• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Senin, 11 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Esai

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna

Kukuh Basuki Rahmat by Kukuh Basuki Rahmat
5 Agustus 2025
in Esai
0
Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna

Ilustrasi Martin Krastev | Sumber: Pinterest

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Malam itu, saya belum ingin tidur cepat. Hingga lewat tengah malam dan hari berganti (Rabu, 23 Juli 2025) saya duduk di sofa sambil scrolling media sosial. Hingga sekitar pukul 2 dini hari, saya melihat banyak sekali akun yang memposting wajah Ozzy Osbourne. Saya kira itu adalah berita kelanjutan dari konser perpisahannya yang dilaksanakan beberapa hari yang lalu. Sejenak gembira. Namun, saya salah. Usai membaca captionnya lebih cermat, saya baru menyadari itu adalah berita duka.

Bagi saya, berita itu cukup memukul. Pertama, saya baru saja menyelesaikan sebuah artikel tentang musik metal yang dari sana saya jadi tahu peran sentral Black Sabbath dan Ozzy Osbourne dalam berkibarnya genre musik metal. Bersama Led Zeppelin, mereka seperti “peletak fondasi” musik metal di seluruh dunia. Pengaruh Ozzy seolah tak lekang dimakan waktu walaupun musik metal telah berkembang dan melahirkan bermacam-macam subgenre. Setelah tulisan ini terbit, rasa kagum saya terhadap Ozzy Osbourne semakin bertambah.

Kedua, berita tentang konser perpisahannya yang dilaksanakan di Villa Park. Kandang tim sepak bola Aston Villa itu sekaligus tempat yang sangat dekat dengan awal terbentuknya band Black Sabbath. Selain cukup emosional dan sentimental, konser itu seperti sebuah komitmen Ozzy Osbourne terhadap heavy metal. Sebaliknya, antusiasme penonton dari berbagai generasi yang memenuhi konser bertajuk Back to The Beginning itu menegaskan posisi Ozzy Osbourne sebagai ikon metal sepanjang masa. Dan ironisnya saya hanya bisa melihat cuplikan-cuplikannya di berbagai akun media sosial dan belum berhasil menemukan video utuh dari konser tersebut.

Sayang sekali, berita kematian itu ternyata datang lebih cepat daripada usaha saya untuk dapat menonton konser terakhir Prince of Darkness tersebut. Sebuah kenyataan pahit yang saya alami secara tiba-tiba. Pada hari kematiannya, saya hanya membagikan ulang beberapa unggahan dukacita dari berbagai akun Instagram sambil menuliskan “Perfect Farewell, Goodbye Ozzy Osbourne…” sambil sedikit menangis karena kehilangan satu lagi ikon musik rock yang sedikit banyak mempengaruhi hidup saya.

Osbourne dalam Ingatan Saya

Sebagai penggemar musik rock sejak kecil, saya pastinya tak asing dengan nama Ozzy Osbourne. Hanya saja, kalau boleh jujur, saya baru benar-benat “mengikuti” Ozzy Osbourne sewaktu SMA. Saat itu kanal musik MTV menayangkan The Osbournes, sebuah reality show yang menyorot kehidupan sehari-hari keluarga Ozzy Osbourne. Dari acara inilah kesenjangan usia saya dengan Ozzy teratasi. Saya bisa melihat Ozzy dan keluarganya lebih dekat.

Pada waktu yang bersamaan, beberapa lagu dari Ozzy Osbourne ataupun Black Sabbath mulai sering diputar di MTV. Dari situ, ingatan saya kembali ke era ayah saya masih sering memutar kaset-kaset pita koleksinya pada saat saya SD. Kala itu satu dua lagu Ozzy Osbourne dan Black Sabbath terdengar walaupun waktu itu belum tahu itu lagu siapa dan judulnya apa. Satu yang teridentifikasi sangat familier dalam telinga saya adalah Changes, single bercorak balada yang terangkum dalam album “Black Sabbath Vol. 4” (1972).

