Status Baru Ibu
Ia tidak menangis di depan siapa pun.
Tapi aku tahu,
ada yang basah tiap kali ia mencuci piring,
bukan karena sabun.
Sejak pagi itu,
ia jadi lebih rajin menyapu lantai—
mungkin berharap,
duka bisa diseret keluar lewat debu.
Ibu berubah status tanpa pilihan.
Surat kematian bukan hanya menghapus nama Bapak,
tapi mengubur seluruh rencana mereka
yang belum sempat tumbuh jadi senja berdua.
Di atas kompor yang mendidihkan nasi,
Ibu menyisakan sebagian untuk lelaki
yang tak lagi lapar.
Ia janda sekarang.
Tapi apa arti kata itu
jika tubuhnya masih dipeluk kenangan
dan ranjangnya masih bau keringat suami?
—
Janda
Mereka mengamati bajunya,
lebih teliti dari doa mereka sendiri.
Mereka hitung seberapa merah lipstiknya,
seberapa lepas tawanya,
seberapa sering ia keluar rumah
dan tak menggandeng siapa-siapa.
Seolah kehilangan suami
menjadikannya milik umum,
yang boleh ditebak-tebak,
diraba-raba,
dibicarakan saat piring belum selesai dicuci.
Ia tak menjawab apa-apa.
Hanya menyuap anaknya dengan tangan kanan,
dan menyangga langit rumah
dengan tangan kiri
yang mulai gemetar
tapi tak pernah ia tunjukkan
di hadapan mereka
yang mengira senyumnya adalah dosa.
—
Status Baruku
menjadi yang ditinggal
adalah meniup lilin
dengan dada separuh padam
adalah menerima ucapan selamat
yang terasa seperti kabar duka
dengan pita yang terlalu terang
sejak hari itu
usiaku bertambah
tapi aku kehilangan nama
yang biasa memanggilku pulang
aku membuka kado
yang tak dibungkus apa-apa
kecuali sepi
yang tinggal di kursi kosong
status baruku
bukan tercetak di kartu
tapi tertulis diam-diam
di mata ibu
yang berusaha menyembunyikan patahnya
agar aku tak ikut pecah
aku tahu
ulang tahun tak lagi utuh
sejak satu suara
tak lagi ikut meniup lilin bersamaku
—
Yatim
menjadi yatim
adalah belajar bicara
pada bayangan
pada udara
pada baju yang tak lagi dipakai
aku menanam doa dalam gelas
menyiraminya dengan air mata
menunggunya tumbuh jadi pelukan
menjadi yatim
adalah berjalan pulang
tapi tak pernah benar-benar sampai
karena yang kau cari bukan rumah
tapi suara
suara yang telah dirampas bumi
disimpan Tuhan
entah untuk kapan.
(Yogyakarta, Juli 2025)