• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 18 Oktober 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Inspiratif Sosok

M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

Syukur Budiardjo by Syukur Budiardjo
25 Februari 2021
in Sosok
0
M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

https://sastra-indonesia.com/2020/12/muhammad-kasim-bapak-cerpen-indonesia/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Siapakah sastrawan kita yang merintis penulisan cerita pendek (cerpen)? Siapakah pengarang yang mula-mula mengembangkan kebiasaan menulis cerpen di Indonesia? Siapakah Bapak Cerpen Indonesia? Siapakah pengarang Indonesia yang membuka jalan penulisan cerpen Indonesia?

Sejumlah pertanyaan demikian, agaknya akan membawa kita untuk menengok sejarah pertumbuhan dan perkembangan  cerpen di luar negeri. Di Amerika Serikat, misalnya, masyarakat pembacanya sudah mengetahui dan memaklumi bahwa Edgar Allan Poe adalah Bapak Cerpen Amerika. Di Rusia, Nicolai Gogol juga dikenal oleh masyarakat Rusia sebagai Bapak Cerpen Rusia.

Di Indonesia, kebiasaan menulis cerpen merupakan hal yang baru. Pada zaman sebelum Perang Dunia II, cerpen belum begitu dikenal oleh masyarakat jika dibandingkan dengan puisi yang lebih purba maupun roman atau novel yang datang kemudian. Pandangan yang berasal dari pihak sastrawan sendiri terhadap cerpen pun masih bernada meremehkan. Sebab, pada saat itu seseorang baru akan diberi pengakuan sebagai sastrawan atau pengarang jika sudah berhasil menulis roman atau novel.

Akan tetapi, beberapa puluh tahun kemudian, pandangan yang muncul dari kubu sastrawan itu sendiri lambat laun akhirnya terkikis juga. Setelah Perang Dunia II, seseorang kemudian tidak harus menulis roman atau novel terlebih dahulu agar dapat dikukuhkan sebagai pengarang. Sebuah contoh yang dapat dikemukakan ialah cerpenis Generasi Kisah, Nugroho Notosusanto. Meskipun hingga akhir hayatnya Nugroho Notosusanto tidak mewariskan roman atau novel, ia tetap memiliki eksistensi yang kuat sebagai sastrawan karena telah menghasilkan kumpulan cerpen Hujan Kepagian (1958), Tiga Kota (1959), Rasa  Sayange (1961), dan Hijau Bumiku Hijau Bajuku (1963).

Pada dekade terakhir ini, menulis cerpen bagi pengarang barangkali telah menjadi ajang latihan atau sebuah babak pendahuluan karena pada akhirnya juga akan menulis novel. Dengan kata lain, menulis cerpen dianggap batu loncatan  untuk kemudian menulis novel.

Cerita Lucu

Jika kita merunut sejarah sastra ke belakang, dapat kita ketahui bahwa pengarang yang mula-mula menulis cerpen ialah Muhammad Kasim (M. Kasim). Cerpen-cerpen M. Kasim itu  dipublikasikan di majalah Panji Pustaka pada tahun 1931 hingga tahun 1935. Oleh penerbit Balai Pustaka, cerpen-cerpennya itu kemudian dikumpulkan dalam satu buku  yang memuat 25 cerpen, dan diberi judul Teman Duduk Kumpulan cerpen ini terbit pertama kali pada tahun 1936.

Dalam sepatah kata kumpulan cerpen Teman Duduk (Cetakan IV, tahun 1959, hlm. 3) disebutkan bahwa judul Teman Duduk yang diberikan oleh M. Kasim itu terkait dengan cerita-cerita yang dapat dijadikan sebagai teman pada waktu duduk. Dengan cerpen-cerpennya itu M. Kasim tak hendak mencemooh atau bergirang hati . Itu sebabnya, di bawah judul Teman Duduk tertera keterangan ”kumpulan cerita-cerita lucu”.

Gaya humoristis yang dipilih oleh M. Kasim agaknya disadari sepenuhnya sebagai pendukung proses kreatifnya. Ini pernah dikemukakannya  melalui surat yang pernah dikirimkan kepada penerbit Balai Pustaka ketika menjawab usul penerbit Balai Pustaka agar cerita cerita-cerita lucunya yang tersebar di majalah Panji Pustaka  dikumpulkan.

Isi surat itu antara lain berbunyi demikian, “Menurut pendapat saya cerita-cerita yang menarik hati, ialah yang berisi percintaan, peperangan, perkara yang hebat, yang ajaib, yang sedih, dan yang lucu. Tetapi kegemaran akan perkara-perkara itu ada batasnya, bergantung kepada umur dan derajat jiwa seseorang. Hanyalah perkara-perkara lucu itu boleh dikatakan tidak ada batasnya. Orang yang telah berumur dan orang yang tinggi kecerdasannya pun masih suka kepadanya.”