Di waktu yang belum jauh juga, anak perempuan Ozzy, Kelly Osbourne, mulai meniti karir di panggung musik. Walaupun waktu itu lagu-lagunya lebih dekat ke pop punk ala Avril Lavigne daripada metal, spirit ayahnya tidak benar-benar hilang dari dirinya. Hal itu ditegaskan dalam video klip single pertamanya, Shut Up, ada scene Kelly menggigit permen coklat berbentuk kelelawar. Itu mengingatkan kita pada insiden ketika Ozzy Osbourne tidak sengaja menggigit bangkai kelelawar di atas panggung yang dikiranya sebuah mainan pada sebuah konsernya di Iowa tahun 1982. Kelly juga merilis single terkenal milik ayahnya yaitu Changes pada tahun 2003.

Jejak Musikalitas Ozzy

Mengenal musik heavy metal melalui Sepultura, Iron Maiden, dan Napalm Death membuat saya mau tidak mau dekat dengan Ozzy Osbourne–walaupun bukan fans berat. Semua personel Sepultura sangat nge-fans Black Sabbath dan Ozzy Osbourne. Bahkan pada tahun 1994 Sepultura ikut meramaikan album “Nativity in Black: A Tribute to Black Sabbath”. Dalam album kompilasi itu Sepultura membawakan Symthom of the Universe, lagu dari Black Sabbath yang dirilis pada tahun 1975.

Iron Maiden pun sangat terpengaruh oleh Black sabbath dan terlihat pada karya-karyanya. Dalam wawancaranya dengan media Consequence, Steve Harris, basis Iron Maiden mengakui bahwa ia mendengarkan Black Sabbath saat ia masih sekolah. Ia bahkan menganggap album Paranoid (1970) yang membuatnya ingin bermain musik. Selain itu, vokalis Iron Maiden, Bruce Dickinson, bersama Godspeed pada tahun 1994 juga pernah meng-cover Sabbath Bloody Sabbath, lagu Black Sabbath tahun 1973 yang diambil dari album dengan judul yang sama.

Sementara band grind metal Napalm Death adalah band asal kota Birmingham, kota kelas pekerja sekaligus tempat lahir Ozzy Osbourne dan band Black Sabbath. Kesamaan letak geografis, lingkungan sosial, dan juga kondisi politik membuat mereka mempunyai semangat yang sama dalam berkarya. Di samping “Jailbreak” (Thin Lizzy) dan “Killing Machine” (Judas Priest), album metal yang paling mempengaruhi musikalitas Shane Embury, bassist Napalm Death, adalah “Never Say Die” (Black Sabbath). Sang vokalis, Barney Greenway, juga sangat bangga dengan akar Birminghamnya sehingga ia merasa dekat secara batin dengan Tony Iommi, Bill Ward, dan tentu saja Ozzy Osbourne.

Dua band Nu Metal yang saya kenal yaitu Korn dan Slipknot ternyata juga mengakui kedekatan musikalitasnya dengan Black Sabbath. Core Taylor menganggap Black Sabbath adalah cetak biru dari pembentukan band Slipknot. Sedangkan vokalis Korn Jonathan Davis menganggap Black Sabbath membantu menciptakan musik heavy metal. Ia sudah familier dengan Ozzy Osbourne sejak usia 13 tahun melalui saluran televisi. Saking akrabnya, ia bisa mengenali suara Ozzy Osbourne hanya dua detik setelah ia mendengarnya.

Belum lagi beberapa musisi idola saya yang ikut meramaikan konser perpisahannya yang disaksikan 40.000 heaadbanger dari seluruh dunia. Di jajaran penampil ada Tom Morello (Rage Against The Machine), Billy Corgan (Smashing Pumkins), Steven Tyler (Aerosmith), Fred Durst (Limp Bizkit), Chad Smith (Red Hot Chilli Peppers), Travis Barker (Blink 182), dan band yang hadir secara penuh seperti Pantera, Lamb of God, Slayer, Tool, Guns N’ Roses dan Metallica. Sebuah panggung metal termegah yang pernah ada di abad ini!

