• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Minggu, 17 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Esai

Bukti Pemerintah Serius Menangani Pandemi Covid-19

M. Rizki Yusrial by M. Rizki Yusrial
9 Agustus 2021
in Esai
0
Bukti Pemerintah Serius Menangani Pandemi Covid-19

https://www.rawpixel.com/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Berkerut kening saya ketika membuka aplikasi Twitter akhir-akhir ini. Beranda saya dipenuhi dengan sumpah serapah yang digaungkan oleh beberapa orang. Hal ini bukan tanpa sebab. Kata-kata mutiara yang berbentuk kritikan itu merupakan luapan ekspresi kekecewaan orang-orang terhadap kegagalan pemerintah yang dianggap meremehkan, krisis komunikasi dan inkompenten dalam menangani pandemi covid.

Bertambah panjang durasi kerutan di kening saya ketika membaca tweet dari Muhidin M Dahlan. Seorang penulis kelas kakap yang saya kenal lewat bukunya “Tuhan Izinkan aku Menjadi Pelacur”. Beliau menjelaskan tentang serangkaian demonstrasi yang pernah terjadi pada masa wabah.

Dikatakannya bahwa gelombang pertama aksi penyuaraan pendapat itu terjadi pada tahun 1910-1913 pada masa wabah Pes, kemudian terjadi lagi ketika dunia dilanda Flu Spanyol tahun 1918- 1921 dan yang terakhir kita saksikan sendiri pada Oktober 2020 lalu. Saya sendiri tak tahu pasti apa maksud beliau menuliskan itu di kondisi sekarang. Namun saya berani mengartikan bahwa beliau tidak mempermasalahkan jika demonstrasi terjadi lagi pada saat ini.

Sebelumnya kritikan keras sudah disampaikan oleh BEM Universitas Indonesia yang menggambarkan sosok Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia dengan julukan the king of lip service. Langkah ini juga diikuti oleh BEM dari universitas lain dengan kritikan yang makin menggoda. Sehingga menimbulkan polemik dan diskursus yang tak kalah seksi dari substansi kritikan.

Meski isi kritikan bukan tentang penanganan pandemi, tapi saya melihat bahwa hal tersebut tetap berkaitan. Apabila ditinjau dari alasan mengapa BEM UI menjuluki Presiden dengan the king of lip service,  tentu tidak ada yang salah jika masyarakat menganggap bahwa keseriusan pemerintah menghentikan laju penyebaran virus corona hanya sebatas manis di bibir saja.

***

Eits, jangan main demo-demo aja. Mau bagaimanapun jeleknya penilaian yang orang-orang berikan kepada pemerintah, kita tetap tidak bisa menyangkal apabila ada suatu pencapaian yang mengarah kepada hal positif. Coba sini siapa yang bilang kalau pemerintah tidak serius menangani pandemi? Akan saya tunjukkan tulisan ini tetap di depan mukanya.

Kita terlalu sibuk mengkritik pemerintah sehingga lupa mengapresiasi betapa kreatifnya pemerintah kita menciptakan sebuah istilah. Hal ini tentu membutuhkan pemikiran dan diskusi yang cukup intens. Kalian pikir gampang menciptakan sebuah istilah semacam PSBB, PSBB transisi, PSBB ketat, PSBB transisi 2, PPKM, PPKM mikro, PPKM darurat dan PPKM level 3 dan 4 secara periodik. Itu susah bos!

Selain itu, pemerintah juga sudah menyiapkan langkah-langkah efektif. Berhentilah menutup mata terhadap usaha pemerintah. Kalian tidak mungkin tidak melihat betapa masifnya disinfektan disemprotkan di ruang terbuka saat ini. Tujuannya agar covid di area penyemprotan tidak dapat hidup, sehingga orang-orang yang lewat tidak akan terinfeksi.

Lupakah kalian tentang pernyataan Wakil Presiden kita KH Ma’ruf Amin bahwa berkat doa qunut corona menyingkir dari Indonesia. Kasus yang lumayan banyak sekarang akan membuka dua kemungkinan. Kiai Ma’ruf yang salah atau memang orang NU Indonesia sudah tidak pernah sholat subuh.

Jika yang kedua yang benar, berarti tidak salah juga pernyataan Ustad Abdul Somad bahwa covid ini adalah tentaranya Allah untuk menghukum kita. Karena itu tak heran jika masih ada yang menganjurkan membaca Yasin demi menghentikan hukuman ini. Celakalah untuk mereka yang tak setuju atau mencibir saran religius tersebut dan beruntung bagi mereka yang mendengarkan saran pemuka agama di negeri muslim terbesar ini.

Tidakkah kalian juga memperhatikan bahwa kita hanya berada di posisi ke-4 dengan kasus aktif terbanyak meski kasus hariannya menduduki posisi pertama. Ini mungkin bukan kabar gembira, setidaknya masih ada negara yang kasus aktifnya berada di atas kita.

