• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Minggu, 17 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Inspiratif Sosok

Menyikapi Pemikiran Barat Seperti Jamaluddin al-Afghani

Dani Yot by Dani Yot
31 Januari 2022
in Sosok
0
Menyikapi Pemikiran Barat Seperti Jamaluddin al-Afghani

www.britannica.com

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Modernisme Barat adalah masa yang sangat berbeda bagi masyarakat Islam, setelah pada masa sebelumnya selalu ada keterkaitan yang masih bisa berimbang antara kebudayaan Barat dan Islam semenjak masa yang oleh W. Montgomery sebut dengan gelombang pertama dan kedua Hellenisme (W. Montgomery Watt:1985). Hal itu terjadi lantaran hubungan keduanya yang hanya berada pada ranah intelektual berubah di abad ke-19, Barat berkembang sangat meluas pada aspek perdagangan, keuangan, dan juga hiburan. Kabar buruknya, perkembangan Barat ini sudah sangat telat disadari oleh kalangan terpelajar Islam. Sehingga membuat mereka seolah diletakkan dalam dunia yang begitu asing seperti sistem keuangan internasional, pemutaran film, dan hasil pengetahuan baru dalam buku-buku Barat. Keadaan yang menghempas masyarakat Islam dari arena pertandingan dunia inilah yang kemudian melahirkan tokoh bernama Jamaluddin al-Afghani.

Sekitar satu setengah lebih abad yang lalu tepatnya tahun 1838-39 M. seorang anak bernama Jamaluddin mengawali kehidupannya di dunia (Nikki R. Kiddie:1972). Tokoh yang dikenal dengan nama Jamaluddin al-Afghani ini merupakan putra dari Sayyid Safdar al-Husainiyyah, salah satu orang yang memiliki hubungan darah sampai pada Husain bin Ali bin Abi Thalib (Akmal Hawi:2017). Untuk tempat di mana Afghani lahir masih terdapat beberapa perbedaan pendapat, antara Afganistan yang kemudian menjadi bagian dari nama mashurnya atau di Asadabad, Iran.

Masa kecil Jamaluddin al-Afghani sudah dimulai dengan pendidikan pribadi oleh ayahnya berkisar umur lima sampai sepuluh tahun. Dari pengakuan Lutfallah, keponakan Jamaluddin al-Afghani yang dikutip oleh Nikki R. Kiddie, Jamaluddin al-Afghani sedari kecil sudah sangat kuat keinginannya dalam mempelajari sesuatu dan tergolong cepat memahami apa yang ia pelajari. Seperti kisahnya yang mampu menjelaskan makna yang tersirat dalam al-Qur’an kepada saudara-saudaranya ketika masih kanak-kanak.

Menjejaki usia remaja, tepatnya di umur delapan belas tahun al-Afghani menetap di India. Dengan perkembangan pengetahuan yang berbeda dari sebelumnya tentunya. Ia mempelajari banyak hal dalam studi islam, seperti tata bahasa, filologi, retorika, sejarah islam, teologi, filsafat, hingga matematika dan fisika secara praktis. Di sinilah al-Afghani juga mulai berkenalan dengan tradisi Barat dan mempelajarinya.

Berbeda dengan kebanyakan umat muslim, Al-Afghani tidak pernah menutup diri dan menolak prestasi yang telah ditorehkan peradaban Barat khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada tahun 1882 Jamaluddin berhasil memberikan ceramah yang memukau dengan judul Lecture on Teaching and Learning, ia berbicara tentag universalitas ilmu pengetahuan yang tidak memiliki akhir dan juga batasan (Seda Unsar:2011). Pada gerakan keagamaan ini ia juga menyampaikan bahwa tidak ada reformasi kegamaan kecuali dilakukan oleh kalangan yang senantiasa mengembangkan ilmu pengetahuan yang rasional. Al-Afghani memulai dengan pentingnya mengembangkan ilmu pengetahuan secara umum serta mengaitkannya dengan persoalan internal keagamaan yang mestinya tidak boleh menutup diri, seperti pada pengembangan pengetahuan yang dilakukan Barat.

Dalam karya lainnya yang berjudul Benefits of Philosophy ia kembali menyadarkan pembacanya bahwa posisi ilmu pengetahuan khususnya filsafat sangatlah penting karena ia merupakan pusat aktivitas intelektual manusia (Seda Unsar). Bila filsafat dihilangkan tentu itu juga akan menghilangkan aktivitas intelektual. Lebih lanjut ia juga mengingatkan bahwa tanpa filsafat tidak akan ada produksi pengetahuan dan tanpa produksi pengetahuan tidak akan ada kemajuan. Untuk masa itu, pemikiran Barat menyediakan banyak gagasan filsafat yang penting dan bertahan hingga saat ini.

Tapi meskipun kerapkali menerima dan memuji gagasan yang dikembangkan orang-orang Barat, bukan berarti al-Afghani tidak pernah menolaknya. Ada banyak hal yang tidak ia sepakati, seperti yang terdapat dalam karya filsafatnya yang dikenal dengan Refutation of The Materialist (Bantahan Untuk Kaum Materialis). Kitab berbahasa asli Persia itu membantah ajaran materialis Barat yang menolak adanya Tuhan.

Hal lainnya yang ia tolak adalah penjajahan, seperti saat al-Afghani berada di India. Meskipun tergolong sebentar tinggal di negri yang dikenal dengan sebutan “anak benua” tersebut, waktunya bertepatan dengan penjejahan Inggris atas negri yang mengenalkannya pada ilmu pengetahuan Barat itu. Atas kejadian ini Afghani sempat menawarkan program kerjasama internasional islam dengan Hindu untuk mengusir Inggris.

