• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 13 September 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Event Reportase

Truk Berlin: Bincang Cerpen Karya Hassan Blasim

Catatan Kegiatan Reading Club PPM Aswaja Nusantara

M. Naufal Waliyuddin by M. Naufal Waliyuddin
26 Mei 2023
in Event, Reportase
1
Truk Berlin: Bincang Cerpen Karya Hassan Blasim

Poster Kegiatan "Reading Club" PPM Aswaja Nusantara | 24 Mei 2023

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Yogyakarta, pada Rabu 24 Mei 2023 telah dilaksanakan agenda rutin bincang buku oleh Reading Club Pesantren Pelajar-Mahasiswa (PPM) Aswaja Nusantara. Tepatnya, di asrama daerah Baciro yang mayoritas dihuni mahasiswa UIN Sunan Kalijaga.

Kegiatan kali ini membahas cerpen karya seorang penulis sekaligus sutradara kelahiran Baghdad – Irak, Hassan Blasim, berjudul “Truk Berlin”. Materi disampaikan oleh Nabil, alumni prodi Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga, sehingga tak heran jika ia dapat mengakses cerpen tersebut dari versi bahasa Arab langsung.

Nabil sedang menyampaikan materi | Sumber Foto: ©Dani Yot

Dalam prosesnya, Nabil membabarkan biografi ringkas Hassan Blasim terlebih dahulu sebelum masuk ke isi cerpen. Nabil menjelaskan bahwa Hassan Blasim, pengarang yang lahir 1973 ini, selain menulis cerpen ia juga menggarap novel dan sinematografi. Latar ceritanya kerap memotret realitas yang sarat konflik, tragedi dan kegetiran yang ada di Irak. “Gaya penceritaanya,” tutur Nabil, “cukup berbeda dengan penulis segenerasinya.”

Hassan Blasim seperti mampu menyisipkan unsur kemasygulan, ambiguitas, dan ragam keanehan dalam setiap karangannya. Lewat cerpen “Truk Berlin” sendiri, misalnya, Hassan memintal kisah perjalanan orang-orang yang bermigrasi ke luar negeri karena keadaan negara yang tidak menentu, kelaparan di mana-mana, tidak stabil, kebak rasa panik, dan konflik yang tak kunjung usai. Dan cara termurah untuk kabur keluar negeri adalah dengan penyelundupan. Di sinilah keseruan cerita sekaligus deskripsi Hassan semakin tajam.

Peserta bincang buku sedang menyimak | Foto oleh: ©Dani Yot

Rombongan truk Berlin berisi 35 pemuda Irak yang dibantu penyelundup untuk kabur via jalur darat. Perjalanan memakai truk muatan buah ekspor dari Istanbul menuju Berlin. Setiap orang dikenakan 4000 dolar sebagai ongkos. Penyelundupnya kebetulan seorang Haji bernama Ibrahim, yang sudah pergi haji tiga kali berkat pekerjaan gelap itu–secuplik potret masygul khas Hassan Blasim.

Alur cerita dibalut pengarang dengan deskripsi penuh ketengangan. Orang-orang tidak diperkenankan keluar bak seenaknya–maklum, penyelundupan. Tanpa ponsel, kencing di botol, menahan napas begitu memasuki perbatasan antarnegara, dan mereka harus tetap tenang.

Kembara gelap itu membutuhkan waktu berhari-hari. Bekal seadanya, minum pas benar-benar haus. Sirkulasi udara pun hanya lewat satu lubang kecil. Memasuki hari ketiga, kepanikan mulai menjalar. Esoknya, terjadi chaos. Ada yang menggedor-gedor, ada teriakan, jerit-menjerit. Suara minta tolong yang sia-sia, misuh, ada pula yang baca ayat suci Al-Quran. Rasa cemas memuncak.

Cerita lantas ditutup dengan nuansa kengerian. Tentara Serbia menemukan truk itu di tengah hutan. Mereka membuka truk dan mendapati satu ‘orang gila’ melompat keluar, berjalan dengan empat kaki seperti serigala–dengan kedua tangannya–lantas lari ke belantara hutan. Di dalam bak truk itu, tercecer 34 mayat yang tak lagi berbentuk. Tumpukan mayat itu tercabik-cabik, bukan karena senjata tajam, melainkan seperti habis diterkam dan dikoyak hewan buas. Bak truk itu dipenuhi darah, kencing, organ dalam yang robek berceceran, mata yang copot, dan semua wujud bekas kekejaman binatang buas. Semua menjadi seperti adonan yang terdiri dari daging, darah, dan tai.