Tolong jangan buru-buru menilai. Tiada bukti secuilpun bahwa pemerintah kita membayar worldometers.info menggunakan uang bansos atau uang apapun untuk mempertahankan Indonesia pada posisi ke-4. Sehingga dalam penanganan pandemi ini, Indonesia terlihat lebih tampan dibanding Amerika Serikat, Inggris dan Brazil.

Iya tau, Inggris meskipun mengalami lonjakan yang signifikan setelah final EURO tetapi tidak terjadi limpahan kasus kematian di sana. Berbeda dengan Indonesia yang semuanya naik mulai dari kasus positif maupun kematian, termasuk juga harga uang panai’. Ihwal semacam ini secara otomatis menandakan kondisi kita sebenarnya memprihatinkan.

Tapi hal itu sudah dibantah oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, king of the world, penerima job dalam segala aspek, yang mulia Luhut Binsar Pandjaitan. Dengan data yang berada di tangannya, beliau mengatakan bahwa “Covid-19 di Indonesia sangat terkendali,” dengan ketegasan seolah ucapannya masuk akal. Meskipun pada akhirnya beliau minta maaf karena ucapannya itu.

Saya tak tahu persis data jenis apa yang dipakai. Namun saya mencoba menerka-nerka bahwa pengendalian covid yang sangat baik ini mungkin saja hanya berdasarkan peringkat kita tadi. Ya maksudnya asal tidak melewati Amerika Serikat angka positifnya itu sudah bisa dibilang terkendali. Tapi ini hanya terkaan semata lho, ya. Mudah-mudahan saya salah.

Selanjutnya untuk menjaga imunitas masyarakat agar tetap kuat, pemerintah selalu mengajak kita pergi liburan. Makanya meski kasus melonjak naik, tak terlihat sedikitpun niat pemerintah untuk menurunkan imunitas kita. Tak ada alasan untuk tidak liburan sebab pariwisata masih terbuka lebar.

Coba, udah berapa banyak pernyataan yang saya paparkan tentang keseriusan pemerintah kita menghadapi krisis ini. Seharusnya kita semua berterima kasih dengan membungkuk membentuk sudut 90 derajat atas kerja keras mereka. Kritikan yang berseliweran itu tentu sampai ketelinga pemerintah. Tapi jangan berharap akan ditampung. “Makanya setiap mengkritik itu sertakan solusi dong,” kata orang dengan username nomor togel di belakangnnya.[]

Tags: coronaesaiflu spanyolIndonesiakesehatanpandemi covid-19pemerintahPPKMpsbbwabahwabah pes
ShareTweetSendShare
Previous Post

Pada Suatu Kangen dan Kontradiksi Interminus

Next Post

Nona dan Seikat Bunga Merah

M. Rizki Yusrial

M. Rizki Yusrial

Seorang mahasiswa filsafat asal Jambi yang ingin dibilang pintar lewat tulisan. Sebab selama sekolah hanya mendapat ranking 24. Ig: @mrizkiyusrial

Artikel Terkait

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
Esai

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna

5 Agustus 2025

Malam itu, saya belum ingin tidur cepat. Hingga lewat tengah malam dan hari berganti (Rabu, 23 Juli 2025) saya duduk...

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
Esai

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

28 Juli 2025

Jika bulan Juni sudah kepunyaan Sapardi, Juli adalah milik Hemingway. Pasalnya, suara tangis bayi-Hemingway pecah di bulan yang sama (21...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024

Sepuluh menit setelah tanggal berganti menjadi 29 Maret 2024, teks cerpen Agus Noor dihidupkan di ampiteater Ladaya. Sejumlah kursi kayu...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024

28 Maret 2024 Masehi. Malam 18 Ramadhan 1445 Hijriah. Saya tiba di Ladaya, Tenggarong, setelah menempuh lebih dari satu setengah...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

4 Alasan Fundamental Mengapa Kita Perlu Membaca

4 Alasan Fundamental Mengapa Kita Perlu Membaca

3 April 2022
Ihwal Mawat

Ihwal Mawat

7 Februari 2021
Buya Syakur Yasin: Antara Agama dan Budaya, Menimbang yang Fana dan yang Abadi

Buya Syakur Yasin: Antara Agama dan Budaya, Menimbang yang Fana dan yang Abadi

10 Februari 2021
Gambar Artikel Jasong Pengalaman Menjadi Pramusaji

Jasong

26 Januari 2021
Tamu

Tamu

10 Juli 2022
Gambar Artikel Jempolmu, Harimaumu

Jempolmu, Harimaumu

2 November 2020
Sedih yang Diam

Sedih yang Diam

1 April 2022
Gambar Artikel Sali dan Suli.

Sali dan Suli

6 November 2020
Gambar Artikel Syahadat 12 Bar, Puisi Blues

Syahadat 12 Bar

22 Januari 2021
Gambar Artikel Jangan Baper!

Jangan Baper!

23 Desember 2020
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.