Jam istirahat siang memang saat yang tepat untuk menumpahkan komentar sambil menyantap ayam geprek di kantin kantor. Kisah manusia memang tiada habisnya untuk terus dikomentari. Tunggu apa lagi? Yuk simak di bawah ini.
Saya telah menyelesaikan semua tugas kantor tepat waktu siang ini. Bersamaan dengan itu, kawan sebelah saya mengajak ke kantin untuk menjalankan sebuah misi—katanya. Saya yang masih polos hanya menuruti saja.
Benar sekali, saat kami baru saja duduk sambil menunggu pesanan selesai dibuatkan, kawan saya mengawali sebuah misi dengan kalimat, “Eh mbak, kamu tau nggak?” Firasat saya berkata bahwa akan ada kontes ghibah syariah di meja makan kantin ini.
“Si Lira itu loh, masa gajinya habis hanya untuk beli skinker dan perawatan diri, padahal dia sudah umur lho mbak, sudah waktunya untuk memikirkan tabungan masa depan kan, e mbok ya berfikir sampai kesitu to yaa..” Begitulah kalimat selanjutnya yang diluapkan oleh kawan saya ini.
Oh iya, saya belum menjelaskan. Lira adalah salah satu karyawan di kantor ini yang cukup membuat para lelaki jatuh hati (uhuy). Pasalnya Lira memiliki paras yang cantik, kulitnya seperti dilapisi plastik, mengkilap. Saya saja terkadang merasa insecure saat di sampingnya.
Apa yang dikatakan kawan saya tadi memang benar. Dan saya pun pernah mendengar kabar bahwa si Lira melakukan pembenaran atas apa yang dilakukanya itu. Bahkan hampir semua karyawan kantor mengetahui hal tersebut—jadi bukan sebuah rahasia lagi. Sambil menyantap pesanan ayam geprek, saya kemudian “mengembara”—istilah yang saya gunakan untuk berfikir dengan jernih (hehe).
Perempuan memang identik dengan keindahan, dan kecantikan. Maka tidak heran jika setiap harinya kehidupan seorang perempuan dikelilingi dengan kebutuhan diri sendiri yang mengarah pada hal tersebut. Dan itu merupakan sesuatu yang wajar juga menurut saya.
Bahkan ada juga penelitian yang mengungkapkan alasan ilmiah mengapa perempuan suka berdandan. Psychology Today menjelaskan alasan kenapa perempuan suka memakai make up karena ternyata bisa membantu perempuan untuk mempercantik dirinya sendiri.
Hasil eksperimen tersebut juga membuktikan bahwa perempuan yang ber-make up dinilai lebih sehat dan juga bisa menambah rasa percaya diri. Bahkan perempuan yang memakai make up dalam kesehariannya dinilai lebih memiliki potensi dibandingkan perempuan yang tidak memakai make up. Karena itu, produk kosmetik dianggap bermanfaat untuk menentukan representasi diri seseorang.
Berdasarkan hal itu, menurut hemat saya, tidak salah jika Lira kemudian mengutamakan penampilan fisiknya. Karena memang itu yang menjadi prioritasnya. Tidak salah juga jika dia menggunakan semua gajinya demi mendapati sesuatu yang didambakan. Memiliki penampilan yang menarik dan juga cantik tentu menjadi idaman semua perempuan. Dan saya yakin hal itulah yang membuat Lira begitu bersemangat untuk terus menjaga penampilan.
Di sisi lain, nampaknya saya juga mulai membenarkan pernyataan kawan saya, tentang keharusan untuk mempersipkan masa depan. Tentang bagaimana kita berusaha menyusun skala prioritas dalam bidang finansial. Karena disadari ataukan tidak, kebutuhan di masa yang akan datang akan jauh lebih banyak.
Untuk menghadapi hal tersebut tentu harus dibarengi dengan persiapan yang matang juga. Dalam hal ini saya hanya merasa sepakat jika ada statement bahwa “perempuan yang telah berpenghasilan alangkah lebih baik jika turut menjaga kondisi ekonominya untuk kemudian hari.”
Kisah Lira mungkin hanya sebagian kecil dari banyak kisah lain di luar sana. Namun sejatinya hal yang ingin saya tekankan ialah bagaimana kita belajar mengukur skala prioritas yang akan tetap berguna untuk saat ini dan masa mendatang. Bagaimana kehidupan akan tetap berjalan di hari-hari berikutnya. Bagaimana kita—sebagai seorang perempuan—bisa survive dengan apa yang sudah kita miliki. Dan semua ini tidak mudah. Butuh waktu untuk membiasakan diri. Butuh proses agar semuanya bisa tercapai.
Meski begitu, juga tidak lupa tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang perempuan yang juga memperhatikan penampilan. Saya pula menyadari bahwa perempuan yang good looking di jaman sekarang juga sangat diperhitungkan. Terlepas dari potensi yang dimilikinya. Karena memang perempuan selalu identik dengan perawatan diri.
Terakhir, menjadi perempuan cantik dari segi penampilan itu, sebuah prioritas kah? Jawabannya adalah “iya”, asalkan perempuan juga menyadari bahwa tetap ada tanggung jawab yang juga harus dilakukan supaya tetap menyandang gelar “cantik” secara lahir dan batin.[]