***

Menyambut penceritaan dan pembahasan cerpen itu, salah satu peserta memberi tanggapan. Potret dalam cerpen tersebut seakan mengembalikan ingatan pada ungkapan Thomas Hobbes: homo homini lupus. Manusia bagi manusia lain adalah serigala. Di sini, komentarnya, secara tidak langsung Hassan Blasim seolah mempertegas bahwa “ketika orang lapar, mereka tidak bisa berpikir rasional.” Tidak aneh jika ada yang menjadi serigala salah satu dari 35 orang di truk.

Tanggapan dan pertanyaan lain muncul. Peserta reading club, yang juga mayoritas mahasiswa dengan jurusan berbeda-beda ini, ikut urun rembug perspektif dari sisi sastra, psikologi Abraham Maslow, hingga konteks sosial-politik imigrasi dan mafia perdagangan orang.

Bincang buku kali ini dipuncaki dengan pertanyaan soal kiat-kiat menulis yang dapat diperas dari cerpen Hassan Blasim dan rekomendasi bacaan lainnya bagi teman-teman yang awam dalam dunia sastra. Sebagian besar hadirin diskusi menyebutkan judul-judul buku favorit, nama penulis, dan saling bertukar rekomendasi.

Kegiatan ini dilangsungkan rutin sebagai ajang saling-tukar pengetahuan dan bacaan, sekaligus wahana latihan untuk mahasiswa dan anak muda lainnya dalam mempresentasikan bacaannya ke teman sejawat. Pemantik dan moderatornya ditunjuk secara bergilir dengan tema dan buku yang dipilih sendiri sesuai selera. Harapannya, dengan agenda rutin reading club ini, PPM Aswaja Nusantara dapat mewadahi potensi mahasiswa sekaligus rehat sejenak dari distraksi medsos, game, dan aneka hiburan sejenis.

Peristiwa semacam ini, secara tak langsung, turut menambah daftar inisiatif literasi sipil yang, sekalipun kecil, telah ikut menularkan semangat baca dalam diri mahasiswa. Saya sebagai seorang asing yang menyelundup masuk dan ikut menyimak pun turut senang dan mendukung–minimal lewat upaya dokumentasi kecil ini.[]

Tags: diskusieventklub bacaliterasireportasesastra
ShareTweetSendShare
Previous Post

Sandalku Dicuri Tuhan | Puisi-puisi Widya Prayoga T.

Next Post

Perihal Wajah Asing di Kereta

M. Naufal Waliyuddin

M. Naufal Waliyuddin

Tim Redaksi Metafor

Artikel Terkait

Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
Reportase

Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan

29 Juli 2025

Sulit dibayangkan sebelumnya bahwa sebuah manga asal Jepang bisa menjadi bahan diskusi serius dalam forum akademik luar ruangan dan komunitas,...

Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
Reportase

Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

15 Juni 2025

"Rasionalitas mitos itu jangan disepelekan." —Sindhunata, Mahanani, 4 Juni 2025 Saat Romo Sindhu mengucapkan itu, seketika saya terhenyak. Sedikit merinding....

Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
Reportase

Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta

24 Mei 2024

METAFOR.ID - Yogyakarta | Pada Kamis, 23 Mei 2024 Forum Buku Berjalan Indonesia ikut merayakan Hari Buku Nasional di Yogyakarta....

Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
Reportase

Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival

21 Mei 2024

METAFOR.ID | KEDIRI – Bertepatan dengan Hari Buku Nasional 2024, Taman Baca Mahanani yang didukung oleh sejumlah komunitas menyelenggarakan "Mahanani...

Comments 1

  1. Ping-balik: Truk Berlin: Bincang Cerpen Karya Hassan Blasim – Pesantren Pelajar Mahasiswa Aswaja Nusantara

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Pergi

Pergi

25 Maret 2021
Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam

Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam

10 Maret 2022
Bagaimana Laut Membuang Masa Kanak dan Remajamu?

Bagaimana Laut Membuang Masa Kanak dan Remajamu?

25 Februari 2021
Gambar Artikel Pesona dan Kuliner Kepulauan Anambas

Pesona dan Kuliner Kepulauan Anambas

19 November 2020
Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?

Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?

24 Juli 2025
Gambar Artikel Serba Serbi Kota Kupang. Bundaran PU.

Serba-Serbi Kota Kupang

5 Desember 2020
Gambar Artikel Ada Apa dengan Pak Prabowo Subianto?

Ada Apa dengan Pak Prabowo Subianto?

31 Desember 2020
Bukti Pemerintah Serius Menangani Pandemi Covid-19

Bukti Pemerintah Serius Menangani Pandemi Covid-19

9 Agustus 2021
Transformasi Standar Berkat Gendurenan di Era Revolusi Industri 4.0

Transformasi Standar Berkat Gendurenan di Era Revolusi Industri 4.0

13 Januari 2022
Mengenali Karakter Orang Lewat Tulisan Tangan

Mengenali Karakter Orang Lewat Tulisan Tangan

27 Februari 2023
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (214)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (141)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (71)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.