• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Rabu, 27 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Esai

Makanan dan Orang Jawa

M. Najibur Rohman by M. Najibur Rohman
4 Februari 2021
in Esai
0
Gambar Makanan dan Orang Jawa

Sumber gambar: http://500px.com/photo/131756991

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Bagi orang Jawa, makan tidak sekadar memenuhi kebutuhan biologis, tetapi memaklumatkan cara pandang dan laku menghargai kehidupan. Saat “ritual” makan digelar, tata krama harus selalu dijaga. Misalnya, santun di meja makan, tidak berisik, perlahan namun tidak lambat dan berpantang untuk makan di sembarang tempat. Orang Jawa memperlakukan makanan sebagai anugerah. Makanan dijaga sebaik-baiknya sehingga orang jawa tabu untuk membuang-buangnya. Sebuah mitos tetapi sarat nasehat kerap kita dengar: yen mangan kudu dientekke mundhak pitike podho mati (kalau makan harus dihabiskan, kalau tidak ayamnya mati). Juga mitos yang lain: ora ilok yen mangan neng ngarep lawang mundhak angel jodhone (tidak baik kalau makan di depan pintu, nanti sulit mendapatkan jodoh).

Apa yang ada di balik mitos ini sesungguhnya adalah jalan orang jawa untuk menghargai makanan. Dengan menghargai makanan, maka secara tidak langsung penghargaan terhadap hal-hal lain muncul. Tanah, dimana tetumbuhan ditanam, perlu dirawat. Tanah memberikan kehidupan, makanan. Air, darimana makanan memperoleh asupan, merupakan entitas penting yang perlu dijaga. Hutan, sungai, dan sebagainya tak boleh mengalami kerusakan. Secara lebih luas dapat diartikan bahwa manusia perlu menjaga bumi seisinya, bahkan alam semesta. Hal itu tidak lain karena manusia dan alam memiliki ikatan timbal balik, saling terikat satu sama lain.

Sudah umum pada masyarakat bahwa laku spiritual juga diwedarkan melalui makanan. Wujud rasa syukur atas karunia Tuhan dengan panen yang melimpah dimanifestasikan dengan acara sedekah bumi. Ketika hasil laut melimpah masyarakat menggelar sedekah laut, atau “perayaan-perayaan” lain serupa itu. Semuanya dilakukan dalam kerangka menghargai makanan, dan rentetan sumbernya, yang telah diberikan bagi kehidupan. Pada intinya orang Jawa tidak hendak menjadi manusia yang mengingkari nikmat.

Meski demikian, sebagai sesuatu yang dicari dan mengenyangkan, tidak lantas makanan diagung-agungkan. Ada batasan-batasan di sana. Sebab itu kita menjadi mafhum bahwa filosofi Jawa mengundangkan agar manusia tidak menjadi tamak, baik secara faktual maupun metaforis. Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java (2008: 64) pernah memberikan kesaksian begini: “meskipun sumber alamnya melimpah, orang Jawa tampaknya berhati-hati dalam hal makanan, mereka tidak suka makan banyak. Makan enak berarti makan dengan lahap, demikian istilah mereka, dan mereka merasa puas dengan hidup secukupnya.”

Demikian pula makanan juga menjadi metafora bagi orang Jawa dalam hubungannya dengan kekuasaan. Lagu Gundul-Gundul Pacul yang populer itu menisbatkan setiap pemimpin agar tidak gembelengan atau sombong saat nyunggi wakul (diberi amanah untuk memimpin banyak orang). Karena wakul, wadah bagi makanan itu, dengan sendirinya mencerminkan pusat bagi kebutuhan makan banyak orang.