Menurut Zuber Usman dalam Kesusastraan Baru Indonesia (1957: 54), M. Kasim sendiri rupanya menyadari bahwa kepandaiannya terutama sekali melukiskan cerita yang lucu-lucu. Sifat pandai bercerita dan suka akan yang lucu itu rupanya telah dibawanya sejak kecil benar. Masih jelas teringat kepadanya seorang gurunya di Kota Nopan dahulu yang sangat lucu dan pandai bercerita. Agaknya gurunya itulah yang menjadi contoh dan kenang-kenangan baginya dalam karangannya.

Cerita Rakyat

Apabila dikaji, cerita-cerita lucu yang ditulis oleh M. Kasim memiliki keterkaitan dengan kegemaran masyarakat lama akan cerita-cerita pelipur lara. Agaknya, M. Kasim secara sadar hendak melestarikan tradisi cerita rakyat itu dengan menulis cerita-cerita lucu yang mengangkat kehidupan keseharian masyarakat.

Di dalam masyarakat lama, di setiap daerah di seluruh Nusantara sudah dikenal luas beragam cerita lucu yang memiliki tokoh khas. Di Sumatera dikenal tokoh Pak Belalalng dan Lebai Malang, di Jawa Barat dikenal Si Kabayan, dan di Jawa Timur dikenal tokoh Joko Dolog. Tokoh-tokoh inilah yang kemudian berperan dalam sebuah bingkai cerita lucu yang diakibatkan oleh kebodohan, kecerdikan, kemalasan, kekecewaan, dan lain-lain.

Maka dalam Teman Duduk M. Kasim sengaja menyodorkan masalah-masalah tersebut dalam hidup kita sehari-hari. Ini, umpamanya, dikemukakan oleh M. Kasim  dengan menghadirkan tokoh  seorang kepala kuriah yang dalam bulan puasa suka marah-marah  dan suka memimpikan datangnya bedug Magrib saat berbuka puasa. Tokoh si Lengkong yang suka berang dan memarahi istrinya dalam bulan puasa, tokoh si Pukat yang suka mengganggu tetapi tak suka diganggu, tokoh Wan Kelang yang pelit tetapi terlanjur bernadar, dan lain-lain.

Upaya M. Kasim untuk menciptakan kelucuan juga ditopang oleh bahan-bahan yang berasal dari salah pengertian. Ini umpamanya, salah pengertian antara dua orang yang berasal dari Mandailing dan Minangkabau ketika menggunakan satu kata yang sama tetapi berbeda makna; salah pengertian karena tokoh Cik Mat tertukar dengan Mat Cik; salah pengertian karena tokohnya menanyakan soal bumbu di sebuah perusahaan  yang menjual bermacam-macam oto. Demikianlah, dengan berlandaskan sikap misunderstanding itulah M. Kasim berupaya menghadirkan cerita-cerita lucunya.

Karya Lain

Selain telah menghasilkan Teman Duduk, M. Kasim juga telah menulis buku bacaan anak-anak  Si Samin atau Pemandangan dalam Dunia Kanak-kanak (1928). Buku ini merupakan pemenang pertama lomba mengarang bacaan anak yang diselenggarakan oleh Balai Pustaka pada tahun 1924. Melalui buku ini M. Kasim melukiskan  kehidupan dunia anak-anak  dengan sangat indahnya.

Kasim juga telah menulis roman Muda Teruna (1922). Dengan gaya khasnya, yaitu humoristis, ia menggarap tema cinta dalam novel ini. Melalui buku ini M. Kasim menceritakan tokoh pemuda Marah Kamil yang tergila-gila kepada seorang gadis bernama Ani. Namun, sebelum hari perkawinan itu datang, Marah Kamil sempat bertualang.

Ajip Rosidi dalam Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969: 26) mengomentari novel ini dengan mengatakan bahwa roman ini memiliki banyak persamaan dengan hikayat lama, terutama komposisinya. Kesan sebagai hikayat ini juga muncul karena tokoh-tokoh utamanya mengalami  berbagai petualangan terlebih dahulu sebelum pada akhirnya berbahagia dengan kekasih idaman hatinya.

