Belum genap sepekan dan kita kehilangan,
Lebih banyak dari kebinasaan, entah begitu bunyinya
Dua pertiga kita tak merasa
Bahwa yang berharga telah raib
Sejak puluh puluh hari lalu tapi sepekan baru dan kita tetap bisu, tidak merasa
gagu haha huhu tapi tetap suka berfatwa
terus
terus
padahal yang berharga telah berpulang, pulang kemana
siapa yang pergi kau tanya
empatimu!
—
Bait bait kata ribuan rasanya
atau jutaan mungkin jumlahnya
ditimang dari pikir-pikir miskin bacaan
melontar semaunya, meledak tak terkendali
merapal, meramal
tiap kata adalah kitab suci maha benar, entah siapa tuhannya
tiap kita jadi hakim-hakim kuasa
mendakwa seinginnya, prasangka adalah segala!
Hakim adalah wakil tuhan, entahlah tuhan yang mana
—
Kita saling intip mengintip dari lubang kecil bernama dunia maya
Tak semua, tapi seolah jadi semua
Semau akhirnya, menganggap pandang-pandang kita tak berlebihan jadi semua
tak peduli bagaimana akhirnya, dan salah benar dakwa-dakwa kita
di meja bebas aturan, bersembunyi di kepalsuan. Kita menjadi tuhan bagi semua.
Merenggut bahagia, menghadir bangga, hingga sebagiannya mencerabut hidup
Semarapura, 2021