Setelah menetap sebentar di India Jamaluddin al-Afghani kembali ke Afganistan. Ia memulai babak baru dalam hidupnya. Mula-mula menjadi pembantu Dost Muhammad Khan, seorang pangeran di negara tersebut, kemudian penasehat Ali Khan, hingga menjadi perdana mentri di umurnya yang masih dua puluh tujuh tahun (Charles C. Adams:1933). Tapi karena setelah itu terus menerus terjadi perang saudara, akhirnya Jamaluddin al-Afghani memilih untuk meninggalkan Afganistan.

Perjalanannya berlanjut dari negara satu ke negara lain, dengan selalu memiliki posisi penting pemerintahan atau termasuk dalam suatu gerakan politik tertentu mereka. Saat pergi ke turki ia diangkat menjadi anggota majlis pendidikan Turki oleh Ali Pasha, dan menjadi mentri penerangan di Iran, dan di Mesir ia mengikuti perkumpulan bernama Fremazon Mesir dan akhirnya membuat partai nasional bernama al-hizb al-Wathani (Ibrahim Nasbi). Tidak berhenti disitu, ia juga menjajaki tanah Paris dan membuat perkumpulan bernama al-Urwat al-Wutsqa.

Agenda al-Afghani ini merupakan salah satu upaya untuk menyebarkan gagasannya. Memperluas pemahaman banyak orang islam tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan keterbukaan pikiran untuk mengikuti perkembangan zaman, sekaligus langkahnya untuk berhati-hati dan menolak ide-ide Barat yang tidak selalu baik. Gerakan ini biasa dikenal dengan sebutan Pan-Islam. Langkah besar yang dilakukan al-Afghani untuk menyatukan solidaritas seluruh umat muslim dalam membangun kembali peradaban Islam.

 

Daftar Pustaka

Hawi, Akmal,  Pemikiran Jamaluddin Al-Afghani, Medina-Te, Vol.16, No.1, Juni 2017.

Adam, Charles, Islam And Modernism In Egypt :A Study Of The Modern Reform Movement Inaugurated By Muhammad Abduh, New York : The New York Public Library, 1933.

Nasbi, Ibrahim, Jamaluddin al-Afghani : Pan-Islamisme dan Ide Lainnya, Jurnal Diskursus Islam,

Volume 7 Nomor 1, April 2019.

Fakhry, Madjid, A History of Islamic Philosophy, New York : Colombia University Press, 1893.

Tariq, Malik Mohammad, Jamal Ad-Din Afghani: A Pioneer of Islamic Modernism, The Dialogue, Volume VI Number 4, 2011.

Kiddie, Nikki, Sayyid Jamal ad-Din al-Afghani : A Political Biography, Berkeley : University of California Press, 1972.

Keddie, Nikki, An Islamic Response to Imperialism: Political and Religious Writings of Sayyid Jamal al-Din “al-Afghani”, Berkeley: University of California Press, 1968.

Unsar, Seda, On Jamal Ad-Din Al-Afghani And The 19th Century Islamic Political Thought, Gazi Üniversitesi İktisadi ve İdari Bilimler Fakültesi Dergisi, 2011.

Watt, W. Montgomery,  Islamic Philosophy and Theology, Edinburgh University Press, 1985.

Tags: dani yotfilsafatJamaluddin al-Afghanipemikiransosokteologi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Tiada yang Bakal Dirindu

Next Post

Dismorfia Kehidupan

Dani Yot

Dani Yot

Dani Yot Pegiat lauk tahu tempe IG : @dani_yot

Artikel Terkait

Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial
Sosok

Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial

30 November 2022

Anthony Giddens adalah mantan Direktur London School of Economics (LSE) yang tercatat sebagai salah satu sosiolog penting dunia menjelang akhir...

Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam
Sosok

Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam

10 Maret 2022

Setelah meninggalnya Nabi saw., Islam dipimpin oleh Khulafa’ al-Rasyidun dan diikuti oleh beberapa dinasti selanjutnya mulai dari Umawiyyah, Abbasiyah, sampai...

Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia
Sosok

Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia

16 Februari 2022

Arsitek Revolusi Islam, begitulah kata M. Dawam Rahardjo untuk Ali Syari’ati dalam tulisan kecilnya berjudul Ali Syari’ati: Mujahid Intelektual di...

Hartojo Andangdjaja: Menulis Puisi dengan Bahasa yang Jernih
Sosok

Hartojo Andangdjaja: Menulis Puisi dengan Bahasa yang Jernih

11 Oktober 2021

Seorang sastrawan Indonesia yang memiliki kekhasan dalam mencipta karya sastra adalah penyair Hartojo Andangdjaja. Sastrawan yang lahir di Solo pada...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Bahagia itu Sederhana

3 Juli 2021
Sebuah Pesan Pendek dan Lekukan Mimpi

Sebuah Pesan Pendek dan Lekukan Mimpi

15 Maret 2021
Gambar Cerpen Sertifikat Hak Milik

Sertifikat Hak Milik

4 Februari 2021
Gambar Artikel Jangan Baper!

Jangan Baper!

23 Desember 2020
Pulang

Pulang

22 April 2022
Beruntung Kita Selalu Bisa Melihat Sisi Baik dari Setiap Bencana

Beruntung Kita Selalu Bisa Melihat Sisi Baik dari Setiap Bencana

2 Juli 2021
Suaka Rasa dan Derita

Suaka Rasa dan Derita

12 Februari 2021
Membaca Cara Kerja Pikiran

Membaca Cara Kerja Pikiran

8 April 2022
4 Suguhan Apik yang Ditawarkan Film “Don’t Look Up”

4 Suguhan Apik yang Ditawarkan Film “Don’t Look Up”

27 Maret 2022
Dari Pesisir

Dari Pesisir

12 Agustus 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.