• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Selasa, 26 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Milenial Kelana

Serba-Serbi Kota Kupang

Abdir Rohman Al-Hamdany by Abdir Rohman Al-Hamdany
5 Desember 2020
in Kelana
3
Gambar Artikel Serba Serbi Kota Kupang. Bundaran PU.

Bundaran PU (dokumentasi kontributor)

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Sudahkah kamu familiar dengan Kota Kupang? Bukan Kupang makanan khas Jawa Timur yang komposisinya dari kerang-kerang kecil dan lontong itu, lho. Yaps, Kota Kupang yang kumaksud adalah Ibu Kota Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur).

Jika kalian membayangkan NTT hanya lahan-lahan kering saat musim panas, kamu salah besar. Di Kota Kupang kamu masih akan menemui kemewahan seperti Mall (Lippo dan Transmart). Ada juga Hypermart dan restoran standar kota besar lainnya.

Layaknya kota besar pada umumnya, angkutan publik juga banyak di sini. Yaaa meskipun hanya melayani sekitar Kota Kupang. Tapi kalau kamu ingin mengunjungi kabupaten lain di Provinsi NTT (khususnya di Pulau Timor), tenang saja, masih ada bus antarkota yang bentuknya mirip metromini di Kota Metropolitan Jakarta.

Meskipun penampakan busnya tidak cukup meyakinkan, namun jangan salah, hampir setiap bus yang mengantar ke beberapa Kabupaten di Pulau Timor (Soe, Kefamenanu, Atambua, dll.) selalu membawa 1-2 motor yang diangkut di belakang dengan diikat menggunakan tali. Metromini di Jakarta mana ada yang sekuat itu, heheu.

Bus Antarkota di Pulau Timor
Bus antarkota di Pulau Timor

Provinsi NTT merupakan provinsi yang terdiri dari beberapa kepulauan. Akan tetapi pulau-pulaunya cukup besar (tidak seperti di Kepulauan Riau, di cerita travelling saya sebelumnya). Ada 3 pulau utama di Provinsi NTT, Pulau Timor, Pulau Flores, dan Pulau Sumba. Kota Kupang di Pulau Timor.

Di Pulau Timor ini, ada 2 negara, di bagian barat merupakan bagian dari NKRI, di bagian timur merupakan Negara Timor Leste. Oleh karena itu sering disebut sebagai Timor Timur. Jika dibandingkan dengan Pulau Jawa, luas Pulau Timor ini hampir sama dengan Provinsi Jawa Tengah, hanya saja daratannya lebih memanjang. Tidak aneh kalau perjalanan darat antarkabupaten/kota di NTT memakan waktu yang cukup lama. Dan ini yang saya sesalkan selama sekitar 3 minggu di Kota Kupang: saya tidak bisa menyempatkan berkunjung ke batas terluar NKRI di Atambua (kota kecil yang berbatasan dengan Timor-Leste).

Saya dan tim tinggal di kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, tepat di jantung Kota Kupang. Saya menganggap jantung kota karena ada Bundaran PU yang merupakan ikon Kota Kupang di dekat penginapan kami. Selain itu, Bandara El Tari Kupang juga hanya sekitar 10 menit dari penginapan kami. Kota Kupang—dan Provinsi NTT secara keseluruhan—didominasi dengan masyarakat berkeyakinan Nasrani (Kristen Protestan maupun Katolik). Bagi umat muslim, tentu cukup “tricky” untuk membeli makanan sehari-hari.

Selama bertugas di Kota Kupang, kami (yang merasa muslim) memakai patokan penjual warung atau tempat makannya menggunakan kerudung atau berasal dari suku Jawa. Beruntungnya, karena tinggal di pusat kota, sejumlah tempat makan memberikan informasi di banner-banner depan tempat makan tersebut. Jika tempat makan tersebut menjual produk olahan babi ataupun “RW” (daging anjing, sebutan orang Kupang) maka akan tertulis “Non-Halal” di depan warung itu.

Kenapa tidak ditulis “Haram”? Inilah yang saya sukai di Kota Kupang. Menurut saya pemilihan kata Haram tampak lebih keras dibanding Non-Halal. Toleransi antarumat beragama sangat dijunjung tinggi di Kota Kupang. Karena dalam anggota tim saya yang heterogen (3 orang Muslim, 1 orang Kristen, 1 orang Katolik, dan 1 orang Budha), beberapa kali kita berpisah saat makan. Ada tim Halal, ada Tim non-halal. Heheu.