Kasim juga telah menerjemahkan buku berbahasa Belanda, In Woelige Dagen karya C.J. Kieviet menjadi Niki Bahtera dan De Vorst van Indie karya Lewis Wallace menjadi Pangeran Hindi. Selain itu, M. Kasim juga menulis kumpulan cerpen Bertengkar Berbisik (1929) dan Buah di Kedai Kopi (1930). Dengan sejumlah bukunya inilah maka  semakin kukuh kedudukan M. Kasim dalam organisme sejarah sastra Indonesia modern.

Kasim yang lahir di Muara Sipongi, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada tahun 1886 dan bekerja sebagai guru sekolah rakyat atau sekolah dasar hingga pensiun, layak disebut sebagai Bapak Cerpen Indonesia. Meskipun ia bertempat tinggal di daerah terpencil Kotanopan, Sumatera Utara dan meskipun ia bukan tergolong sastrawan yang tergabung dalam kelompok Pujangga Baru, ia tampak memiliki elan kreativitas yang ulet, konsisten, dan konsekuen dalam menulis cerpen.

Sebab, pada masa itu seolah-olah hanya mereka yang menulis roman atau novel sajalah yang diakui sebagai pengarang. Itulah sebabnya, sangat tepat  jika Ajip Rosidi dalam Cerita Pendek Indonesia (1959: 28) mengatakan bahwa cerita-cerita lucu M. Kasim memiliki arti dalam sejarah perkembangan kesusastraan Indonesia; ia adalah pembuka jalan dalam penulisan cerpen Indonesia.

Tags: bapak cerpen indonesiacerpencerpenism.kasimsejarah cerpen
ShareTweetSendShare
Previous Post

Bagaimana Laut Membuang Masa Kanak dan Remajamu?

Next Post

Puisi yang Mengantarkan Kematian

Syukur Budiardjo

Syukur Budiardjo

Penulis dan Pensiunan Guru ASN di DKI Jakarta. Alumnus Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Jurusan Bahasa Indonesia IKIP Jakarta. Menulis artikel, cerpen, dan puisi di media cetak dan daring. Menulis buku kumpulan puisi Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu Lelaki Datang (2018), Demi Waktu (2019), Beda Pahlawan dan Koruptor (2019), buku kumpulan esai  Enak Zamanku, To! (2019), dan buku nonfiksi Strategi Menulis Artikel Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan Sebagai Pengembangan Profesi Guru (2018). Akun Facebook, Instagram, dan Youtube menggunakan nama Sukur Budiharjo.

Artikel Terkait

Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial
Sosok

Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial

30 November 2022

Anthony Giddens adalah mantan Direktur London School of Economics (LSE) yang tercatat sebagai salah satu sosiolog penting dunia menjelang akhir...

Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam
Sosok

Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam

10 Maret 2022

Setelah meninggalnya Nabi saw., Islam dipimpin oleh Khulafa’ al-Rasyidun dan diikuti oleh beberapa dinasti selanjutnya mulai dari Umawiyyah, Abbasiyah, sampai...

Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia
Sosok

Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia

16 Februari 2022

Arsitek Revolusi Islam, begitulah kata M. Dawam Rahardjo untuk Ali Syari’ati dalam tulisan kecilnya berjudul Ali Syari’ati: Mujahid Intelektual di...

Menyikapi Pemikiran Barat Seperti Jamaluddin al-Afghani
Sosok

Menyikapi Pemikiran Barat Seperti Jamaluddin al-Afghani

31 Januari 2022

Modernisme Barat adalah masa yang sangat berbeda bagi masyarakat Islam, setelah pada masa sebelumnya selalu ada keterkaitan yang masih bisa...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Pendidikan, Multiple Intelligences dan Persoalan Era Digital

Pendidikan, Multiple Intelligences dan Persoalan Era Digital

25 Juni 2021
Dua Lelaki

Dua Lelaki

23 April 2021
Menyikapi Pemikiran Barat Seperti Jamaluddin al-Afghani

Menyikapi Pemikiran Barat Seperti Jamaluddin al-Afghani

31 Januari 2022
Alasan Kenapa Self-Love Sulit Dilakukan

Alasan Kenapa Self-Love Sulit Dilakukan

29 Oktober 2021
Kultur Musiman

Kultur Musiman

1 Oktober 2021
Buron dan Segelas Es Teh

Buron dan Segelas Es Teh

26 Maret 2022
Gambar Artikel Kenangan yang Kusimpan Dalam-dalam

Kenangan yang Kusimpan Dalam-dalam

2 November 2020
Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

30 April 2023
Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

5 Juli 2022
Gambar Artikel Abu Zayd Al-Balkhi: Ulama Psikologi yang Jarang Diketahui

Abu Zayd Al-Balkhi: Ulama Psikologi yang Jarang Diketahui

15 Januari 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (216)
    • Cerpen (54)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.