Sehingga jika “wakul ngglimpang”, maka “segane dadi sak ratan”. Saat orang yang dijadikan pemimpin tidak lagi dapat dipercaya, maka kedudukannya tidak membawa manfaat, tidak memberikan kesejahteraan. Dengan kata lain, pemimpin yang nyunggi wakul (menanggung kesejahteraan banyak orang) perlu berhati-hati atau memegang teguh amanah agar tidak jatuh (ngglimpang).  “Sega”, dalam arti makanan maupun kekuasaan, merupakan titipan yang patut dijaga, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Dalam konteks yang lebih luas, makanan bisa dikaitkan secara simbolis bagi kebesaran sebuah bangsa. Bangsa yang besar berarti bangsa yang mampu menyediakan makanan bagi rakyatnya, yang berarti tercapainya kesejahteraan. Di sisi lain bangsa yang besar juga bangsa yang mampu menghargai makanannya sendiri. Sebagaimana pernah dikisahkan Cindy Adams (2014), suatu kali Bung Karno pernah geram pada orang-orang di sekelilingnya karena menganggap makanan Indonesia kurang pantas dihidangkan kepada orang-orang Eropa yang menjadi tamunya.

Bung Karno menolak anggapan dan rasa rendah diri itu. Dengan nada marah ia berujar, “kita mempunyai penganan yang enak-enak”. Di sini, Bung Karno agaknya ingin menampilkan makanan sebagai simbol nasionalisme yang gagah. Sebuah bangsa tidak mungkin dihormati bangsa lain tanpa menghormati dirinya sendiri.

Demikianlah bahwa makanan bisa dinikmati dan dimaknai melalui banyak hal. Apapun kondisinya, apalagi di masa pandemi seperti saat ini, makanan atau pangan atau lebih luas adalah kebutuhan, menjadi sesuatu yang perlu dikelola dengan bijak, baik dalam konteks diri sendiri maupun masyarakat, bangsa dan negara. Terimakasih. Wallahu a’lam.[]

 

Referensi:

Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Jakarta: Yayasan Bung Karno dan PT Media Pressindo, cet. ke-3, edisi revisi, 2014.

Thomas Stamford Raffles, The History of Java, Yogyakarta: Narasi, 2008.

Tags: esaikearifankebudayaanmakanan dan orang jawamitosopinisejarahteladan
ShareTweetSendShare
Previous Post

Promothean

Next Post

Sertifikat Hak Milik

M. Najibur Rohman

M. Najibur Rohman

Tinggal di Semarang. Sesekali menulis dan bekerja di UIN Walisongo Semarang. Boleh ditegur di Instagram @beraskawak

Artikel Terkait

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
Esai

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna

5 Agustus 2025

Malam itu, saya belum ingin tidur cepat. Hingga lewat tengah malam dan hari berganti (Rabu, 23 Juli 2025) saya duduk...

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
Esai

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

28 Juli 2025

Jika bulan Juni sudah kepunyaan Sapardi, Juli adalah milik Hemingway. Pasalnya, suara tangis bayi-Hemingway pecah di bulan yang sama (21...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024

Sepuluh menit setelah tanggal berganti menjadi 29 Maret 2024, teks cerpen Agus Noor dihidupkan di ampiteater Ladaya. Sejumlah kursi kayu...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024

28 Maret 2024 Masehi. Malam 18 Ramadhan 1445 Hijriah. Saya tiba di Ladaya, Tenggarong, setelah menempuh lebih dari satu setengah...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Melankolia Perjalanan Musim

Melankolia Perjalanan Musim

5 Juli 2021
Aku Merangkum Desember

Aku Merangkum Desember

30 Maret 2024
Konsep Tuhan di Benak Saya Sendiri

Konsep Tuhan di Benak Saya Sendiri

5 Mei 2021
Gambar Artikel Kenapa Bahasa Inggris untuk Anak SD tidak boleh Dianggap enteng

Kenapa Bahasa Inggris untuk Anak SD Tidak Boleh Dianggap Enteng

25 April 2021
Multi Peran Guru

Multi Peran Guru

8 Maret 2021
Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024
Gambar Artikel Semayam Kerapuhan Moral

Semayam Kerapuhan Moral

30 November 2020
Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

4 September 2022

Temu Buku dan Sesi Bincang Editor di Yogyakarta

10 Maret 2024
Gambar Artikel Resensi Tuhan Maha Asyik : Mengasyiki Tuhan

‘Mengasyiki’ Tuhan

31 Oktober 2020
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (213)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.