan crane, alat-alat pemotong besi, dan alat berat lainnya. Kemandirian dan kepatuhan adalah dua nilai penting parenting keluarga Westover.
Rasa penasaran merupakan keniscayaan bagi setiap anak. Sayangnya, selalu ada bayaran yang tidak diinginkan atas setiap rasa penasaran Tara. Seperti saat ia penasaran dengan dunia luar dan ingin memiliki teman seperti sewajarnya manusia pada umumnya, ia dipanggil pelacur oleh Shawn—kakak laki-laki nomor dua. Sebutan itu dianggap pantas karena baginya Tara melacurkan diri pada pandangan manusia dan mengabaikan Tuhan—lagi-lagi ini bagian dari didikan dan indoktrinasi sang ayah.
Bukan sekedar psywar yang selalu Tara dapatkan, fisiknya pun sering menjadi sasaran apabila tindakannya sudah dianggap bertentangan dengan ajaran ayahnya. Kepala dan rambut Tara pernah merasakan ‘hawa’ closet. Tulang-tulangnya pernah bergeser dan bermasalah. Bahkan Tara pernah diseret keluar dari mobil oleh kakaknya dengan tarikan di bagian rambut hingga badannya menyapu setiap jalan yang terlalui dalam keadaan baju yang sudah terangkat.
Hebatnya, apabila Tara berada dalam keadaan yang seperti itu, Tara merasa harus menutupi kekerasan sang kakak dengan berpura-pura tertawa. Supaya orang lain menganggap semua itu hanya sekedar lelucon kakak beradik—padahal psikisnya hancur berantakan. Keadaan ini bukan sekali-dua kali tapi berkali-kali, entah itu di rumah maupun di luar rumah.
Bekerja dan keluar belajar bersama seorang temannya adalah bagian pelarian Tara dari kejadian seperti itu. Sebelumnya, sembunyi-sembunyi menjadi trik dari dua orang kakak laki-laki Tara (Tyler dan Richard). Tyler selalu membaca buku secara diam-diam di kamarnya, sedangkan Richard lebih suka membaca di ruang bawah tanah rumahnya—ruangan ini berisi banyak buku dan kitab Mormon, dedaunan obat, hingga beragam keperluan hidup yang sudah disiapkan untuk menghadapi kejadian hari akhir berdasarkan praduga ayahnya yang dianggap semacam nubuwwah.
Hingga suatu ketika, Tyler membuka jalan, memberanikan diri keluar dari rumah untuk belajar di perguruan tinggi. Meskipun mendapatkan tantangan dan larangan, ia tetap memilih pergi dan tinggal bersama keluarga ibunya di kota. Pada awalnya, Tara tidak menyukai apa yang dilakukan oleh kakaknya karena telah melawan sang ayah. Namun, selanjutnya, Tyler-lah yang membujuk dan mengarahkan Tara untuk mengikuti jejaknya dengan sebuah pesan—”Jika kamu ingin berkembang, satu-satunya jalan adalah pergi meninggalkan rumah ini”.
Tanpa menempuh pendidikan di bangku sekolah umum seperti anak-anak lainnya, Tara diterima di salah satu perguruan tinggi di Utah, AS. Alasan terkuatnya karena ia mengaku telah menjalani homeschooling. Tentu saja pilihannya keluar dari rumah untuk belajar di perguruan tinggi menjadikan ia dipandang berbeda oleh saudara-saudaranya yang masih berada di rumah, terutama oleh ayahnya sendiri—ibunya memberikan izin atas keputusan ini namun seiring berjalannya waktu terlihat perubahan sikap yang berbeda dari ibunya.
Tara harus bekerja ekstra untuk membiayai kuliahnya sendiri. Di sisi lain, culture shock selalu menggerogoti dirinya saat menemui hal baru baginya; perempuan yang berpakaian agak terbuka, mencuci tangan setiap kali selesai menggunakan toilet, hingga ruang kelas yang diisi oleh berbagai orang dengan budaya mengangkat tangan saat ingin bertanya.
Sedikit-banyak apa yang disampaikan oleh dosen, sudah ia dapatkan dari sang ayah di rumah. Hanya saja, isi pembahasan keduanya saling bertolak belakang. Hal tersebut semakin memacu rasa penasaran dan semangat belajar Tara untuk memverifikasi pengetahuan yang dimiliki terutama yang berasal dari ayahnya. Hingga suatu ketika ia unjuk tangan dan bertanya tentang sesuatu yang belum pernah ia dengar dari sang ayah—apa itu Holocaust. Sayangnya, pertanyaan itu mendapat jawaban merendahkan dari sorot mata teman-teman kelas dan dianggap lelucon oleh seisi kelas termasuk dosennya.
Kejadian itu sama sekali tidak menjadikannya putus asa, ia mencari jawabannya sendiri ke berbagai literatur. Semangat ini membawa dirinya sampai memperoleh beasiswa untuk studi ke University of Cambridge hingga menjadi visiting fellow di Harvard University. Banyak hal baru yang ia temukan, pada mulanya, ia berpegang teguh atas ajaran-ajaran yang disampaikan ayahnya di rumah. Namun, saat ia memverifikasi semua itu dengan apa yang telah ia dapatkan selama belajar di perguruan tinggi, ada satu hal mengejutkan yang ia temukan mengenai ayahnya.
Banyak perubahan yang kemudian terjadi pada diri Tara—keadaan ini menjadikan dia dibenci dan dianggap menyeleweng oleh keluarganya. Meskipun demikian, ia tidak menyimpan dendam atas rasa sakit yang ia derita ataupun membenci, justru selalu ingin pulang karena rasa cinta yang besar terhadap kedua orang tua dan keluarganya. Tara meyakini semua proses yang ia alami dari rongsokan hingga ke perguruan tinggi adalah sesuatu yang disebut pendidikan.
Apa sebenarnya ‘sesuatu’ yang Tara temukan mengenai ayahnya? Yuukk berkunjung dan cari tahu cerita lengkap langsung dari orangnya, ketuk aja pintu rumahnya yang berwujud buku Educated. 🙂
[Editor: M. Naufal Waliyuddin]
___________________
Data Buku
Judul: Educated | Penulis: Tara Westover | Alih bahasa: Berkat Setio | Penyunting: A. Mustika W. | Penyelaras aksara: Cici Hardjono | Sampul: Suprianto | Terbit: Januari 2022 | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama