Belum lama ini, saya mengerjakan tugas kelompok bareng teman-teman. Kami mengerjakan tugas kuliah yang banyak banget, padahal dalam kuliah daring kaya gini harusnya tugas kuliah sedikit, bahkan nggak ada malahan.
Alasannya, masa pandemi kaya gini harusnya lebih mentingin kesehatan, terkhususnya kesehatan mental saat kuliah. Bayangkan, situasi kaya gini sudah stress menghadapi pandemi Covid-19, ditambah tugas kuliah seabrek begitu. Gimana nggak pusing kepala mahasiswa, pak?
Saat ngerjain tugas kelompok, kan, kurang afdol dong kalo nggak dikancani makanan dan minuman. Kami pun berinisiatif buat beli jajanan melalui aplikasi ojol. setelah scroll ke atas dan ke bawah akhirnya kami pun menentukan pilihan menunya. Kesepakatan dari musyawarah cilik-cilikan itu pun menghasilkan pilihan memesan tahu walik dan es teh.
Selang beberapa menit, ojol pun datang. Saya bergegas ke depan untuk mengambil jajanan dan minuman yang sudah kami pesan. Saat proses transaksi itu, saya membayar pakai tangan kanan, dan saya secara refleks mengambil pesanan tadi dengan memakai tangan kiri.
Lalu, saat makanan dan minuman saya antarkan ke teman-teman yang lagi ngerjain tugas kelompok. Eh, jebul ada teman saya yang lihat saya mengambil makanan tadi pakai tangan kiri. “Nganggo tangan sing apik toh, Lim,” begitu kata seorang teman saya yang menegur saya. Lalu, saya pun menjawab, “Sepurane, mau aku refleks e nganggo tangan kiwo”.
Gara-gara kejadian itu, saya pun bertanya-tanya: apakah tangan kiri itu begitu buruknya? Sampai-sampai masyarakat kita begitu anti terhadap orang yang pakai tangan kiri. Lalu bagaimana dengan orang yang kidal? Otomatis hampir semua kegiatannya menggunakan tangan kiri.
***
Saya sengaja pakai tangan kiri saat mengambil pesanan itu. Ya, karena saya orangnya bertipe semi-semi kidal gitu saat melakukan aktivitas. Lagi pula, saya merasa kekuatan tangan saya malah lebih kuat tangan kiri daripada tangan kanan.
Hal itu bisa saya rasakan ketika memegang sesuatu. Misalnya dalam hal bermain badminton, saya menggunakan tangan kiri dalam olahraga tersebut. Bahkan lebih kuat dan mudah pakai tangan kiri daripada tangan kanan. Sebaliknya, kalau pakai tangan kanan mah, saya merasa nggak ada tenaga dan lihainya dalam permainan namplek-namplekan itu.
Uniknya, walaupun hampir semua aktivitas saya pakai tangan kiri, tetapi saat menulis saya tetap menggunakan tangan kanan sebagai sumber kekuatan utama dalam aktivitas catat-mencatat tersebut. Malahan, saya nggak bisa pakai tangan kiri dalam aktivitas menulis. Alhasil, teman saya pun menyebut saya sebagai manusia yang unik.
Selain menulis, dalam kegiatan makan dan minum pun, saya selalu memakai tangan kanan sebagai tumpuan utama dalam membantu aktivitas menyambung hidup manusia itu. Sehingga, ada aktivitas tertentu yang biasanya saya gunakan dengan tangan kanan atau malah dengan tangan kiri.
Kalo dipikir-pikir pakai tangan kiri itu banyak hal baiknya, loh. Pasti pada nggak percaya kan kalo ada hal positif yang bisa kita maksimalkan tangan kiri kita. Ya, karena dari kita kebanyakan tidak sadar hal baik yang sering kita lakukan pakai tangan kiri tersebut.
Padahal, hampir semua orang memakai arloji menggunakan tangan kiri. Ini menjadi salah satu hal baik, yang bisa kita dapatkan saat menggunakan tangan kiri. Ya, karena mayoritas kita kurang memperhatikan ihwal di balik pemakaian arloji itu. Eh ternyata, peranan tangan kiri sangat berguna banget.
Bayangkan coba, kalo kita memakai arloji menggunakan tangan kanan. Terus, ketika ada orang yang semua aktivitasnya memakai tangan kanan sebagai tumpuan utamanya. Dan saat ia sedang melakukan aktivitas menulis, harus mandek dilit (berhenti dulu) gara-gara pengen melihat jam berapa sekarang. Tentunya ra cocok blas lah….
Selain itu, tangan yang divaksin covid-19, kan pakai tangan kiri. Tentu sudah seharusnya mulai sekarang kita menganggap tangan kiri itu apik. Ya, gimana nggak baik coba?! Kalo nggak tangan kiri, herd immunity kita nggak bakal sebagus sekarang. Dan pasti semakin meningkat kasus Covid-19 di negeri kita tercinta ini.
Kasihan, loh, tangan kiri tuh, rela ditusuk dengan jarum yang tajam demi kesehatan tubuh kita. Gimana sakitnya jarum itu menusuk lapisan kulit luar tangan kiri kita, tapi malah dianggap buruk terus sama masyarakat kita. Di samping itu juga, bahkan, ada atlet bulutangkis Indonesia yang berprestasi pakai tangan kiri. Dia adalah Flandy Limpele, yang berhasil meraih medali perunggu pada Olimpiade tahun 2004 di Athena. Serta memperoleh juara 1 Yonex Sunrise India Open 2009.
Coba bayangkan, Limpele nggak pakai tangan kiri, sudah pasti nggak bakal menang. Bahkan, nyaris mustahil dapat juara. Yakin, deh, percaya sama saya.
Lalu, apakah kita masih menganggap pakai tangan kiri itu buruk? Sudah waktunya bagi kita untuk tidak mempersoalkan hal-hal kecil, yang kurang penting itu. Malahan, gara-gara hal sepele kaya gitu, bisa memantik jadi masalah yang lebih besar.[]