Panitia Hari Besar Islam yang kemudian disingkat PHBI merupakan pengurus yang dibentuk melalui Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Bupati Kabupaten Klungkung untuk menaungi perayaan keagamaan umat Islam dalam skala kabupaten. PHBI sebagaimana namanya mengurus kegiatan-kegiatan umat Islam pada perayaan hari-hari besar seperti pelaksanaan Salat Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad Saw., Isra’ Mi’raj, dan Tahun Baru Islam.
Sekilas jika dilihat bahwa Panitia Hari Besar Islam hanya berhubungan hanya dengan umat inter agama Islam saja. Karena secara kepentingan dan urgensi hanya diperuntukkan bagi umat Islam. Namun, PHBI kabupaten Klungkung khususnya pada kepengurusan baru memandangnya berbeda. PHBI yang terdiri dari perwakilan seluruh kampung Islam di Kabupaten Klungkung memandang pelaksanaan Hari Raya Islam adalah sebagai representasi toleransi keumatan. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan rangkaian kegiatan Idul Fitri 1443 Hijriah.
Umat Islam di Kabupaten Klungkung bukanlah komunitas baru, yang lahir seiring dengan perkembangan pariwisata Bali yang dikenal di berbagai belahan dunia. Meskipun Bali dikenal sebagai daerah dengan mayoritas beragama Hindu, namun umat Muslim, khususnya di kabupaten Klungkung, merupakan komunitas masyarakat yang hampir sama tuanya dengan komunitas Hindu di Bali. Terlebih kemudian hubungan antara Muslim dan Hindu Klungkung melalui garis kerajaan di Puri Agung Klungkung punya hubungan istimewa berdasarkan sejarah kehadiran dan penerimaannya.
Rangkaian kegiatan Hari Raya Idul Fitri 1443 H dimulai dari Takbiran Keliling hingga pelaksanaan Halal bi Halal. Jika biasanya pelaksanaan takbir keliling hanya melibatkan umat Muslim secara komunal untuk mengumandangkan takbir menuju hari kemenangan, maka di Kabupaten Klungkung berbeda. Pelaksanaan takbir keliling ini diikuti oleh 4 kampung Islam yang terletak di daratan Bali. Kampung Islam di Klungkung berjumlah 5 kampung, di mana 1 kampung lainnya yakni Toya Pakeh terletak di Pulau Nusa Penida.
Takbir Keliling ini dihadiri oleh Penglingsir dari Puri Agung Klungkung, Bupati Klungkung, Kapolres, Dandim 1610 yang semuanya beragama Hindu dan sejumlah tokoh Muslim dari masing-masing kampung. Selain itu menariknya pengamanan juga dilakukan oleh Bendesa Adat Semarapura yang beragama Hindu, yang menambah nuansa toleransi dan persaudaraan pada malam Hari Raya Idul Fitri. Penjagaan di titik-titik rute pelaksanaan takbir pun dilakukan oleh anggota kepolisian yang berasal dari semua agama.
Pagi di tanggal 1 Syawal 1443 H, umat Islam Kabupaten Klungkung kembali melaksanakan Salat Ied secara berjamaah di Alun-alun Ida Dewa Agung Jambe. Setelah dua tahun sebelumnya harus melaksanakan di masjid dan atau kediaman masing-masing akibat pandemi, maka tahun ini akhirnya Salat Idul Fitri dilaksanakan terpusat di tempat yang sebelumnya bernama Lapangan Puputan Klungkung. Usai salat dan bersalaman, umat Muslim biasanya berduyun-duyun kembali ke kampung masing-masing untuk melaksanakan silaturahmi.
Namun melalui pengumuman PHBI sebelum pelaksanaan Salat Idul Fitri, masyarakat Muslim melakukan Halal bi Halal ke Puri Agung Klungkung. Di sana, masyarakat disambut oleh Penglingsir puri untuk bersalaman yang juga memberikan ucapan selamat pada perayaan Idul Fitri. Tidak cukup itu, acara dilanjutkan dengan dialog tentang hubungan erat Puri Agung Klungkung dan Muslim sejak zaman dahulu hingga kini. Hal ini menunjukkan betapa eratnya hubungan Hindu dan Muslim di Klungkung, Bali sejak abad ke XIV hingga kini.