Bagi kamu pecinta kuliner Indonesia, makanan khas NTT juga patut dicoba. Salah satu khas NTT yang paling populer ialah Sei (re: se’i). Sei adalah daging yang dibakar dengan asap. Perbedaan dengan daging bakar yang lain, sei dibakar dengan jarak yang agak jauh dari apinya. Daging sei matang oleh asap panas yang dihasilkan selama pembakaran. Di restoran maupun toko oleh-oleh di Kota Kupang, tersedia dua macam sei, yakni Sei Babi dan Sei Sapi. Tinggal pilih saja, insyaAllah keduanya sama-sama enak.

Jajanan di Kota Kupang, Pedaagang Salome
Pedagang Salome (jajanan di Taman Nostalgia Kupang)

Meski kata teman saya lebih enak Sei Babi, tapi karena saya tidak bisa mencoba, mau bagaimana lagi. Heheu. Selain Sei, kamu juga bisa menikmati salome “Tamnos” (Taman Nostalgia). Salome adalah makanan khas NTT yang berbentuk seperti bakso, yang membedakan hanya salome ini akan dilumuri telor terlebuh dahulu, lalu digoreng dan disajikan dengan bumbu kacang. Meskipun salome terbuat dari bahan yang halal (tepung terigu dan daging sapi), namun beberapa orang muslim cukup berhati-hati karena bisa saja selama pengolahan bahan makannya, menggunakan wadah bekas daging babi.

***

Sebagai ibu kota Provinsi NTT, Kota Kupang selalu ramai dengan angkutan umum. Angkutan publik di kota ini cukup unik: dihiasi banyak stiker, dan di dalamnya ada “sound box” untuk bermusik ria. Alhasil angkutan umum di kota ini seperti diskotik berjalan dengan irama lagu-lagu khas NTT. Jika tiba saat berhenti di lampu merah, rasanya ingin berjoget saja. Hahaa. Selama di Kota Kupang ini, saya jadi suka mendengarkan lagu seperti, “Kaka Main Salah”, “Jaga Orang Pu Jodoh”, dan “Masa Gara-Gara Masalah Sepele”.

Lagu orang NTT cukup unik, karena hampir semua lagu selalu diselingi dengan rap. Uniknya lagi, rappernya menggunakan bahasa NTT (bahasa yang disingkat-singkat), meski susah diikuti, tapi masih enak untuk dinikmati.

Seperti yang kita tahu, NTT termasuk provinsi yang cukup panas. Bahkan di provinsi ini ada peraturan daerah tentang libur musim panas. Di pertengahan hingga akhir bulan Oktober, hampir seluruh sekolah di Kabupaten/Kota di Provinsi NTT akan diliburkan selama 7 hari. Menurut sumber, libur musim panas diadakan karena cuaca yang sangat terik di Provinsi NTT.

Sebagai daerah dengan mayoritas non-Muslim, nilai norma dan budaya di Kota Kupang tentu sedikit banyak berbeda dengan di Pulau Jawa. Termasuk perihal berkeluarga, perbedaan sangat mencolok di kota ini. Pernikahan yang dianggap sah dan tercatat di kota ini adalah nikah gereja, di mana kedua mempelai dinikahkan di gereja oleh pendeta. Namun karena faktor sosioekonomi dan pendidikan, banyak sekali warga di kota ini yang pernikahannya tidak tercatat bahkan tanpa status pernikahan.

Menurut beberapa sumber, salah satu penyebab banyaknya pernikahan tidak tercatat adalah karena mempelai laki-laki harus memenuhi “belis” (mahar dalam bahasa NTT) yang diminta mempelai wanita yang sering kali nominalnya cukup besar. Selain itu, karena tingkat pendidikan yang rendah, kesadaran masyarakat Kota Kupang terkait penyakit IMS (infeksi menular seksual) sangat rendah. Barangkali atas faktor itulah, pergaulan bebas di kota ini seperti hal wajar. Bahkan ada keluarga yang mengaku mereka tidak menikah, hanya “kumpul kebo” saja, dan sudah memiliki anak. Oleh karena itu, kasus HIV/AIDS di kota ini cukup tinggi.

Acara Pesparani (Pesta Paduan Suara Rohani) Katolik Kota Kupang 2019
Acara Pesparani (Pesta Paduan Suara Rohani) Katolik Kota Kupang 2019

Meski banyak nilai-nilai norma yang berbeda dengan daerah mayoritas muslim, toleransi antarumat beragama di Kota Kupang patut diacungi jempol. Saat saya bertugas di sana, kebetulan sedang ada kegiatan Pesparani (Pesta Paduan Suara Rohani) dari perkumpulan gereja se-Kota Kupang. Pada pembukaan acara Pesparani, ternyata turut mengundang salah satu grup hadroh yang terdiri dari ibu-ibu majelis taklim di Kota Kupang. Sebuah kejadian yang jarang atau bahkan tidak kita temui di Pulau Jawa.