Pada lagu terakhir yang dibawakan Ozzy Osbourne malam hari itu, Mamma, I’m Coming Home, banyak penonton yang meneteskan air mata. Mereka seolah berat hati untuk melepas sang legenda yang berjasa besar membukakakn jalan bagi band-band di era setelahnya dalam satu rumah yang bernama metal. Namun Ozzy lebih tahu kapan dan bagaimana cara terbaik mengucapkan perpisahan pada semua yang mencintainya. Lewat berbagai platform, momen itu benar-benar menjadi salam terakhir “Sang Pangeran Kegelapan” pada gemerlap panggung dunia. Perfect Farewell, Goodbye Ozzy Osbourne…[]

Tags: Black Sabbathesaikukuh basuki rahmatmusikmusisiobituariozzy osbourne
ShareTweetSendShare
Previous Post

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

Next Post

Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi

Kukuh Basuki Rahmat

Kukuh Basuki Rahmat

Penulis dan musisi alumnus Magister Psikologi UGM. Aktif menulis cerpen, esai, resensi buku, dan sedang berusaha menyelesaikan novel dan buku teks. Kini menjadi kontributor di Tirto.id dan anggota komunitas Radio Buku. Dapat disapa via IG @basczky.

Artikel Terkait

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
Esai

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

28 Juli 2025

Jika bulan Juni sudah kepunyaan Sapardi, Juli adalah milik Hemingway. Pasalnya, suara tangis bayi-Hemingway pecah di bulan yang sama (21...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024

Sepuluh menit setelah tanggal berganti menjadi 29 Maret 2024, teks cerpen Agus Noor dihidupkan di ampiteater Ladaya. Sejumlah kursi kayu...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024

28 Maret 2024 Masehi. Malam 18 Ramadhan 1445 Hijriah. Saya tiba di Ladaya, Tenggarong, setelah menempuh lebih dari satu setengah...

Maraknya Perundungan Tanda Rendahnya Budaya Literasi
Esai

Maraknya Perundungan Tanda Rendahnya Budaya Literasi

17 Maret 2024

Belakang ini isu perundungan bagai bom waktu. Setiap hari bisa meledak di mana-mana, baik di sekolah hingga pesantren elite sekalipun....

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Gurun Pasir di Indonesia: Pesona Gumuk Pasir Oetune

Gurun Pasir di Indonesia: Pesona Gumuk Pasir Oetune

20 Januari 2021
Gambar Artikel Keraguan dalam Keyakinan

Keraguan dalam Keyakinan

2 Desember 2020
Anosmia Bukan Insomnia, Apalagi Amsenia

Anosmia Bukan Insomnia, Apalagi Amsenia

18 Februari 2021
Pemimpin yang Ibda’ Binafsik

Pemimpin yang Ibda’ Binafsik

19 Juni 2021
Melepas Kasih dalam Balutan Sastra

Melepas Kasih dalam Balutan Sastra

23 Oktober 2021
Gambar Artikel Kumpulan Lagu dan Playlist Musik di Warung Kopi

Warung Kopi dan Playlist Musiknya

11 Maret 2021
Meneladani Sufi Jenaka: Nashrudin Hoja & Keledainya

Meneladani Sufi Jenaka: Nashrudin Hoja & Keledainya

3 Januari 2022
Hartojo Andangdjaja: Menulis Puisi dengan Bahasa yang Jernih

Hartojo Andangdjaja: Menulis Puisi dengan Bahasa yang Jernih

11 Oktober 2021
Gambar Artikel Pengungsi Peradaban, Para Pencari Mbah Nun

Pengungsi Peradaban (2)

23 Januari 2021
Gambar Artikel Serba Serbi Kota Kupang. Bundaran PU.

Serba-Serbi Kota Kupang

5 Desember 2020
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (211)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (139)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.