Belanda, mungkin negeri ini tidak asing bagi orang Indonesia mulai dari yang tua sampai yang muda. Terlebih bagi saya. Dalam pelajaran sejarah yang diajarkan sejak bangku SD disebutkan bahwa negeri tersebut pernah menjajah bumi pertiwi selama kurang lebih 3,5 abad. Tapi entah kenapa negeri ini lah yang sejak kecil selalu terngiang-ngiang dalam benak dan pikiran saya.
Kadang suka membayangkan dalam kesendirian sambil mendengarkan lagu Barat: bahwa suatu saat nanti saya tinggal di Belanda. Segala macam tentang Negeri Kincir Angin pun banyak saya baca. Mulai dari nama kota, kedaan negara, keadaan penduduk, kebudayaan sampai lagu kebangsaannya pun saya tahu.
Sewaktu masih kuliah, ada salah satu kakak tingkat yang diterima di salah satu kampus ternama di Belanda. Lantas hal itu yang membuat semangat saya untuk pergi ke sana lebih besar lagi. Semua kegiatan kuliahnya saya pantau terus di akun media sosialnya.
Berbekal membaca dan mengintip pengalaman teman itu, saya cukup bisa menjawab ketika ada pertanyaan seputar negeri Belanda. Pada semester 8, pasca-lulus namun sebelum wisuda, saya pernah mencoba mendaftar beasiswa di Belanda akan tetapi dalam perjalanannya ada persyaratan yang masih kurang. Otomatis, niat itu pun belum tersampaikan. In Syaa Allah akan terlaksana di lain waktu, batinku.
Usai lulus, saya pun sempat bekerja di salah satu Bank Nasional di Jakarta sebelum akhirnya kembali lagi ke Malang dan bekerja di sebuah sekolah di Kota Batu. Sekembalinya ke Batu, pandemi covid-19 melanda seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Hal ini membuat segala yang berhubungan dengan interaksi sosial berubah menjadi daring dengan sosial media. Dari situ, dan mungkin karena saking kepo-nya sama Belanda, akun sosial media PCI NU Belanda pun saya ikuti. Di sini-lah saya mengetahui info kelas pengajian online yang diadakan setiap hari minggu pagi (waktu Belanda, atau sore waktu Indonesia). Kami diajar oleh Ibu Nyai Zaimatus Sa’diyah yang kebetulan sedang menempuh gelar S3 di sana dan merupakan Ketua Muslimat PCI NU Belanda.
Kurang lebih 1,5 Tahun pengajian itu berjalan, tiba-tiba muncul di akun sosial media saya bahwa PCI NU Belanda mengadakan International Conference yang akan diselenggarakan di Vrije Universiteit Amsterdam bulan Juni. Tanpa basa-basi, saya menghubungi Nyai Zaimah, dan menanyakan apakah saya boleh ikut submit paper dalam acara tersebut. Dan kata beliau sangat boleh.
Waktu kurang 5 bulan lagi sebelum acara tersebut dilaksanakan. Tanpa menunda-nunda, saya mengajak orang untuk menjadi bagian dalam tim paper (bertiga dengan saya) yang akan dikirim. Alhamdulillahnya, abstrak kami lolos setelah 2 minggu penantian pengumuman.
Segala daya dan upaya kami lakukan untuk persiapan keberangkatan ke Belanda, mulai dari pencarian dana, pembuatan paspor dan visa. Persiapan kami pun tidak semuanya mulus. Ada ujian dan rintangan yang kami hadapi sampai dengan beberapa hari sebelum keberangkatan. Qoddarallah, singkat cerita, 2 tim saya belum ditakdirkan untuk berangkat.
Saya pun berangkat ke Belanda sendiri atas permintaan Nyai Zaimah secara pribadi dengan berbagai pertimbangan. Syukur dan alhamdulillah anugerah yang sangat besar, Alloh mempertemukan aku dengan beliau.

Setelah Saya mengiyakan permintaan Nyai Zaimah, beliau pun berpesan untuk selalu membaca sholawat sepanjang jalan. Dan ternyata kedahsyatan dari sholawat itu pun benar-benar saya rasakan: 2 kali ditahan di Bandara Soekarno-Hatta dan King Abdul Aziz Jeddah pun bisa lolos.
Dalam perjalanan, saya juga dipertemukan dengan orang-orang baik yang sampai sekarang menjadi teman dekat, bahkan saat sampai di Amsterdam petugas imigrasi tidak menyakan apa-apa yang langsung memberikan stempel pada paspor saya.
Cuaca yang sangat cerah dan udara yang sangat dingin menyambut kedatangan saya di Negeri Kincir Angin. Puji syukur acara demi acara di Belanda saya ikuti dengan baik dan Lancar. Saya sangat bersyukur diberi kesempatan untuk menginjakan kaki di salah satu negeri yang menjadi impian saya, meskipun hanya beberapa minggu. Semoga di lain kesempatan, Alloh SWT memberikan kesempatan kembali bagi saya untuk jangka waktu yang lebih lama. Amin.[]