Yang terakhir, oleh-oleh (non-makanan) khas Provinsi NTT yang paling populer adalah kain tenun. Hampir setiap pulau, bahkan setiap jengkal daerah di NTT memiliki motif tenun yang khas. Karena Kota Kupang terletak di Pulau Timor, maka kamu akan banyak menemui kain tenun motif Timor.

Kain tenun khas NTT ini harga nya beragam, mulai dari Rp.25.000 hingga jutaan rupiah. Bentuknya pun beragam, mulai dari tenun ikat, selendang, hingga kain dengan luas 1 x 1,5 meter yang biasa dipakai untuk membuat baju. Ada juga yang sudah berbentuk aksesoris seperti tas, baju rompi, topi atau kopyah, dompet dan lain-lain. Kain tenun dengan bahan dan pewarna alam biasanya memiliki harga yang lebih mahal, karena proses pembuatanya yang cukup lama, bisa memakan waktu 1-2 bulan.

Keunikan Kota Kupang : Kain Tenun Ikat Khas NTT
Kain Tenun Ikat Khas NTT

Beruntung jika kamu mengunjungi Kota Kupang, karena tentu kamu akan menemui banyak motif kain tenun dari berbagai daerah di NTT. Sebagai ibu kota Provinsi NTT, maka banyak perantau dari berbagai daerah atau pulau lain yang mengadu nasib di Kota Kupang ini. Bisa dibilang ‘Jakartanya’ NTT lah. Tidak heran jika motif kain tenun dari berbagai daerah di NTT juga mudah kita temukan di Kota Kupang.

Sekian cerita serba-serbi Kota Kupang. Nantikan cerita wisata di beberapa pulau di NTT lainnya. See you…[]

Baca juga tulisanku tentang Kota Kupang di Berkelana di Kota Kupang .

Tags: IndonesiaKota KupangNTTpesonatoleransitraveling
ShareTweetSendShare
Previous Post

Lelaki yang Melukis di Waktu Senggang

Next Post

Berguru pada Sherlock Holmes

Abdir Rohman Al-Hamdany

Abdir Rohman Al-Hamdany

dokter lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kini sedang mengabdi di Ponpes Amanatul Ummah dan Internship di Puskesmas Pacet, Mojokerto. Fans Juventus sejak masih sperma.

Artikel Terkait

Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
Kelana

Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi

9 Agustus 2025

Narasi canggih soal kopi di coffee shop terdengar terputus dari asalnya: alas. Rasa yang belum menyatu itu menyembulkan sebuah ide...

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata
Kelana

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

5 Juli 2022

Belanda, mungkin negeri ini tidak asing bagi orang Indonesia mulai dari yang tua sampai yang muda. Terlebih bagi saya. Dalam...

Perbedaan Sikap dan Budaya Orang Jerman dan Indonesia
Milenial

Perbedaan Sikap dan Budaya Orang Jerman dan Indonesia

24 Maret 2022

Sebelumnya saya pernah menulis tentang bagaimana proses panjang perjuangan menuju Jerman dan menjalani kehidupan di sana--teman saya juga pernah menuliskan...

Proses Menuju dan Lika-Liku Menjalani Hidup di Jerman
Kelana

Proses Menuju dan Lika-Liku Menjalani Hidup di Jerman

17 Desember 2021

The Law of Attraction atau mungkin juga berkat dari Tuhan. Ini adalah yang aku rasakan setelah aku bisa menginjakkan kaki...

Comments 3

  1. Ping-balik: Gurun Pasir di Indonesia: Pesona Gumuk Pasir Oetune - Metafor.id
  2. Ping-balik: Air Terjun Temburun dan Pulau Temawan - Metafor.id
  3. Ping-balik: Wisata di Kupang - Berkelana di Kota Kupang - Metafor.id

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Embun Asing Bagimu

Embun Asing Bagimu

15 November 2020
Ayangophobia pada Buku “Manusia Adimanusia”

Ayangophobia pada Buku “Manusia Adimanusia”

6 Maret 2022
Mengotak-atik Singkatan Merk Rokok

Mengotak-atik Singkatan Merk Rokok

5 Maret 2021
Revolusi Kurikulum

Revolusi Kurikulum

13 Desember 2021
Burung Pipit

Burung Pipit

6 April 2021
Fafifu John Mayer

Fafifu John Mayer

16 Maret 2021
Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?

Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?

24 Juli 2025
Gambar Artikel Membersihkan Luka dengan Alkohol Vs Air Bersih

Membersihkan Luka dengan Alkohol Vs Air Bersih

23 November 2020
Anosmia Bukan Insomnia, Apalagi Amsenia

Anosmia Bukan Insomnia, Apalagi Amsenia

18 Februari 2021
Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

4 April 2022
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (213)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.