—Rahvayana: Aku Lala Padamu
aku kembali memasuki tubuhmu, Sinta.
wangi teratai, dan peristiwa di punggung kuda
jadi hantu hari-hari sepi tanpa namamu lagi.
lautan api, hujan tangis menggiring
ruang kepala pada pelayaran kejam
kapal-kapal harapan ditenggelamkan.
barangkali, Sinta.
kita adalah beribu-ribu kata rindu
tak bertuan, tak tahu jalan pulang.
maka, izinkanlah Argasoka
menyimpan nama dan duka
kisah kita dalam bayang cakar kera
memberangus atap rumah warga.
Pulosari, 2021
Suara Sepi
: disebabkan oleh puisi Kim Al Ghozali AM
di antara suara-suara sepi.
rindu pergi. di luar kendali tanganku.
di luar komposisi tanganmu.
di luar jangkauan ragam kata.
dan angka-angka yang kita baca.
2020
Biji Tumbuh di Tanah Api
Bila ada biji yang tumbuh di pekarangan rumahmu
siramlah dengan air susu dan pupuklah dengan sajak
keempat yang ditulis dengan darah rahim ibu
sebab dalam biji itu: hujan sujud
petir meredam diri di tanah api
seumpama tangan-tangan angin mengusap
ubun gedung pertemuan para dewa.
bila kau takut dan memilih bungkuk pada matahari,
kepala hewan atau pohon beringin seberang jalan,
maka nyala syair akan jadi batas terang dan kematian.
pendekar mata satu akan bangkit
menunggang kuda, dengan pedang, dengan sayap,
dengan mahkota di kepalanya.
Pulosari, 2021
Mengingat yang Hampir Terlupa
kemarilah, Natta, lihat: seluruh isi kepala tumpah
di atas kain rajutan ibu, saat aku kembali mencoba
mengingat-ingat semua yang hampir terlupa.
tak jarang aku harus mengesampingkan
semua yang bukan tentangmu,
termasuk Tuhan dan utusan-Nya
agar dapat kutempuh panjang pengembaraan
tanpa beban tambahan.
kesedihan tertangkap lingkaran peristiwa
menimang-nimang malam pucat
bertabur nyala redup bintang-bintang
maka, Natta, izinkan aku sedekat mungkin
denganmu, meski tanpa pertemuan tercatat
angka-angka pada kalender Masehi.
Pulosari, 2021
Pulang ke Tubuhmu
aku ingin pulang;
menuai hangat di tubuhmu
lihatlah, Sayang, bagaimana keinginanku
adalah kematian yang terus berulang
setiap hari, setiap malam berganti
mungkin hidup tak pernah bisa ditebak
sebagaimana mati pun demikian
namun, aku telah sampai pada titik
meramal kematian menjadi pusat
rotasi pikir dan perasaan.
Masihkah kau sediakan ruang
untuk rebah rindu-rinduku?
lihatlah, Sayang, kematian kedua
singgah pada pertanyaan-pertanyaan di kepala
setiap hari, setiap malam berganti.
Pulosari, 2021