Wisata di Tarempa : Perjalanan Menuju Tarempa, Kepulauan Anambas

Tepat setahun silam, aku mengawali perjalanan untuk penelitian tentang gizi anak. Lokasi pertama yang diteliti adalah Kepulauan Anambas, persisnya di Desa Tarempa Barat, Kecamatan Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas , Kepulauan Riau. Itulah perjalanan pertamaku ke luar Pulau Jawa (selain Madura dan Kepulauan Seribu). Bagiku yang hanya Pemuda Magersari, Pandaan—sepetak wilayah kecil di Kabupaten Pasuruan—perjalanan ini adalah pengalaman yang tak terlupakan. Bagaimana tidak, aku terlahir dari pasangan Ayah dan Ibu yang sama-sama dari Pandaan. Keluargaku pun sebagian besar di kota kecil itu. Bahkan saat lebaran, kami hampir tak pernah mudik: wong kakek-nenek serta buyut-buyutku hanya di situ-situ saja. Tidak lama sejak lulus dari pendidikan kedokteran, aku memberanikan diri ambil risiko untuk bergabung dengan orang-orang hebat di kampus tetangga, Universitas Indonesia. Berkat itu, aku diajak untuk ikut menjadi salah satu tim lapangan dalam proyek SEANUTS ( South East Asian Nutrition Survey ). Suatu penelitian tentang gizi anak berskala Asia Tenggara—dengan target 46 kabupaten/kota yang akan diteliti di seluruh provinsi di Indonesia. Proyek ini sungguh membuatku bersyukur. Setelah kurang lebih satu setengah bulan persiapan dan pelatihan sebelum memulai riset ini, akhirnya pada tanggal 25 September 2019 timku diberangkatkan ke Kepulauan Anambas. Sekali lagi, perjalanan yang takkan terlupa. Terus terang, aku yang belum pernah naik pesawat ke luar Jawa, tiba-tiba saja langsung diberi kesempatan terbang ke daerah perbatasan Indonesia dengan Laut Cina Selatan--dibiayai pula, heuheu. Perjalanan itu ditempuh dengan 2 kali penerbangan. Dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Hang Nadim Batam, baru dilanjutkan dengan penerbangan menuju Pulau Matak, Kepulauan Anambas. Penerbangan pertama sekitar pukul 7 pagi, timku berangkat dari basecamp di Menteng sejak sebelum Subuh. Aku yang tinggal di Ciputat, Tangerang Selatan, menginap di basecamp agar bisa berangkat on-time . Malam itu aku susah tidur. Lebih karena membayangkan bagaimana perjalanan esok hari akan berjalan. Teman-temanku berangkat tengah malam dari kediaman masing-masing menuju basecamp . Pagi harinya, kami sampai di Bandara Soekarno-Hatta pukul 5 pagi, sementara penerbangan menuju Bandara Hang Nadim akan berangkat pukul 06.20 WIB. Kami sampai di bandara itu pukul 08.15 WIB. Setiba di sana, kami langsung mencari tempat untuk sarapan--harap maklum, kami berangkat pagi-pagi buta dan belum sempat mengisi perut. Usai sarapan, kami menunggu perjalanan selanjutnya menuju Bandara Pulau Matak di Kepulauan Anambas. Jadwal penerbangan menuju Pulau Matak yakni pukul 12.10 WIB. Sedangkan saat hampir jam 12 siang, belum ada instruksi bagi penumpang agar bersiap. Beberapa menit kemudian, pihak bandara mengabarkan bahwa penerbangan ke Pulau Matak akan diundur beberapa jam karena di Bandara tujuan sedang mengalami hujan yang cukup deras. Duh. Semakin siang semakin lapar, sampai pukul 14.00, belum ada kabar penerbangan ke Pulau Matak kapan akan diberangkatkan. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang dan salat Zuhur serta menjama' Asar terlebih dahulu. Setelah makan dan salat, masih belum ada informasi. Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 15.30, ada suara “diinformasikan kepada penumpang pesawat Express Air dengan tujuan Pulau Matak, agar segera mempersiapkan barang bawaan nya dan boarding ke pesawat ”. Kami terbang menuju Pulau Matak sekitar pukul 16.00 WIB. Selama di pesawat saya banyak membaca sholawat, pesan Ibu saya selama perjalanan agar selamat sampai tujuan. Bacaan sholawat- ku semakin khusyuk karena pesawat melewati awan dan sangat terasa getarannya. Betapa tidak, wong pesawat yang kami naiki hanya pesawat kecil berkapasitas 30 penumpang. Sekitar pukul 16.45 WIB, pesawat mendarat di Bandara Pulau Matak. Bandara Pulau Matak sangat kecil, karena Bandara ini adaah milik salah satu perusahaan tambang di Kepulauan Anambas. Hanya terlihat 1 pesawat di Bandara ini! Tidak ada tempat pengambilan barang bagasi penumpang seperti di bandara-bandara besar di Pulau Jawa. Barang bagasi penumpang langsung diangkut oleh petugas bandara menuju tempat penjemputan yang terletak di depan bandara. Sekitar pukul 17.00 WIB kami diantar oleh mobil yang sudah dipesankan oleh supervisor kami di Kepulauan Anambas. Setelah barang tertata rapi di mobil, kami diantar menuju Pelabuhan Matak Kecil untuk menyebrang ke Pulau Tarempa. Langit mulai gelap, perjalanan dari Bandara menuju Pelabuhan Matak Kecil sekitar 15 menit. Sesampainya di Pelabuhan, kami memindahkan barang dari mobil ke speedboat . Sekitar pukul 17.15 WIB, kami berangkat menaiki speedboat menuju Pelabuhan Tarempa. Selama perjalanan , dalam hati saya bersyukur, “tadi pagi saya masih tidur di Basecamp Menteng, sore ini saya sudah menuju sebuah pulau kecil, pulau terluar Indonesia, perbatasan Indonesia dengan Laut Cina Selatan. Betapa tidak ada yang bisa menduga nikmat-Mu, Ya Allah, kau berikan Hamba pengalaman yang sangat berharga”. [caption id="attachment_390" align="aligncenter" width="1024"] dok. pribadi kontributor[/caption] Selama perjalanan , angin berhembus kencang, ditambah langit mendung setelah hujan deras siang tadi, speedboat menerjang ombak yang membuat kami tergoyang-goyang selama perjalanan . Ternyata negeriku Indonesia ini sangat luas, di pulau-pulau yang hanya seluas 1-2 kecamatan di Pulau Jawa, di tengah Samudra, ternyata masih ada kehidupan. Lima belas menit berselang, lampu-lampu rumah di Pulau Tarempa sudah mulai terlihat. Terdengar suara beberapa speedboat lain juga mendekat. Beberapa adalah penumpang satu pesawat dengan kami. Beberapa speedboat nelayan yang mulai pulang dari aktivitasnya. Kami hampir sampai di Pelabuhan Tarempa. Tepat adzan Maghrib terdengar di Pulau Tarempa, kami menginjakkan kaki di Pelabuhan Tarempa. Sesampainya di sana, kami langsung diantar ke rumah dr. John, seorang dokter yang memiliki klinik di Pulau Tarempa ini. Supervisor kami menitipkan agar kami tinggal di rumah dr. John. Usai salat Maghrib, mandi, dan menata barang bawaan, kami langsung diajak makan oleh dr. Ari, Sp.A ke warung langganan beliau. Kata dr. Ari, Sp.A, “ kalian akan bosan makan seafood di sini ”. Benar saja, makan pertama kami di pulau ini, langsung Ikan Kerapu. Begitu juga hari-hari selanjutnya, kata pemilik warung di tempat kita makan, bahkan Ayam pun, dikirim dari Batam! Jadi nikmatilah ikan dan segala macam seafood setiap hari. Hehee. Keesokan harinya, kami memulai kegiatan penelitian. Mulai dari mengurus perizinan ke Puskesmas Tarempa, koordinasi dengan petugas gizi Puskesmas, kader-kader Posyandu yang akan membantu kami selama penelitian, serta dengan SDN 002 Tarempa, yang akan menjadi subjek penelitian kami. Tak lupa, sebelum memulai aktivitas, kami sarapan terlebih dahulu (makan terooss!). Kami membeli makanan siap-saji di Pasar, dan ternyata porsi sarapan orang di Pulau ini cukup kecil. Kami hanya membeli Mie Sagu dan “ luti gendang ” (roti goreng jika di Pulau Jawa) saja untuk sarapan. Alhamdulillah, perizinan penelitian kami di Pulau Tarempa, berjalan lancar selama hampir 1 bulan. Cerita selama penelitian dan bonus wisatanya, to be continued …. :) Gimana pesona dan wisata di kepualan Anambas ? Penasaran ? Baca artikelku ini Pesona dan Kuliner Kepualuan Anambas dan juga Air Terjun Temburun dan Pulau Temawan Sponsored by: 1xbet-original.com

Depresi Besar, Kaum Pekerja, dan Hilangnya Harapan

Artikel Terbaru

Kategori

Welcome Back!

Create New Account!

Retrieve your password